Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
DUA ARAH
Sebagian cinta tak pernah lahir untuk hidup panjang,ia hadir hanya untuk membuat kita percaya bahwa rasa bisa lebih rumit dari logika dan lebih sakral dari ibadah.Begitulah Joseph menyadarkanku tentang ini,aku mengenalnya saat kami masih dimeja kuliah.Ia menyapaku dengan wajah penuh senyuman seolah tak ada luka di dunia,dan saat aku menatapnya mataku terfokus pada kalung salibnya.
Yasmine mengalihkan pandangan,rasanya dunia berhenti sejenak,
“ya tuhan…kenapa aku merasakan hal yang berbeda dari dia” ucap, dalam batinku penuh gugup.Dia masih berdiri didepanku sambil menunggu respon dariku.
“Hi apakah aku akan terus berdiri sampai senja tenggelam” ucap Joseph dengan nada bercanda.
Lalu aku menjawabnya “namaku Yasmine dengan nadaku yang gugup.’’
Joseph mengambil kursi dari bangku kosong lalu duduk didekatku. Namaku Joseph dari Napoli.
“Aku adalah mahasiswa baru disini,ayahku memutuskan untuk pindah ke Cambridge demi Pendidikan dan masa depanku.’’
“Cambridge kota yang sangat indah ya’’ katanya sambil tersenyum menatap papan tulis yang kosong.
“Cambridge?’’
aku mengangguk pelan.
“Kota yang penuh sejarah…ini sangat cocok untuk orang yang memikirkan masa depan.’’
Ia tersenyum lebar saat aku mengucapkan hal itu,entah ia merasakan hal yang sangat berbeda saat pertama kali mengenalnya,jantungku seperti bicara bahasa lain saat berada dikekatnya.Tak lama kemudian Joseph mengajakku untuk pergi ke kantin untuk makan siang.Saat dikantin masih dengan perasaan yang sama,seperti ada yang berbeda dari biasanya apakah aku merasa sedang jatuh cinta?
Tapi Yasmine tak tahu lagi,ada perasaan yang berbeda saat pertama kali melihatnya,aku berharap ini bukan saatnya untuk jatuh cinta,saat ini aku hanyaingin fokus pada pendidikanku.
Kami lalu memilih meja makan dan bercerita tentang alur hidupkami.Joseph menceritakan perjalanan hidupnya sejak ia kecil,kecil hingga saat ini sampai bisa kuliah di universitas impiannya,ia lahir dalam keluarga Kristen orthodox yang sangat taat bahkan ayahnya seorang pendeta disalah satu gereja terkenal di kota Napoli.Tentunya aku merasakan perbedaan yang sangat jauh diantara kami,sedangkan aku yang terlahir dalam keluarga muslim yang ketat membuat kami yang memiliki arah yang berbeda.
Dengan arah yang berbeda bukan jadi penghalang pertemanan kami.Seperti dua buku dari rak yang berbeda,tapis sama-sama membuka bab yang membuat kami berhenti dan berpikir.Tak ada niat untuk mengubah,hanya saling mendengar dan itu cukup membuat pertemanan kami terasa.
Joseph menatapku dengan mata biru indahnya layaknya seperti lautan.
“Besok setelah kelas,kalau kamu nggak sibuk gimana kalau kita ke museum yang terkenal disini,jika kamu mau.’’
Aku tersenyum sejenak. “Kedengarannya sangat menyenangkan,aku suka tempat yang tenang,aku juga suka sejarah jadi kenapa tidak.’’
“Bagus dong! Jadi besok kita bisa pergi setelah jam Pak Frank.’’
“Tentu hahaha,kamu keliatan seneng banget ya,’’ ujarku sambil tersenyum.’’
“Hahaha…aku penasaran dengan tempatnya,tapi aku rasa bakal jauh lebih menyenangkan karena ada kamu,’’ jawab joseph sambil tersenyum dengan mata indahnya yang berbinar.
