Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam merayap sunyi di balik jendela kamar Handaka. Cahaya lampu temaram memantulkan bayang-bayang di dinding yang seolah menari perlahan. Handaka merebahkan tubuhnya di atas ranjang tua, memejamkan mata yang berat oleh kelelahan hidup. Angin malam membelai lembut wajahnya, membawa aroma tanah basah sehabis hujan. Tak butuh waktu lama hingga ia terlelap, tenggelam dalam dunia mimpi yang samar dan tak berbentuk.
Handaka terbangun dalam mimpi. Di sekelilingnya hanya ada ruang kosong. Putih, tanpa batas, tanpa dinding, tanpa langit. Suara langkahnya menggema setiap kali ia melangkah.
"Di mana ini? Apa aku mati? Atau ini sekadar mimpi biasa?" Handaka menoleh ke kiri dan ke kanan.
Sebuah suara muncul, lembut namun bergema, seolah datang dari segala arah.
"Selamat datang, Handaka. Kau berada di persimpangan antara kesadaran dan ketidaksadaran, di mana ide-ide melayang bebas dan realita berkelindan."
Handaka memutar tubuhnya, mencoba mencari sumber suara itu. Namun, yang dilihatnya hanya kehampaan putih yang meluas tak bertepi.
"Siapa kau? Mengapa aku di sini?"
Suara Misterius tanpa wujud kembali menggems. "Aku adalah pertanyaan yang tak terjawab, suara dari dalam jiwamu sendiri. Aku ada di setiap bisikan malam ketika kau termenung memandang langit. Sekarang, berjalanlah. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan."
Dengan ragu, Handaka mulai melangkah. Setiap langkah...