Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
duka, berujung cinta
0
Suka
81
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Selasa, pukul 9.00 pagi, jalanan telah padat dengan kendaraan, manusia telah memulai aktivitasnya. Pekerja kantoran sudah berangkat sedari tadi, para pedagang kaki lima berkeliling kota mencari-cari pelanggan, ibu-ibu juga tengah sibuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Terkecuali satu anak mahasiswa yang bangun kesiangan — sangat kesiangan.

“Ini motor gk bisa lebih cepet napa!” omel Jihat sambil mengendarai motor tuanya menuju kampus. Ia bangun telat karena lupa memasang alarm.

Sesampainya di parkiran kampus, Jihat memarkirkan motor dan langsung berlari secepat mungkin menuju gedung Fakultas Bisnis Syariah. Akan tetapi ia tak sadar telah meninggalkan barang yang amat penting — kunci motor! Kunci itu masih menancap di motor, dan di sekitar area parkiran ada satu orang menyadari hal itu.

“Alamakk!! Udah telat 2 jam! Mati aku!” Jihat berlari kencang sambil memaki diri sendiri. Ia berlari melintasi lorong-lorong gedung yang terlihat sepi. Memang sepi, karena seluruh mahasiswa Fakultas Bisnis Syariah telah memasuki ruang kelasnya masing-masing.

Sesampainya di depan pintu kelas, Jihat berkomat-kamit membaca banyak sekali doa supaya terhindar dari azab dosen killer yang sekarang tengah mengajar di ruang kelas Jihat.

Jihat membuka pintu perlahan. Serempak seluruh pasang mata mahasiswa yang hadir di kelas itu menatap Jihat heran — kok ada mahasiswa telat sampai 2 jam!? Paling parah 30 menit, lah ini malah sampai 2 jam lebih! batin mereka.

Sang dosen menatap Jihat dengan tatapan tajam, aura-aura hitam meluap-luap membara seakan mau meledak (menurut imajinasi Jihat). Jihat malah nyengir.

“Maaf, Pak, saya telat. Tadi saya jadi Ultramen, Pak, ngelawan monster, makannya terlambat ke kampus,” Jihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Otaknya mungkin sudah error!!

“Kamu sekarang ke perpustakaan!! Cari 300 buku tentang bisnis!! Kamu rangkum isinya!! Saya tunggu hasilnya minggu depan!! Wajib lebih dari 800 halaman!!!” teriak sang dosen bak auman singa.

“Tapi kan... saya telat karena menyelamatkan bumi, massa saya kena hukuman, Pak!!?” elak Jihat.

Mahasiswa cekikikan. Sang dosen mendesis panjang, seakan siap menerkam mangsanya.

“Kamu keluar sekarang, atau saya keluarkan,” tanya dosen dengan penuh ancaman dan penekanan. Tanduknya bisa muncul kapan saja.

Menurut desas-desus mahasiswa, Pak Kim (nama dosen itu) atau yang biasa dipanggil Pak Kimen oleh para mahasiswa ketika sedang menggibahinya, menurut mereka, ketika Pak Kimen ngamuk akan muncul di kepalanya dua tanduk panjang melengkung seperti tanduk kambing gunung.

Kalian tahu kambing gunung? Kalau gak tahu, cari sendiri di Mbah Google...

Jihat menghela napas panjang. “Kalau tahu endingnya kayak gini... mending sekalian bolos kuliah tadi,” ucapnya dalam hati sambil melangkah pelan keluar kelas, kepalanya menunduk sedih.

Seluruh mahasiswa yang hadir di kelas itu tertawa melihat Jihat yang “diusir” dari kelas. Terkecuali satu mahasiswa — satu saja. Mahasiswa ini merasa iba dan kasihan, tapi ikut tertawa pelan. Ia tidak berniat menghina atau meremehkan, ia tertawa karena Jihat mengakui dirinya sebagai Ultramen.

Atau mungkin Jihat adalah Ultramen yang sebenarnya? Jangan bilang kalian tidak tahu Ultramen! Jika kalian tidak tahu sungguh keterlaluan!! Berarti kalian tidak memiliki masa kanak-kanak yang bermakna. Oke, lanjut ke cerita.

