Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Mana-ku akhirnya kembali. Samar. Tapi cukup untuk membuka mata.
Kami beristirahat di pinggir jalan, mengelilingi api unggun yang terlalu hangat untuk tubuhku.
Talyon duduk, sibuk meruncingkan ujung anak panah. Untuk apa—aku tak peduli.
Pahlawan... duduk bersila sambil mengeluh soal kubis kesayangannya yang lenyap.
Malam ini nyaman. Dingin. Sendu.
Dalam kepalaku muncul kilasan: makhluk berkaki terong, kubis menempel di wajah, dan bulu putih tumbuh cepat.
Mungkin hanya mimpi buruk saat mana-ku terkuras habis... atau kenyataan yang lebih buruk.
Aku tahu jalan ini. Jalur memutar di luar hutan.
Dan aroma itu... mulai tercium.
Kubangan lumpur hangat, tempat ternak berguling. Lembap. Busuk. Terlalu akrab.
Kami pasti akan melewati desa itu.
Desa makhluk hijau bodoh yang percaya diri berlebihan, yang selalu membasahi rambut mereka secara diam-diam.
Jujur saja, hutan penuh monster lebih menyenangkan bagiku...
Daripada melihat ras narsis yang suka bergoyang seperti idiot sok tampan.
----
"Kita akan segera bergerak lagi. Harus cepat sampai istana dan mela—"
"DUAAAR!!"
"DUAAR!!"
"BOOOM!!"
Tiga ledakan. Satu untuk mengejutkan, dua untuk memastikan jantung berhenti.
Tanah bergetar. Burung terbang. Pahlawan... tetap duduk.
"Apa itu? Fest...