Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
DIA BUKAN TEMANKU
7
Suka
378
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di suatu pagi yang cerah di selimuti samar embun yang menghilang tersapu oleh hangatnya mentari yang menemani perjalanan seorang pemuda bernama Azzam menuju sekolahnya yang hanya terletak beberapa blok dari rumahnya. Dengan melewati toko buku dan gang-gang sempit yang biasanya dihuni oleh kucing hitam dan para berandalan yang suka memalak orang lewat sering nongkrong di gang itu. Azzam yang sudah terbiasa akan hal itu hanya melewati mereka seperti angin yang lewat di siang hari. 

Sesampainya Azzam di sekolah ia langsung disambut oleh kedua teman baiknya Firman seorang anak culun yang selalu menggendong tas yang besarnya sebesar perut para pejabat dan Hasnan yang matanya selalu merah dan selalu mengenakan manset hitam di tangannya. Diantara mereka berdua Hasnan merupakan orang yang tempramen pemarah dan sering terlibat dalam masalah tercatat dalam semester ini Hasnan mendapatkan 4 kali panggilan orang tua. Singkat cerita Bel sekolah pun masuk Azzam dan Firman yang merupakan teman sekelas pergi menuju kelas mereka sementara Hasnan memiliki kelas yang berbeda.

Sesampainya nya Azzam dan Firman di kelas mereka berdua memulai pelajaran yang paling mereka tidak sukai yaitu matematika. Tetapi mereka berdua bukan lah orang yang bodoh mereka berdua merupakan orang yang sangat pintar di kelas mereka. Ketika pelajaran sedang berlangsung terdengar suara ricuh keramaian diluar yang ternyata disebabkan oleh Hasnan yang sedang di keroyok oleh musuh-musuhnya. Biasanya berita Hasnan bertengkar adalah hal biasa namun kali ini dia benar-benar dalam masalah wajahnya dipenuhi darah yang mengalir dari hidungnya giginya rontok matanya yang biasanya merah kini berubah menjadi ungu babak belur habis di pukuli musuhnya. Azzam dan Firman yang tak pernah terlibat dalam perkelahian rela ikut membantu Hasnan yang sedang dalam kesulitan. Pukulan demi pukulan dilontarkan keadaan semakin tidak terkendali sampai akhirnya guru pun datang memisahkan mereka semua. Hasnan yang babak belur terkapar tak berdaya bahkan tak sadarkan diri langsung dibawa ke rumah sakit sementara Azzam, Firman dan musuh Hasnan dibawa ke dalam ruang BK. beruntungnya Azzam dan Firman dibebaskan karena niat mereka untuk memisahkan Hasnan dengan musuhnya. 

Tak terasa waktu pulang sekolah pun tiba, Azzam pun pulang dengan tubuh yang dipenuhi luka lebam akibat dari perkelahian disekolah tadi. Azzam terus berjalan menyusuri toko buku dan gang-gang sempit yang biasa ia lalui namun tak ada seorang pun berandalan yang biasanya nongkrong di gang itu. Saat Azzam tiba di rumahnya ia perlahan membuka pintu yang mengeluarkan udara kesepian, tak ada satu orang pun yang menyambut Azzam dirumah. Mata Azzam yang semulanya bersinar tersenyum bahagia kini mulai meneteskan air mata saat ia melihat ke bingkai tua yang berisikan foto orang tuanya yang telah tiada. Ya Azzam seorang anak yang pintar ceria menyimpan kesedihan yang begitu mendalam dirinya yang masih duduk di bangku kelas 10 SMA hanya hidup sebatang kara. Orang tuanya mati dibunuh dihadapan nya disaat ia sedang tertidur pulas, disaat ia tertidur pulas tiba-tiba terdengar terdengar jeritan yang membangunkan Azzam dan terlihat orang tuanya ditusuk disayat menggunakan pedang yang begitu tajam Azzam yang saat itu tak berdaya hanya bisa kabur dan melihat kedua orang tuanya tiada begitu mengenaskan. Azzam saat ini hanya bisa mengingat orang yang membunuh kedua orang tuanya memiliki tato naga merah dilengan dan mata merah menyala. Sampai saat ini Azzam masih mencoba mencari tahu siapa dalang dari pembunuhan kedua orang tuanya. Setiap hari ia berdoa bersujud diatas sejadah usang peninggalan ayahnya iya berdoa memohon agar diberikan petunjuk