Entah kenapa,ucapan Joseph barusan terpatri begitu saja dikepala Yasmine.Bukan tentang museum,dan bukan soal tempat…tetapi cara Joseph mengatakannya.Yasmine merasan seperti ada ketulusan yang murni yang tak dibuat-buat.Yasmine hanya bisa menunduk dan menyembunyikan senyuman manis diwajah cantiknya.Ia belum lama mengenal Joseph,tapi adasesuatu hal yang berbeda dari Joseph yang tak pernah ia temui lelaki sebelumnya.Bukan cinta,tapi mungkin ini awal dari sesuatu yang tak bisa dideskripsikan oleh kata-kata.
Langit Cambridge yang sore itu berwarna biru terang seperti matanya Joseph,untuk pertama kalinya kota asing ini tak lagi terasa asing.Semenjak kehadiran Joseph yang pertama kali seakan akan mengubah dunia Yasmine.Ia nampak bahagia dari sebelumnya,senyumannya yang manis cukup menggambarkan betapa senangnya dia.
Malam merayap perlahan,menutup lembar hari dengan selimut gelap berhiaskan Bintang redup yang berisik lirih.Yasmine yang hanya duduk termenung didekat jendela menatap jauh ke dalam kegelapan merasa sunyi yang bukan kosong,ia masih memikirkan nama Joseph yang masih tersimpan dalam pikirannya,ia merasa tak seperti ini sebelumnya ini tentu pertama kalinya ia merasakan getaran yang berbeda.
Kring…kring…kring…
Yasmine menoleh kearah meja belajarnya,layer ponsel Yasmine menampilkan nama Joseph.Dengan sedikit gugup Yasmine mengangkat telpon dari Joseph.
“Halo…siapa ini?’’,bisik Yasmine dengan nada gugup.
Joseph mencoba menenangkan Yasmine,lalu berkata pelan.
“Hi,ini aku Joseph,aku cuman mau denger suara kamu dan mastiin kalau kamu baik-baik aja,tidak apa-apa kan?”.
Yasmine yang gugup dengan tersipu malu mencoba untuk relax.
“Joseph,kenapa kau menelponku ditengah malam seperti ini?’’ jawab Yasmine dengan nada lemah lembut.
Diujung sana,Joseph terdiam sesaat.Hanya nafasnya yang terdengar,berat dan tertahan.
“Aku tahu ini mungkin terdengar aneh,tapi kau satu-satunya yang terlintas saat pikiranku diam”
Yasmine terdiam,ada jeda yang menggantung diantara mereka,sunyi tapi tidak canggung.Hanya suara detik jam di kamarnya yang terdengar pelan.
“Baik,aku tau ini sudah malam,mungkin saatnya kamu istirahataku harap aku tidak mengganggu waktumu, sampai jumpa di kelas untuk besok dan selamat malam lalu perlahan bunyi “tuutt…” dari handphone Joseph menjadi akhir percakapan malam itu.Dengan salah tingkahnya Yasmine mencoba untuk menenangkan hatinya yang seakan hendak jatuh pada sesuatu yang belum sempat ia kenali.Malam itu berakhir dengan keheningan yang hangat Yasmine yang tertidur masih menggenggam ponselnya dan meninggalkan bekas senyuman meski matanya terpejam.
Di awal siang,Cambridge bernafas tenang,langit yang biru bersih cahaya matahari jatuh lembut diantara bangunan-bangunan tua yang menyimpan ribuan cerita.Diantara lalu lalang mahasiswa Yasmine berjalan dengan menggenggam buku di dadanya,mencoba meredam yang masih terbayang semalam,ia tahu perasaannya berbeda seperti ada rasa yang tersembunyi yang harus dibuka.Rasanya perasaan ini tidak bisa disembunyikan lama-lama.
Joseph yang sangat bahagia menoleh begitu Yasmine masuk.
“Heyy kemarilah,”ucap Joseph sambil tersenyum dengan mata indahnya bak lautan dalam yang menenangkan.
