Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Jus mangga yang sedang kuminum hampir mubazir tersembur. Aku yang sedang asyik ngobrol dengan pak Muh tukang jus mendadak kaget begitu menoleh ke arah lain, dua buah dada terbusung tepat di depan wajahku. Bergoyang ke kiri dan ke kanan berirama dengan suara kecrekan.
Pak Muh yang tadinya sedang mengupas buah berhenti. Dia berteriak histeris dan lari ke pojokan sementara aku membeku.
“Awww…aw...” rintihan yang tidak kalah centil terdengar disertai kibas rambut ikal berwarna coklat terang. Tidak lupa embus nafas dengan aroma kretek yang kuat. Tangan terasong, beriringan dengan kuku palsu yang mencuat, begitu aku melihat ke atas, tersaji wajah yang berlapis make up glamor. Sayang foundationnya⸺ keputihan.
“Sawer dong ganteng kuuuh” katanya, disertai kedipan mata yang manja. Bulu mata palsu yang begitu tebal itu naik turun, dia nyengir.
“Neng, lawan neng!” kata Pak Muh. Aku menghela nafas, dari saku pelan-pelan mengeluarkan uang. Ah shit, tinggal lima puluh ribu.
“Awwww… maacih ayank bebbss” pekiknya girang. Waktu dia mau menyambar uangku, aku langsung menghadangnya. “Bentar...” kubilang sambil berjalan mendekat ke arah laci gerobak jus pak Muh, aku menyodorkan uang lima puluh ribu itu ke wajah pak Muh. Tentunya dengan ekspresi wajah yang aku buat seolah meyakinkan pak Muh kalau aku tidak akan main curang.
Aku membuka laci gerobak pak Muh, menyimpan lembar uangku dan mengantinya den...