Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di sebuah rumah biasa, ada satu kamar yang tak pernah dibuka, satu nama yang tak pernah disebut, dan satu rahasia yang tak pernah benar-benar hilang. Sampai seseorang datang, mengetuk pintu dan perlahan mengubah segalanya. Bukan hanya soal cinta, tapi juga tentang bagaimana luka bisa pulang sebagai harapan, dan kenangan tumbuh menjadi ruang yang akhirnya bisa dimaafkan."
Part 1 - Kamar Itu Masih Berisik
Namanya Naya Pramesti, 24 tahun, anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil, rumah mereka yang berada di pinggir kota Yogyakarta itu tak pernah benar-benar sunyi. Ada saja yang bisa diributkan, terutama kalau semua anggota keluarga sudah lengkap di rumah. Dan puncak kekacauan biasanya terjadi... saat Naya libur kerja.
"NAAYAAA! Kenapa AC kamar kamu nyala terus dari tadi pagi?! Listrik rumah ini bukan kamu yang bayar!" teriak Ibu dari dapur.
"Aku baru nyalain jam sepuluh, Bu! Tadi juga aku matiin kok waktu ke luar!" jawab Naya dari kamar, sambil menyalakan kipas angin, pura-pura patuh.
"Nanti kalo listrik jepret, baru deh ribut semua satu rumah!"
Satu rumah itu berarti: Ibu, Bapak, Kak Rey, si anak sulung yang pulang seminggu sekali dan selalu bawa kabar sok penting dari kantornya, dan Ara, adik bungsu mereka yang masih SMA dan doyan banget ngeluh.
“Kenapa sih rumah ini isinya orang-orang keras semua? Baru jam sepuluh pagi udah kayak rapat RT,” gumam Naya sambil menatap plafon kamar.
Hari itu sebenarnya cukup penting buat Naya. Ia baru aja putus dari pacarnya yang keempat... dalam tiga tahun terakhir. Dan lucunya, semua mantannya bilang hal yang sama sebelum pergi: “Kamu terlalu sibuk mikirin orang lain, tapi nggak pernah izinkan orang masuk ke hidup kamu.”
Kalimat yang aneh, pikir Naya. Apa iya dia selama ini menutup diri? Atau memang sejak kecil, semua yang ada di rumah ini sudah membuatnya terbiasa untuk tidak berharap...