Yasmine yang tersipu malu dengan lekukan senyum diwajahnya menghampiri Joseph.
“Arahmu terlalu terang untuk takku datangi” ucapnya pelan,dengan nada bercanda.
“Hahaha kamu sangat tahu itu.’’
“Tentu aku tahu,mata indahmu saja sudah ada petunjuk untukkudatangi.’’
“Sepertinya kamu sangat menyukai mataku,ini adalah bagian favoritmu kan…” jawab joseph setengah bercanda.
“Hmmm mungkin iya,tapi tentu saja mataku lebih bersinar darimu hahaha.’’
“Itu pasti! Tidak ada yang bisa mengalahkan keindahanmu,sulit untuk dicari.’’
“Keindahan bukan milikku Joseph…mungkin kamu hanya sedang melihatkku dengan mata yang terlalu baik.”
Joseph tersenyum seperti meyakinkan Yasmine bahwa apa yang ia katakan itu tulus.
“Itu namanya perasaan kan…sejak pertamakali aku melihatmu saja ada hal yang berbeda darimu yang takbisa aku jelaskan,dan aku harap bukan aku saja yang merasakan hal ini haha.’’
“Eeehh…dosennya sudah datang,kita bicaranya nanti saja ya”jawabnya,tersenyum kecil.
Hari-hari berjalan,bulan pun berlalu tapi tak lagi sama.Ada sesuatu yang berubah pelan-pelan tapi pasti,tak terlihat namun terasa.Diantara perbedaan yang pernah terasa begitu tajam adacinta yang langsung menggelar,tapi sesuatu yang jauh lebih mengganggu karena terasa nyata.Sikap lembut dan hati yang tulus murnui membuat Yasmine menaruh perasaan kepada Joseph yang punya tempat tersendiri di hati Yasmine.
“Yasmine,aku ingin berbicara empat mata denganmu sekarang juga” ungkap Joseph.
“Ada apa terburu-buru,katakana saja Joseph aku siap mendengarkanmu.”
“Hari-hari yang pernah kita lewati itu sangat berarti bagiku,disaat kamu berada disampingku aku merasa nyaman yang tak ada duanya aku merasa kamu adalah tempat aku berteduh,kamu adalah orangnya Yasmine.”
Ia menatap Joseph,dan untuk pertama kalinya,tak mencobamenghindar.
“Aku juga mencintaimu,Joseph”, ucapannya lirih tapi pasti.
“Sejak pertama kali kita bertemu…aku sudah tahu,ada sesuatu dalam dirimu yang membuatku merasa berbeda,seperti perasaan yang berbeda,dan ya aku sudah dititik mencintaimu.”
Joseph yang hanya menatap Yasmine dengan mata yang mulai basah,seolah tak percaya kalimat yang selama ini hanya ada di pikirannya,kini benar-benar diucapkan oleh gadis itu.
“Aku berjanji Yasmine,aku akan menjagamu seerat mungkin,selama kamu mengizinkanku aku di sisimu,aku akan jadi tempat paling aman untukmu berpulang.”
“Aku tau,aku mencintaimu.”
“Aku lebih mencintaimu dan akhirnya aku bisa mendapatkanmu,tuhan menjawab doaku.’’
“Aku berjanji Yasmine,jika ayahku kembali ke Cambridge akuakan membawamu ke keluargaku”
Yasmine yang hanya tersenyum dan terharu hanya mengangguk.
Hari-hari mereka yang dipenuhi tawa,obrolan ringan,dan waktu-waktu yang terasa terlalu cepat berlalu.Yasmine yang tak pernah sebahagia yang kini senyumannya muncul kembali semenjak kehadiran Joseph.Joseph yang mendambkan Wanita impiannya mengabadikan kisah perjalanan dan perjuangan untuk mendapatkan Yasmine ia abadikan dalam sebuah buku.