Di keesokan harinya Azzam dan Firman memanfaatkan hari libur mereka untuk menjenguk Hasnan dirumah sakit. Sesampainya mereka disana seketika hati Azzam serasa habis di tusuk duri yang begitu tajam ketika ia melihat Safira wanita yang ia cintai sedang menyuapi Hasnan,"Hadeh gini amat nasib gue" Ucap Azzam sambil mengelus dadanya. Meskipun Azzam mencintai Safira lebih dulu daripada Hasnan ia sama sekali tidak masalah melihat Hasnan dan Safira berpacaran, Azzam berfikir bahwa yang terpenting temannya bahagia. Namun perhatian Azzam terganggu oleh manset yang selalu digunakan Hasnan masih tak kunjung ia lepas Azzam yang begitu penasaran ingin menanyakan hal ini kepada Hasnan namun melihatnya sedang dalam kondisi seperti ini Azzam mengurung niatnya untuk menanyakan hal itu. Setelah selesai menjenguk Hasnan, Azzam mengajak Firman untuk membantunya mencari siapa dalang dibalik pembunuh kedua orang tuanya, sontak mendengar hal tersebut Firman seorang anak yang culun langsung ketakutan dan air pun keluar membasahi celananya. Azzam yang melihat itu tertawa terbahak-bahak melihat temannya mengompol ditengah jalan, beruntungnya tidak ada siapapun yang melihat hal itu. Tetapi Azzam kembali meyakinkan Firman untuk membantunya ia berkata bahwa Firman tidak perlu ikut Azzam langsung mencari markas anggota tato naga merah ia hanya perlu membantu Azzam mencari informasi mengenai anggota bertato naga merah itu, Firman yang ingin membantu Azzam pun mengiyakannya sambil memegangi celananya yang basah karena mengompol. 

Di toko buku dekat rumahnya Azzam mulai mencari informasi berharap di toko buku itu terdapat petunjuk yang mengarah ke anggota bertato naga merah. Saat Azzam membuka pintu tiba-tiba ia membeku terpaku melihat Safira teman kelasnya yang merupakan kekasih sahabatnya sedang membeli buku, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan perlahan Safira berjalan mendekat menuju Azzam berharap akan disapa olehnya. Namun saat ia menghampiri Azzam ternyata Safira hanya lewat berjalan keluar tanpa sedikit pun menoleh kearah Azzam. Kebaikan dan ketulusan yang diberikan Azzam hanya disia-siakan oleh Safira yang lebih memilih Hasnan karena memiliki lebih banyak uang. Seketika Azzam lupa apa tujuan ia menghampiri toko buku, berharap bisa menggali informasi tentang pembunuh itu ia hanya mendapatkan rasa sakit yang diberikan oleh Safira. 

Berminggu-minggu hari telah berlalu Azzam dan Firman menjalani hari harinya di sekolah seperti biasa namun informasi mengenai pembunuh yang menghilangkan nyawa kedua orang tua Azzam masih belum membuahkan hasil yang terlihat begitu pun dengan Hasnan ia sama sekali tidak pernah terlihat lagi baik itu disekolah maupun diluar sekolah. Disaat Azzam dan Firman berada di tengah pembelajaran wali kelas mereka datang membawa seseorang yang membuat Azzam Firman dan teman teman kelasnya terpana akan kecantikan murid baru Nabila namanya. Disaat Nabila diperintahkan untuk duduk di bangku kosong, Azzam begitu bahagia karena bangku kosong itu terdapat disebelahnya. Nabila pun datang berjalan menghampiri Azzam dan duduk disebelahnya, Azzam yang biasanya membeku, canggung bahkan berubah mematung saat bertemu dengan wanita, berbeda dengan saat ia bertemu Nabila ia dengan santainya mengobrol bercanda dengan Nabila begitupun sebaliknya Nabila terlihat sangat senang berbicara dengan Azzam. Namun di sudut pojok dekat jendela terlihat Safira yang cemburu kesal melihat Azzam dan Nabila yang begitu dekat. 

