Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pukul setengah dua pagi.
Dara sedang duduk seorang diri di ruang makan. Dia sibuk dengan ponselnya, dengan wireless headphone putih yang memutar instrumen soft-orchestra, dengan sepiring buah-buahan—anggur hijau, pisang, dan jeruk—dan sebotol air di meja, dan dengan ekspresi terhenyak yang kian jelas. Perlahan, air mata kembali menetes dari matanya yang sembab, mengalir, membasahi pipinya yang juga masih lembab.
Glodak!
Dara terisak. “Kok gini, sih..,” ujarnya dengan suara tertahan sambil memetik satu buah anggur. “Kenapa harus gini sih ceritanya? Harusnya mereka tuh ketemu..,” lanjutnya sebelum memakan buah itu.
Glodak!
“Eh.”
“Itu lho, di sana.”
Dara, gadis berpiyama lengan panjang dengan rambut Dora itu, meletakkan ponsel di meja, menyeka air mata dengan kedua tangan, lalu lanjut mengunyah dan menelan anggurnya. Tak lama kemudian, sebuah pesan singkat dari kontak bernama Grace masuk, lalu kontak yang sama berganti menelepon, membuat musik berhenti dan berganti menjadi nada dering.
“Kh-khem.” Dara membenarkan tenggorokan, lalu menggeser tombol hijau. “Halo, Grace?”
Hening.
“D-Dar.”
“Eh, kenapa?”
Grace adalah teman organisasinya di kampus dulu. Beberapa waktu ini, dia sering curhat tentang masalah keluarganya yang berkepanjangan, dan kali ini juga begitu, meski selama ini Dara hanya bisa mendengarkan dan memberi saran-saran kecil. Mereka pun bertel...