Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari pertama, Harry berkeliling kota Jogja sekalian mencari inspirasi. Naik trans Jogja. Suatu hal yang sering Harry lakukan ketika ide mampet di otak. Perjalanan tak menguras tenaga dan sedikit keluarkan uang.
Lama menimbang, Harry putuskan naik trans Jogja. Tak menunggu lama, bus datang.
“Wah, hanya ada tiga penumpang,” gumam Harry.
Di pemberhentian selanjutnya, naiklah seorang ibu bersama anaknya yang baru berumur enam tahun.
“Syukurlah, nambah dua.” Si anak duduk di dekat Harry. Sementara, ibunya hanya berdiri mengawasi.
Di traffic light, trans Jogja berhenti. Harry melihat si anak berusaha sekuat tenaga membuka jendela bus. Tapi jendela tak bisa juga dibukanya.
“Bu, jendelanya enggak bisa dibuka,” tanya si anak lugu.
“Nak, jendelanya enggak bisa dibuka.”
“Nanti kalau jendela dibuka, AC-nya bisa keluar,” sahut ibunya tidak kalah lugu.
Entah mengapa, si anak percaya begitu saja omongan ibunya dan langsung duduk tenang. Sementara, Harry tersenyum simpul mendengar bualan si ibu kepada anaknya itu.
“Ada-ada saja.”
***
Hari kedua, Harry kembali berkeliling kota Jogja. Tapi hujan menunda keberangkatan perjalananku. Harry agak menyesal. Tadi tak berangkat lebih pagi. Harry pun mencoba mengambil hikmah.
Di meja makan, tersaji tempe buatan ayah dan sayur lodeh. Rasa lapar berkecamuk di perut. Memaksa Harry melahap habis tempe dan sayur lodeh bercampur nas...