Hari demi hari telah berlalu hubungan Azzam Firman dan Nabila semakin dekat sementara Safira terus menyendiri mencari Hasnan yang tak kunjung terlihat. Kini Nabila yang sudah kenal dekat dengan mereka berdua sudah tau apa yang terjadi pada Azzam, Nabila ingin membantu Azzam dan Firman untung menyelidiki siapa yang dalang dibalik pembunuh kedua orang tuanya Azzam, Azzam dan Firman yang mendengar perkataan Nabila menolak karena takut membahayakan Nabila. Tetapi Nabila bersikeras untuk membantu mereka, Azzam dan Firman yang melihat Nabila begitu tulus tak bisa menolaknya, namun Azzam berpesan kepada Nabila dia boleh membantu apa saja tapi jangan sampai membahayakan dirinya sendiri. Nabila pun bertanya kepada Azzam apakah dia mengingat ciri-ciri dari pembunuh itu, Azzam pun berkata kepada Nabila bahwa yang membunuh kedua orang tuanya memiliki tato naga merah ditangannya. Seketika Nabila yang mendengar itupun langsung terkejut sambil berlinang air mata tak menyangka dengan apa yang didengarnya. Azzam dan Firman yang tidak tahu mengapa Nabila menangis langsung menanyakan kepadanya apa yang terjadi, Nabila pun menjelaskan bahwa ayahnya juga dibunuh oleh sekelompok orang bertato naga merah itu. Beruntungnya ibunya Nabila berhasil selamat dari kejadian yang mengenaskan. Azzam dan Firman yang mendengar hal itupun ikut merasa sedih, Firman yang cerdas memiliki ide untuk menanyakan informasi mengenai anggota bertato naga merah kepada ibunya Nabila Azzam dan Nabila pun setuju dengan ide yang di usulkan Firman mereka setuju untuk berangkat di hari libur. 

Hari libur pun tiba Azzam dan Firman sedang bersiap untuk pergi menuju rumahnya Nabila yang terletak cukup jauh dari rumah mereka. Mereka berdua berangkat menggunakan sepeda motor milik almarhum ayahnya Azzam. Firman terkejut melongo melihat berapa kerennya motor sport milik almarhum ayahnya Azzam ia tak pernah tahu Azzam memiliki motor sekeren itu. Mereka berdua pun berangkat dengan penuh semangat Azzam memacu kendaraannya dengan sangat cepat terlihat senyum indah Azzam terpancar dibalik helemnya itu, sementara Firman ketakutan dibawa ngebut oleh Azzam,"kalo ngompol lagi gue turunin lu man" seru Azzam bercanda kepada Firman. Mereka pun berhenti sebentar di minimarket untuk mengisi perbekalan mereka sembari menumpang ke kamar mandi. Disaat Azzam menunggu untuk membayar sialnya dompet Azzam dicuri oleh seorang berjaket hitam dengan masker menutupi wajahnya, tanpa pikir panjang Azzam langsung lari mengejar pencuri itu meninggalkan sepeda motornya dan Firman yang sedang di kamar mandi. Azzam terus mengejar pencuri itu hingga sampai ke dalam gang-gang sempit yang sangat berbeda dengan yang didekat rumahnya. Setelah mengejar cukup lama iya akhirnya sampai di jalan buntu, namun seketika wajahnya yang tadinya segar kini berubah seperti habis melihat malaikat pencabut nyawa, ia melihat sekelompok orang berjaket hitam dan Hasnan yang kini tidak menggunakan manset hitam ternyata memiliki tato naga merah di tangannya sedang menyekap Safira kekasihnya sendiri. Hasnan yang melihat Azzam langsung menyuruh seluruh anggotanya untuk mengejarnya. Azzam yang masih terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang harus berlari lagi, jantungnya berdegup sangat kencang nafasnya hampir habis dia berlari sekencang kencangnya tidak peduli dengan apa yang ada di depannya bahkan pagar kayu pun ia hantam, kejar kejaran pun berlangsung cukup lama Azzam yang sudah sangat kelelahan kini mulai kesusahan untuk berlari penglihatan nya mulai kabur, saat ia berjalan keluar gang beruntungnya ada warga yang tengah berkumpul, Hasnan dan anggotanya pun mundur karena mereka sedang menjadi incaran polisi. Azzam yang sudah sangat lelah akhirnya tak sadarkan diri terkapar di tengah ramainya warga. 

