Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Di Bawah Awan Jingga
0
Suka
106
Dibaca

Senang bisa mengenalmu, dekat denganmu, berjuang bersamamu, hingga akhirnya menyatu dalam satu asas yang sederhana namun penuh makna. Segalanya hadir begitu pelan, seperti embun yang tak pernah memilih kapan ia jatuh ke tanah, atau seperti daun yang tak pernah menolak ketika angin membawanya pergi. Semua terjadi begitu saja, dan aku merasa di tengah luasnya dunia aku telah menemukan ruang kecil di hatimu yang tak tergantikan.

Seperti yang pernah dikatakan Sapardi Djoko Damono, aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu; aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Kalimat itu terus berputar dalam kepalaku. Justru kesederhanaan itulah yang paling sulit aku tafsirkan, karena cinta bukan sekadar kata, melainkan ruang tempat kita saling berteduh dari segala gelisah.

Aku bersyukur bisa memilihmu untuk ikut serta dalam perjalanan panjang hidup yang penuh tanda tanya ini. Bukan kebetulan, bukan pula sekadar persinggahan. Kau hadir bagai jawaban yang tak pernah kutahu sebelumnya sedang kutanyakan.

Bagi diriku, setiap garis perjuangan selalu memiliki keterkaitan dengan dua hal: kepekaan dan cinta. Kepekaan membuatku mampu melihat celah harapan di balik dinding keraguan, sementara cinta memberiku alasan untuk terus berjalan. Dalam langkah-langkah panjang yang sering melelahkan, aku selalu bertanya-tanya: apakah kita akan selalu ada? Apakah kita akan menikmati indahnya semesta di balik awan jingga yang senantiasa kita pandang bersama?

Mungkin aku tak punya jawaban pasti. Namun, ada keyakinan yang tumbuh seperti bunga liar di tepi jalan: sederhana, rapuh, tapi selalu mekar meski tak pernah dipelihara. Keyakinan itu membuatku percaya bahwa memandang dan memelukmu di kala senja adalah takdir yang akan terus mengikat kita.

Senja yang Menyimpan Rahasia

Senja selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan ketabahan. Ketika langit mulai berwarna jingga, aku teringat pada awal kita berjumpa. Bukan di tempat yang istimewa, bukan pula dalam suasana romantis seperti di film-film. Hanya ruang sederhana, percakapan singkat, namun sejak saat itu hatiku seperti ditarik untuk mengenalmu lebih jauh.

Ada jarak yang harus kita tempuh, ada dinding yang harus kita turunkan. Namun, entah bagaimana, semua terasa mungkin. Kau menemaniku dalam diam, dan dalam diam itulah aku merasakan suara paling nyaring: bahwa aku membutuhkanmu.

Kita berdua tahu, hidup tak selalu manis. Ada luka yang datang, ada kecewa yang hinggap. Kadang aku berpikir, mungkinkah kita bertahan? Mungkinkah kita tidak goyah saat badai datang? Tetapi, di bawah awan jingga itu, ketika dunia terasa redup namun indah, aku percaya kita bisa.

Seperti laut yang tak pernah berhenti mencium pantai, aku ingin kita pun tak berhenti kembali meski ombak kadang memukul keras. Dan seperti bulan yang setia menunggu malam, aku ingin kita tetap saling menunggu meski gelap kadang terasa panjang.

Antara Cita-Cita dan Rindu

Cinta bukan berarti kita berhenti mengejar cita-cita. Justru cinta adalah tenaga yang membuat langkah menjadi ringan. Aku ingat, kau pernah berkata, “Kita boleh jatuh, asal jangan lupa berdiri kembali.” Kalimat itu menempel kuat di kepalaku, menjadi mantra saat lelah hampir membuatku menyerah.

Aku ingin kita terus berjalan, bukan hanya berdua, tapi juga bersama mimpi-mimpi yang kita rawat. Aku ingin setiap pencapaianmu menjadi kebanggaanku, dan setiap kegagalanku menjadi alasanmu untuk menepuk pundakku dan berkata, “Kita masih bisa mencoba lagi.”

Kadang aku merasa rindu adalah semacam ujian. Ia datang tiba-tiba, seperti hujan yang mengguyur tanpa aba-aba. Ia bisa menenangkan, tetapi juga bisa meresahkan. Dalam setiap rindu yang kutanggung, aku belajar bahwa jarak bukan musuh, melainkan ruang bagi doa untuk bekerja.

Luka yang Mengajarkan

Tak selamanya kita beriringan tanpa hambatan. Pernah suatu kali kita berselisih, lalu diam menjadi jurang yang lebar. Malam terasa dingin, kata-kata terasa tumpul. Aku nyaris percaya bahwa semua bisa berakhir begitu saja. Namun pagi berikutnya, ketika cahaya menembus jendela, aku sadar: kita terlalu berharga untuk dilepaskan hanya karena kesalahpahaman.

Luka memang menyakitkan, tetapi ia juga guru yang setia. Ia mengajarkan bagaimana menjaga, bagaimana menghargai, bagaimana memahami bahwa cinta bukan selalu tentang bahagia, melainkan juga tentang bertahan saat gelap menutup jalan.

