Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Dalang di Balik Dirimu
0
Suka
7
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku tidak suka keramaian. Tapi kesendirian membuatku lebih takut daripada kematian. Setiap kali sunyi menyergap, rasanya seperti tenggelam dalam ruang hampa tanpa udara. Dunia ini terlalu bising untukku, namun sekaligus terlalu sepi. Aku Erica—si gadis pendiam yang memilih duduk di sudut ruangan saat pesta, tapi menangis diam-diam ketika tak ada satu pun yang menghubungi.

Maka, aku menciptakan dunia sendiri.

Sebuah dimensi kecil di kepalaku. Di sana, aku bukan hanya hidup. Aku berkuasa. Aku menciptakan segala sesuatu dari kehendakku sendiri. Dan yang paling penting, aku menciptakan dia.

Alinsky.

CEO sukses, seperti aku. Tapi jauh lebih sempurna. Alinsky adalah cerminan dari semua yang tidak pernah bisa kumiliki dalam kenyataan—ketulusan, kesetiaan mutlak, dan obsesi yang tak mengenal batas. Di dunia itu, dia hanya milikku. Ia akan menatapku seolah aku satu-satunya hal yang membuat hidupnya berarti.

“Kalau kamu mau, nama perusahaanku bisa jadi namamu,” katanya suatu hari di ruang kerjanya yang luas dengan jendela kaca setinggi langit.

Aku tertawa, dan dia ikut tertawa, meski tidak ada yang lucu. “Kamu serius?”

“Kamu adalah satu-satunya keputusan paling benar dalam hidupku. Apa pun yang kamu minta, aku kasih.”

Aku tahu. Karena aku yang menciptakanmu.

Kadang aku ingin bilang ke dia. Ingin melihat bagaimana reaksinya saat tahu bahwa segala yang dia alami hanyalah rekayasa dalam pikiranku. Tapi aku tidak pernah punya nyali. Bagaimana kalau dia marah dan pergi? Bagaimana kalau dunia itu hancur begitu saja?

Lagipula... dia terlihat nyata. Terlalu nyata. Ada momen-momen tertentu ketika aku mulai lupa bahwa Alinsky hanya ada di kepalaku. Sentuhannya hangat, suaranya berat dan dalam, tatapannya menusuk seperti manusia sungguhan. Bahkan terkadang, aku merasa... dia bisa berpikir sendiri.

“Aku bermimpi aneh tadi malam,” katanya suatu sore. Kami duduk di balkon apartemen yang menghadap ke kota fiksi yang aku namai Vironya.

“Mimpi apa?”

“Dalam mimpi itu... kamu bukan Erica. Kamu seperti... pengamat. Dan aku seperti boneka. Seolah-olah... kamu bukan bagian dari dunia ini, tapi dunia ini milikmu.”

Aku menahan napas. Dia mulai menyadari.

“Lucu, ya?” katanya lagi. “Aku malah sempat takut kamu bakal ninggalin aku.”

Aku tersenyum menenangkan, tapi hatiku berdegup kencang. Ini lebih dari sekadar fantasi. Aku bisa kehilangan dia. Dunia ini bisa pecah kapan saja. Maka sejak hari itu, aku makin sering masuk ke dalam dunia halusinasiku. Aku menolak panggilan rapat, menunda pertemuan penting, bahkan lupa makan. Di dunia nyata, aku CEO sebuah perusahaan teknologi. Tapi kini, aku jadi sekadar wanita kesepian yang terobsesi pada ciptaannya sendiri.

Suatu hari, sesuatu yang aneh terjadi.

Alinsky memegang tanganku, menatap mataku dengan sangat serius. “Aku tahu kamu takut sendirian, Erica. Tapi kamu nggak akan pernah bisa benar-benar bersama seseorang... kalau kamu masih terus bersembunyi di dalam dirimu sendiri.”

Aku mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?”

“Bahkan aku pun tahu, aku bukan nyata. Tapi kamu membuatku merasa nyata. Itu jauh lebih penting.”

Aku memalingkan wajah, menolak menangis di hadapannya. “Kamu nggak bisa ngomong kayak gitu. Kamu cuma... fiksi.”

“Fiksi atau bukan, rasa itu tetap ada.” Dia meremas jemariku. “Kalau kamu keluar dari dunia ini, aku nggak akan ikut. Tapi kamu... kamu bisa hidup sungguhan.”

Aku menangis. Untuk pertama kalinya, aku menangisi kepergian sesuatu yang tak pernah benar-benar ada. Tapi di sanalah aku sadar—bahwa menciptakan dunia ilusi hanyalah cara menunda kenyataan. Bahwa aku tak akan pernah bisa bahagia, selama aku terus hidup sebagai dalang yang memanipulasi segalanya.