Di sisi lain Firman yang baru keluar dari kamar mandi tak tahu apa yang terjadi dan tak tahu kemana perginya Azzam, dia kebingungan dan mulai bertanya ke semua orang yang masih ada di kini market, namun tak ada satupun yang tahu. Firman yang semakin bingung tak tahu ingin mencari Azzam kemana dia hanya meninggalkan dirinya dengan motor yang bahkan dia tak tahu cara mengendarainya. Dia mencoba menelfon Azzam namun tak ada panggilan yang terjawab, dia juga mencoba menghubungi Nabila namun hasilnya nihil tak ada satupun yang diangkat. 

Waktu semakin larut adzan maghrib berkumandang membangunkan Azzam yang telah diselamatkan dirumah warga, Azzam pun bertanya kepada bapak-bapak yang telah menyelamatkannya apa yang terjadi namun si bapak malah memberikan Azzam sebilah pedang yang tak terlalu panjang dan sebuah pistol Azzam yang kebingungan mengapa dia memberikan senjata itu seakan-akan bapak itu telah mengalami hal yang sama. Sebelum berangkat lagi kerumah Nabila ia pergi melaksanakan sholat dan berdoa memohon agar diberi petunjuk apa yang harus ia lakukan Azzam tak ingin ada pertumpahan darah antara Hasnan dengan dirinya. Setelah selesai Azzam melihat ponselnya terdapat panggilan tak terjawab dari Firman dan Nabila, ia mencoba menghubungi keduanya namun tak ada satupun yang mengangkatnya. Saat ia hendak mencari bantuan polisi terdapat pesan dari Hasnan, "Gudang tua dekat kuburan sendiri!!" Azzam yang menerima pesan itu mengurungkan niatnya mencari polisi dengan perasaan takut dan gelisah ia bergegas menuju gudang tua itu. 

Setelah sampainya Azzam digudang dia membuka gerbang dan melihat Hasnan sudah menculik Safira dan Nabila. Azzam kemudian menanyakan kepada Hasnan kenapa dia melakukan semua ini, tapi Hasnan yang sedang memegang pedang panjang tak menjawab apa apa, namun tumpukan narkoba yang tersebar digudang menjelaskan semuanya kalau Hasnan adalah anggota kelompok kriminal pengedar narkoba, ia membunuh semua orang yang melihat aksi mereka dalam mengedarkan narkoba mengingat ayah dan ibunya Azzam dahulu bekerja di dekat sini. Azzam yang tadinya takut kini dipenuhi amarah, tatapan Azzam kepada Hasnan bukan lagi sebagai seorang teman melainkan sebagai musuh yang memiliki dendam tak terbalaskan, Azzam tanpa berfikir panjang langsung berlari ke arah Hasnan menyerang menggunakan pedang yang telah diberikan oleh bapak yang menolongnya, Azzam dan Hasnan terlibat pertarungan yang sengit sementara Safira dan masih di sekap tak berdaya, ayunan demi ayunan mengiris kulit Azzam dan Hasnan. Ketika Hasnan tengah lengah Azzam langsung menendang Hasnan hingga terjatuh Azzam langsung menodong kan pistolnya ke arahnya nyawa Hasnan kini berada di ujung tanduk. Sialnya anggota geng Hasnan datang menyandera dan mengancam untuk membunuh Nabila dan Safira, 

Azzam yang perhatiannya teralihkan langsung dilempar pasir oleh Hasnan, matanya tak bisa melihat terhalang oleh pasir yang memenuhi wajahnya senjata Azzam di ambil dan menodong kearah kepala Azzam, matanya yang kini sudah bisa melihat hanya bisa melihat pistol di depan kepalanya dan Nabila yang terlihat menangis tak bersuara terhalang oleh lakban yang menahan mulutnya. 