Jihat melintasi lorong-lorong gedung dengan langkah lunglai. Ia segera menuju parkiran supaya bisa pulang dan lanjut tidur. Semoga dengan tidur ia bermimpi indah, mengusir kesedihannya.

Sedangkan tugas dari Pak Kimen? BODO AMATTT!! Dikerjakan besok-besok aja! ATAU GK USAH DIKERJAKAN SEKALIANNN!!!

“Perasaan tadi aku perkir motor di sini deh,” Jihat terheran-heran. Motor yang tadinya ia parkir di sebelah pohon mangga sekarang telah ghaib — hilang tanpa jejak.

Jihat menghela napas panjang untuk kedua kalinya. Udah telat kuliah, diusir dosen, motor ilang pula. Arghhhh!!!! Jihat meremas-remas rambutnya, frustrasi.

Jihat terduduk, menyenderkan punggung ke pohon mangga. Ia lelah. “Sabar ya, Jihat ganteng, insyaallah istrinya cantik sholihah,” ucapnya menenangkan diri. Percuma kalau marah terus-terusan. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperburuk masalah.

Jihat memejamkan mata perlahan. Burung-burung berkicau merdu mengisi kesunyian. Angin berhembus lembut menggerakkan anak rambut. Ranting-ranting pohon bergoyang pelan, seakan melambai-lambai. Sunyi, tenang, dan damai.

Saking tenangnya, Jihat tertidur sejenak lalu terlonjak kaget karena teriakan cempreng memekakkan telinga.

“Tolonggg!!” Teriakan cempreng itu terdengar lagi, berharap ada yang mendengar. Tapi percuma, semua mahasiswa berada di kelasnya masing-masing, kecuali Jihat yang kebetulan tertidur di parkiran.

“Baru juga tidur bentar!” Jihat mengumpat sebal. Tidurnya terganggu karena teriakan itu. Ia pun berdiri, menengok ke kanan dan ke kiri, mencari asal teriakan.

Bugh! Suara keras itu muncul lagi, tapi kali ini bukan teriakan, melainkan semacam pukulan keras.

Jihat menatap gudang terbengkalai di pojokan parkiran yang dulunya sebagai tempat penitipan helm dan kunci. “Tidak salah lagi! Suara itu berasal dari sana!”

Jihat berlari kencang, melesat bagai angin. Tapi tiba-tiba ia berhenti.

“Oh iya, lupa bawa senjata.” Matanya mencari-cari batang kayu, tapi tidak ada. Lalu mencari batu, tidak ada juga. Akhirnya ia hanya menemukan tai kucing yang telah mengering keras seperti batu, tapi baunya tetap nggak enak sih.

“Gak ada kayu, gak ada batu, tai kucing okelah!” Jihat memungut beberapa tai kucing lalu kembali berlari.

__________ ******* ___________

Di ruangan gelap dan pengap

Bugh! Rosid memukul perut Davina keras sampai membuatnya tersungkur, “Sid!, pliss, jangan apa-apain aku,” ucap Davina lemah, sambil memegangi perutnya yang sakit, tubuhnya lebam sana sini, jilbabnya telah lepas, di lepas paksa oleh Rosid.

Rosid tersenyum jahat “cukup dua jam, setelah itu lo bebas.” Ia menatap Davina yang tersungkur di lantai dengan tatapan penuh gejolak hawa nafsu.

Rosid melangkah mendekat, dengan sisa-sisa tenaga, Davina berusaha mundur dengan posisi duduk, tak kuat lagi berdiri, hingga terpojok dan hanya bisa pasrah “tolong...” ucapnya lirih.

Ketika Rosid mau menyentuh Davina yang tak berdaya, BRAKKK! Pintu gudang di buka paksa, cahaya matahari merambat masuk, Jihat melangkah gagah mendekati Rosid.

“beraninya lo ngelecehin perempuan,” ucap Jihat pelan tapi sangat tajam

“cihh...lo pengen bilang aja, nanti kita bagi dua,” timpal Rosid

“sahabatku benar benar telah berubah.” Jihat mendesis panjang, memasang kuda kuda mantap, bersiap atas segala kemungkinan.

