Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Butir demi butir salju turun menyelimuti wajah pucat Leonor. Rasanya dingin dan menenangkan. Namun lama-lama berubah panas dan mulai membakarnya. Hantaran es salju di bawah nol derajat hampir saja membuat tubuhnya mati membeku.
Tetapi Leonor enggan beranjak. Dirinya terus berbaring bagai gadis malang di taman yang sepi pengunjung. Tentu saja, siapa juga yang akan datang larut malam begini? Itulah mengapa Leonor suka begadang dan menghabiskan waktu ke sini. Kota kecil selalu punya taman yang indah. Lingkungannya juga terlewat sunyi.
Malam ini Leonor berbaring lemas di atas tanah bersalju. Terkadang ia melantur seorang diri. Ada kata-kata yang terus terucap dalam benaknya seperti mantra. Sampai tak sadar ia telah menggumamkannya.
“If I don’t belong here…”
“Then where do I belong?”
Entah mengapa ia mempertanyakan dirinya sendiri mengenai hal yang absurd. Ketika segalanya baik-baik saja, apakah patut ia meragukan takdir hidupnya?
Namun dalam lubuk hatinya, ada rasa yang mengganjal.
Bagai ada sesuatu yang hilang…
Ada rasa yang mengganggu ketenangan batinnya. Lalu ia teringat memori-memori yang terpendam. Semakin hari, semakin terasa nyata.
Suatu kisah dari masa lampau…
Ia melihat dirinya sendiri di suatu tempat pengasingan. Sosoknya duduk termenung sambil meratapi piring perak dan segala perkakas di atas meja makan.
Pada memori itu, dirinya menggenakan gaun merah marun. Balutan sarung tangan panjang berwarna putihnya dilengkapi gelang mutiara. Satu set dengan antingnya. Gaya berpakaian yang khas hanya dikenakan kaum aristokrat abad sembilan belasan.
Namun Leonor berasal dari dunia yang jauh lebih modern. Sangat kontras dengan segala yang disaksikannya itu. Lantas memori siapa yang tengah diingat olehnya?
Dari perbedaan era, hanya ada satu hal yang terhubung kuat dengannya. Tiap kali mengingat memori itu; Leonor dapat merasakan kesepian yang sama dengan yang ia jalani saat ini.
Tubuhnya kini mulai menggigil. Namun ia merasa aman saja. Itu karena ia memakai satu set pakaian musim dingin berupa jaket tebal, syal, dan beanie.
Jika ia memaksakan diri untuk bertahan sampai dini hari, mungkin ia akan benar-benar tewas di tempat. Ia tahu sampai mana batas dirinya. Sudah cukup berlarut-larut bagai orang bodoh. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumah.
***
Di dunia yang modern, Leonor bekerja sebagai karyawan pada sebuah kedai roti. Ia hidup sebagai perempuan biasa. Rutinitasn...