Kini Azzam baru mulai menyadari dia memiliki perasaan terhadap Nabila dan berfikir mungkin dia akan melihat Nabila untuk yang terakhir kalinya dan akan segera menyusul kedua orang tuanya. Sekarang Hasan tersenyum jahat sambil menodongkan senjata ke arah kepala Azzam. Namun senyum itu memudar saat mendengar suara motor yang melaju cepat semakin mendekat ke gudang. dengan gagahnya Firman masuk terbang kedalam gudang mengendarai motor ayahnya Azzam yang bahkan sebelumnya tak bisa ia kendarai. Firman datang bersama para polisi sambil mengatakan "MAJU SINI LU BAJINGAN". Azzam yang melihat kesempatan langsung memukul tangan hasnan yang membuat pistol terlempar. Pertarungan antara kelompok kriminal dengan Azzam, Firman dan para polisi pun terjadi begitu dahsyat. Suara dentuman pistol, pedang dengan pedang terdengar sampai keluar gudang. Sementara itu Hasnan kabur sambil menuju bilik sebelah gudang. Azzam yang melihat itu langsung mengejar Hasnan dan menyuruh Firman membantu polisi yang lain, kini mereka berdua kembali berduel satu lawan satu duel antar hidup dan mati duel antara teman dan mantan teman. Tanpa berpikir panjang mereka berdua mulai bertarung tebasan pedang melukai tubuh mereka berdua hingga berubah menjadi merah dipenuhi darah. Hasnan yang kini melihat Azzam mulai ketakutan dengan tatapan yang begitu menyeramkan, Azzam yang dipenuhi dendam amarah langsung melancarkan serangan terakhirnya menusukan pedangnya ke perut Hasnan. Hasnan yang tertusuk mulai menyesali dengan apa yang ia perbuat dirinya pun terkapar dan tewas mengenaskan. 

Saat Azzam keluar dari bilik terlihat tangis bahagia dari Nabila Firman dan anggota polisi yang telah meringkus semua anggota geng bertato naga sementara Safira dilarikan ke ambulan karena keadaannya yang cukup kritis. Nabila kemudian berlari memeluk erat Azzam, "ini semua sudah berakhir kan" Ucap Nabila sambil meneteskan air mata, Azzam hanya tersnyum dan ikut meneteskan air mata di pelukan Nabila.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
DIA BUKAN TEMANKU
Yusuf Ahmad
Flash
Penulis profesional
Mahmud
Skrip Film
Delivery
attahirah dira putri
Cerpen
Bronze
Amarah sang Raja Air
Bang Jay
Flash
Bronze
Rumah Berhantu karya Virginia Woolf. Penerjemah : ahmad muhaimin
Ahmad Muhaimin
Flash
Pulau Ginjer
karyasmpitinsankamil
Novel
Hilang: dalam Mega Mendung
Ikhsannu Hakim
Flash
Bronze
Twinflame
Ron Nee Soo
Novel
Gasing Bambu
bomo wicaksono
Flash
Reverse #2 : Mata
Yesno S
Flash
Hampir Mati
Nurul Adiyanti
Novel
Bronze
Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411
Cancan Ramadhan
Cerpen
Bronze
Jejak yang Tak Pernah Padam
Muhammad Ari Pratomo
Flash
Pemburu Zombie
M. Ferdiansyah
Flash
Aku suka boxing tapi aku tidak akan melakukannya lagi
moh nabil ardiansyah
Rekomendasi
Cerpen
DIA BUKAN TEMANKU
Yusuf Ahmad
Flash
Bronze
Tangan hoki
Yusuf Ahmad