Aku belajar bahwa mencintaimu bukan berarti meniadakan dirimu, melainkan merayakan keberadaanmu. Dan itu membuatku semakin yakin, meski badai datang, kita bisa meneduh bersama.

Puncak Senja

Ada hari ketika kita berdiri di tepi pantai, memandangi matahari yang perlahan turun ke ufuk. Angin membawa aroma asin laut, dan suara ombak memeluk pasir dengan kesetiaan yang nyaris abadi. Aku menoleh padamu, dan di matamu aku melihat seluruh jawaban yang selama ini kucari.

Kau tak banyak bicara, tapi senyummu cukup untuk menenangkan semua keresahanku. Dalam sekejap, aku mengerti bahwa kebahagiaan tak harus gemuruh, kadang ia hadir setenang cahaya yang jatuh ke permukaan laut.

Di momen itu aku tahu, cintaku padamu tak akan pernah selesai. Ia mungkin berubah bentuk, mungkin diuji waktu, tapi ia akan selalu ada, seperti senja yang setiap hari kembali meski malam sempat menguasai langit.

Tentang Waktu yang Menguji

Waktu selalu punya cara menguji kesetiaan. Ia berjalan tanpa menoleh, meninggalkan kita dengan pilihan: bertahan atau menyerah. Kadang aku merasa kita hanya sepasang pejalan kecil di antara miliaran manusia yang berjuang di bumi ini. Namun bedanya, kita punya satu alasan sederhana untuk terus melangkah: saling menggenggam.

Aku teringat pada malam-malam panjang ketika jarak membentang. Kau di ujung sana, aku di sini, hanya suara yang bisa saling menjangkau. Tapi di situlah aku sadar, cinta tidak selalu harus hadir dalam wujud raga. Ia bisa tumbuh dalam kata, dalam doa, bahkan dalam diam yang menunggu.

Seperti pohon yang tetap berdiri meski musim silih berganti, aku ingin cinta kita pun demikian: berakar dalam, tak tergoyahkan meski badai datang. Dan jika suatu hari kita menua, biarlah kenangan-kenangan sederhana ini menjadi pelabuhan terakhir, tempat kita beristirahat dari segala perjalanan.

Penutup di Bawah Cahaya Jingga

Kini, setiap kali menatap langit sore, aku selalu merasa sedang berbicara denganmu, meski tanpa kata. Awan jingga yang mewarnai ufuk barat seperti lukisan yang kita buat bersama: tak sempurna, kadang kabur, tapi indah karena kita melukiskannya dengan hati.

Mungkin inilah arti dari mencintai dengan sederhana: tidak menuntut banyak hal, tidak meminta langit runtuh hanya untuk kita, tetapi cukup bersyukur bisa berjalan bersama, meski jalan itu berliku.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Namun hari ini, di bawah awan jingga, aku memilih untuk percaya. Bahwa kau adalah rumah, dan aku adalah pengembara yang akhirnya menemukan tujuan. Bahwa cinta sederhana ini akan terus hidup, selama senja masih ada di langit kita.

Dan sebelum senja benar-benar tenggelam, biarlah aku meninggalkan syair ini untukmu: Di bawah langit yang berwarna jingga Kutitipkan cinta pada cahaya yang meredup Seperti laut yang setia pada pantai Seperti bulan yang tak pernah lelah menunggu malam. Bila waktu memisahkan langkah kita Biarlah doa menjadi jembatan sunyi Karena aku percaya, sederhana cinta kita Adalah yang paling abadi di antara segala fana.

"Aku dan engkau, semoga menjadi kita"

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Di Bawah Awan Jingga
Septia Arya Nugraha
Novel
Terpaksa menjadi madu
musayadah
Novel
Jingga Langit Kelabu
R Ginting Maharani
Novel
LUKA UNTUK SEMBUH
Ivara
Flash
Tsun Tsun Dere Dere
Keita Puspa
Flash
Amor dan Fati
Fann Ardian
Flash
Bronze
Bangku Taman yang Sama
Risti Windri Pabendan
Novel
My First and Last
fransisca Lukito
Novel
Jodohku di Tangan Orang Tuaku
Lolita Alvianti susintaningrum
Novel
Dank Je, Holland!
A. Anggiany
Flash
Bronze
Panggilan Telepon Tengah Malam
Risti Windri Pabendan
Cerpen
Bronze
CINTA DI JEMBATAN ITU
Mu Xuerong
Novel
Alter Ego
Fani Fujisaki
Novel
Tentang Anna.
Zahid Paningrome
Novel
Bronze
Organic Matcha
i
Rekomendasi
Cerpen
Di Bawah Awan Jingga
Septia Arya Nugraha
Cerpen
Asing Lagi
Septia Arya Nugraha
Cerpen
MENUJU JALAN SETAPAK
Septia Arya Nugraha
Cerpen
Kita, Rumah yang tak pernah selesai dibangun
Septia Arya Nugraha