Rosid melangkah kedepan Jihat, matanya memerah, dua pria bertubu sixpax berhadap hadapan, rahang Rosid mengeras, tangannya mengepal, “gue bukan lagi sahabat lo!!!.” teriak Rosid lalu menendang kepala Jihat dengan kaki kanan, Jihat sempat menepisnya dengan tangan kiri dan membalas dengan tendangan kaki kanan tepat mengenai kepala Rosid, Rosid terbanting beberapa langkah dan kembali memasang kuda kuda, hening sejenak, Jihat memperkokoh kuda kuda, Ia siap bertarung.

 “sudah saatnya aku membuktikan kepada mereka semua terutama pak kimen bahwa aku adalah ULTRAMENNN!.” Jihat berteriak keras, berlari kencang ke arah Rosid, persis satu meter dari Rosid, Jihat melompat tinggi mengayunkan kaki kanannya mengincar kepala rosid, mirip seperti pemain sepak bola yang sedang menendang bola saat terbang, telak mengenai kepala Rosid, Rosid tak sempat sempat menghindar, ia terbanting, terkapar di atas lantai, pingsan.

Jihat menatap Rosid dengan tatapan dingin.

“satu monster telah di kalahkan,” ucapnya sambil menyeringai.

Jihat mengambil tai Kucing dari saku celananya dan menjejali mulut Rosid dengan tai Kucing. Sadis, tapi pantas untuk orang seperti itu.

Jihat melangkah mendekati Davina. Tubuh Davina bergetar ketakutan, air matanya mengalir, dia menangis.

“kamu nggak papa?” tanya Jihat lembut.

Davina hanya menggeleng cepat, tanpa bicara sepatah kata pun.

Wiu wiu wiu... sirene meraung kencang dari luar gudang. Jihat heran lalu bertanya kepada Davina.

“kamu nelfon polis—”

“kamu yang berdiri!, jangan bergerak!, angkat tangan atau kami tembak!” tiga polisi berteriak memotong pertanyaan Jihat sambil menodongkan pistol.

“pak! Dia yang ngebuat pacarku pingsan dan mau melecehkan ku!” Davina tiba-tiba berteriak sembari menunjuk-nunjuk Jihat.

Jihat melotot tak percaya apa yang dikatakan Davina barusan. APA MAKSUDNYA?!

Tiga polisi itu menatap Jihat dengan galak. Satu polisi mendekati Jihat dan memborgolnya.

“ya Allah... ujian apa lagi yang kau timpakan kepada hambamu ini,” ucap Jihat lirih.

Ia digiring tiga Polisi keluar gudang. Di luar, ratusan mahasiswa telah berkerumun menunggu Jihat dengan rasa marah campur jijik.

“DASAR MENJIJIKKAN!” teriak salah satu mahasiswa ketika melihat Jihat keluar Gedung digiring Polisi.

“MANUSIA BERENGSEK!” teriak yang lainnya.

“JIHAT MATI SAJA LO!”

“PENJARAKAN SAJA DIA SELAMANYA PAK!”

Ratusan makian menghujam Jihat. Jihat menunduk. Apa salah dia? Dia hanya berniat menyelamatkan Davina, dan... dan... Davina melihatnya sendiri! Entahlah...

Teriakan makian masih menyeruak, menggema di antara ratusan Mahasiswa. Pak Kimen menyibak kerumunan, menghampiri Jihat.

“APA YANG KAMU LAKUKAN HAH!”

Pak Kimen memelototi Jihat yang menunduk.

PLAK!! Tamparan keras Pak Kimen mendarat keras di pipi kiri Jihat.

“DASAR HINA!” sambungnya sambil meludahi wajah Jihat.

Jihat memejamkan mata, beristighfar sebanyak-banyaknya, lalu melirik Davina yang baru saja keluar dari gudang. Ia menatap Jihat lantas tersenyum licik.

Berselang lima menit, ambulance datang dan menggotong tubuh Rosid, membawanya ke rumah sakit. Amarah mahasiswa semakin tak terkendali. Cacian dan makian bertambah-tambah, bahkan ada yang melempari batu.

Apakah polisi itu peduli?

Tentu tidak sama sekali! Polisi itu memakai helm dan baju berlapis, tentu saja tidak merasa sakit.

Sementara Jihat?...

“HENTIKAN!!!” teriak seorang gadis.

Seketikaa kericuhan berhenti. Gadis itu berdiri melindungi Jihat dari lemparan batu dengan punggungnya.