Hari sudah tiba Dimana ayah Joseph kembali ke Cambridge setelah berminggu-minggu di Italia.Moment Dimana Joseph akan memberanikan dirinya.Rasa tegang dan takut menyerbuperasaan Joseph.
“Ayah sudah waktunya aku memberitahumu,aku sudah mendapatkan gadis yang aku inginkan.”
“Aku senang putraku sudah besar,katakan padaku siapa gadis itu.”
“Dia Yasmine..”
“Semoga tuhan Yesus memberkatinya…”
“Tetapi ayah ia berbeda dari kita,ia bukan kalangan kita,iaseorang muslim.”
“Muslim?” ulangnya pelan,tapi nadanya mengeras diujung.”
“Ayahh…”
“Kau bukan sekedar mencintai seseorang,kau sedang menghancurkan fondasi imanmu sendiri,ayah tidak membencinya hanya saja ayah tidak bisa membiarkanmu ke arahyang berbeda.’’
“Bawa perasaanmu ke doa,bukan ke Keputusan sembrono.Kalau kau tetap Bersama dia…pergilah dari kehidupan ayah,dan kau bukan anakku lagi.”
Air mata Joseph jatuh,satu per satu,tanpa suara.Bukan karena ialemah,tetapi hatinya benar-benar patah menjadi seribu bagian .Yang ada hanyalah rasa kalah bukan dari cinta tapi daridunia yang tak berpihak kepada mereka.
“Dunia memang selalu tidak adil bahkan kepada cinta yang murni,jika ini yang ayah mau akan aku lakukan.”
Ayahnya pergi tanpa menoleh sedikitpun.
Di detik itu juga,Joseph merasa kehilangan separuh dunianya yang runtuh tanpa suara.Matanya yang kosong,napasnya berat,menangis tanpa ada suara seakan-akan ada tusukan jarum pada tubuhnya.
Tangannya gemetar saat mengambil ponsel,jemarinya bergerak otomatis menekan nama yang sejak tadi berputar dalampikirannya.
Telepon tersambung.
“Halo…Yasmine?”
Suaranya pelan,hancur.
“Maaf aku gagal mempertahankan hubungan kita.’’
“Aku ingin bertahan,tetapi ayahku menolak hubungan kita.”
“Maaf,Yas…aku sungguh minta maaf aku tak bisa melawan dunia fana ini untukmu.Maaf karena cinta ini harus berhenti di Tengah jalan,bukan karena tak cukup,tapi karena banyak yang harus dikorbankan.”
“Aku mencintaimu lebih yang dari kamu pikirkan.Tapi kali ini…aku harus pergi.”
Air mata Joseph bergelinang membasahi ponselnya,ia mengakhiri semuanya dalam sekejap di tombol merah.
Sejak telepon itu berakhir,Yasmine tak menjawab sepatah katapun ditelepone.Dunia terasa sunyi meninggalkan jejaknya.Ia tak
menangis dengan suara,hanya air mata yang jatuh pelan menjadi saksi betapa hancurnya Yasmine.Cinta yang ia rawat dengan doa kini pergi tanpa pamit yang hanya meninggalkan luka.
Hari demi hari berlalu,dan meski waktu tak langsung menyembuhkan.Yasmine mencoba untuk berdiri kembali perlahan,ia mencoba kembali menemukan dirinya kembali meski butuh waktu.Joseph yang benar-benar menghilang bahkan tak ada kabar darinya setelah kejadian itu.
Cambridge kini tinggal kenangan.Kota tempat ia menemukan cintanya,dan yang pada akhirnya harus pergi memabawa luka dan harus merelakannya.Disana pula,seseorang yang ia cinta kini menjadi hilang terbawa arus tanpa jejak.
Dan pada akhirnya Yasmine harus meninggalkan semua kenangan yang ia lalui bersama Joseph.Cambridge tempat saksi kisah cinta mereka kini telah usai,dan pada akhirnya Yasmine meninggalkan semua yang ada di Cambridge dan memulai hidup baru di London.