“MENGAPA KALIAN MENYALAHKAN ORANG YANG TAK BERSALAH?!” teriaknya lagi.

“DIA TAK BERSALAH, SAYA SAKSINYA!” sambungnya sambil menunjuk Jihat.

Davina terlihat kesal. Ia berbisik kepada salah satu polisi,

“tembak saja gadis itu, nanti aku tambah satu juta!” bisiknya, yang direspon dengan anggukan.

“jangan ikut campur!” ucap salah satu polisi kepada gadis itu.

“SAYA MEMBELA KEBENARAN PAK!, SAYA TADI MELIHAT DIA HENDAK MENYELAMATKAN DAVIN—”

Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, tanpa babibu...

DOR!

Satu peluru melesat mengenai bahu kanan gadis itu. Gadis itu pun ambruk tak sadarkan diri, darah bercucuran.

“pak, apa salah dia?!” Jihat berteriak parau hendak menyelamatkan gadis itu, namun ditahan.

“kamu dibebaskan kalau bisa memberiku satu miliar dalam setahun,” ucap Davina.

“oke deal!, sekarang bebaskan aku!” jawab Jihat cepat tanpa berpikir panjang. Yang ia pikirkan adalah menyelamatkan gadis itu.

Polisi melepaskan borgol dari tangan Jihat. Jihat langsung meraih tubuh gadis itu dan menggendongnya di punggung, berlari menerobos kerumunan mahasiswa.

“KALIAN AKAN TAU!, SIAPA YANG SEBENARNYA BERSALAH!!!” teriak Jihat sambil berlari kencang.

Sesampainya di pos keluar parkiran, Jihat mencari-cari kendaraan untuk menuju rumah sakit. Tiga puluh detik yang terasa panjang, Jihat sama sekali tidak menemukan satu kendaraan pun yang bisa digunakan.

Jihat berpikir cepat. Ia merogoh HP di saku celana dengan tangan kiri, tangan kanannya masih menahan gadis itu agar tetap dalam gendongannya. Tubuh Jihat yang kekar mudah saja menggendong gadis pendek langsing dengan satu tangan.

Jihat membuka Google Maps mencari rumah sakit terdekat. Ketemu! Hanya berjarak dua kilometer dari sini.

Tiba-tiba langit menjadi gelap gulita. Petir-petir menyambar bersusulan. Geluduk geluduk bergemuruh. Hujan rintik-rintik menjadi hujan yang sangat deras, membasahi Jihat dan gadis yang digendongnya.

Jihat menarik napas panjang. Ia akan berlari menembus hujan sambil menggendong gadis itu menuju rumah sakit.

“bersiaplah... aku akan melakukan hal yang tak lazim, aku akan menjadi ultramen mu,” ucap Jihat kepada gadis itu yang tentunya tidak ada jawaban.

Ya kan pingsan, orang pingsan kok diajak ngomong! Lawak!

Jihat melesat cepat, melintasi jalanan, melewati terotoar, menyibak orang-orang yang menatapnya heran.

Biarlah... mereka menjadi saksi atas kejadian luar biasa ini, kejadian yang mungkin mereka lihat sekali seumur hidup, kejadian yang menumbuhkan cinta luar biasa, cinta sejati :)

Bersambung...

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Jungkir Balik Dunia Anna
Rissa Riani
Cerpen
duka, berujung cinta
frasy
Skrip Film
Kenanglah Daku, Semesta Bekerja!
Aghnia
Flash
Cinta Tak Terdefinisi
Syafira Muna
Flash
Asa Tlah Usang
Didin Sastrawan Hebat
Novel
Bronze
Bidadari Senjaku
Bagas Hanggara
Novel
Dealing With Queen
Dini Salim
Komik
Bronze
Puppy love
Sofianti Anggraini
Novel
Memoria
Fiha Ainun
Novel
Bronze
Biola Lala
JAR
Flash
Bronze
Jika Mantanmu Curhat...
Shabrina Farha Nisa
Novel
Gold
Hector & the Search for Love
Noura Publishing
Novel
Menjemput Impian
putri alya sisca arpina
Novel
Wira
Nazarulloh R
Novel
Bintang di Langit Biru
kare
Rekomendasi
Cerpen
duka, berujung cinta
frasy
Cerpen
Bronze
aku ada untukmu
frasy