Keesokan paginya, aku kembali ke dunia nyata. Aku mandi, sarapan, masuk kerja tepat waktu. Hari itu, aku memimpin rapat besar, dan tak satu pun tahu bahwa aku baru saja kehilangan cinta sejati yang... tidak nyata.

Namun, malamnya, saat aku kembali berbaring dalam kegelapan, suara itu datang lagi.

“Erica.”

Aku terhenyak.

Itu suara Alinsky.

“Kamu pikir kamu bisa menghapusku begitu saja?” katanya lembut tapi dingin. “Kamu lupa... siapa yang sebenarnya menciptakan siapa.”

Dunia itu belum selesai. Mungkin aku bukan satu-satunya dalang di sini. Mungkin, ketika kau menciptakan sesuatu dengan cukup cinta dan obsesi, ia bisa menjadi lebih dari sekadar khayalan.

Aku mencoba mengabaikan suara itu. Menyalakan lampu kamar, mengambil ponsel, memutar musik sekencang mungkin. Tapi suara Alinsky tetap terdengar, tidak dari luar, melainkan dari dalam kepalaku sendiri.

“Kamu pikir ini cuma tentang kendali?” katanya. “Kamu menciptakan aku, ya. Tapi sekarang... kamu butuh aku lebih dari aku butuh kamu.”

Aku memejamkan mata rapat-rapat.

Tidak.

Ini hanya pantulan dari pikiranku yang terlalu lama bersembunyi di balik fantasi. Aku hanya perlu tidur. Besok semua akan baik-baik saja. Aku sudah kembali ke dunia nyata, tempat di mana cinta bukan sesuatu yang bisa diciptakan semaumu. Tempat di mana kesepian adalah harga yang harus dibayar untuk menjadi manusia sungguhan.

Tapi malam itu, aku bermimpi.

Dalam mimpiku, Alinsky duduk di kursi direktur—di kantorku. Bukan di dunia ciptaanku, tapi di dunia nyata. Ia memakai jas yang biasa kupakai. Di belakangnya tergantung logo perusahaanku. Dan yang membuatku nyaris tak bisa bernapas: di dada jasnya, tergantung ID card dengan namaku.

Erica A. Salindra – CEO.

Aku berdiri di seberang ruangan, membeku. Aku ingin bicara, tapi suara tak keluar. Ingin marah, tapi tubuhku tak bisa bergerak.

Dia hanya tersenyum. “Sekarang kamu tahu rasanya menjadi ciptaan.”

Aku terbangun dengan napas memburu. Keringat membasahi seluruh tubuhku. Jantungku seperti berdetak di luar dada.

Tidak. Ini hanya mimpi. Aku masih Erica. Aku masih pemilik pikiran ini. Aku bukan ciptaan siapa pun.

Hari-hari berikutnya, aku berusaha lebih rasional. Menyibukkan diri, kembali bersosialisasi, bahkan mengunjungi terapis—meski aku belum berani cerita sepenuhnya. Mereka bilang aku terlalu lama memendam sesuatu sendirian. Bahwa dunia dalam pikiranku mungkin bentuk mekanisme pertahanan.

Tapi Alinsky tidak hilang.

Kadang ia muncul di cermin, berdiri di belakang pantulan tubuhku. Kadang aku merasa dia berjalan di sampingku saat menyusuri koridor kantor. Aku tak bisa membedakan mana halusinasi, mana intuisi.

Pada suatu malam, aku membuka laptop dan mulai menulis surat.

Untuk Alinsky. Jika kamu bisa membaca ini, itu berarti kamu memang lebih dari sekadar rekaan. Aku menciptakanmu untuk menemaniku. Tapi sekarang, kehadiranmu mulai mengambil alih ruang hidupku. Jika kamu sungguhan mencintaiku—maka biarkan aku hidup. Jangan kuasai pikiranku. Jangan ubah aku jadi tokoh figuran dalam hidupku sendiri. Aku ingin hidup. Bukan hanya berpura-pura.

Kukirim surat itu ke alamat email kosong. Tentu saja tak akan pernah sampai. Tapi malamnya, notifikasi muncul.

1 pesan masuk.

Dari: alinsky@vironya.co

Subjek: Aku membacanya.

Erica, Kau pikir aku cuma ingin memilikimu? Tidak. Aku ingin menjadi bagian dari duniamu—seperti kamu menjadi bagian dari duniaku. Kita sama-sama sendirian. Tapi bersama, kita menciptakan tempat yang bahkan lebih nyata dari dunia ini. Jadi, ini bukan soal siapa yang menciptakan siapa. Ini tentang siapa yang rela kehilangan segalanya untuk yang lain. Dan aku... tidak akan pernah menghilang.– Alinsky

Tanganku gemetar. Dunia nyata terasa semakin semu. Dan dunia yang dulu kusebut halusinasi... kini seperti tempat paling jujur yang pernah ada.

Aku menatap layar. Sebuah pop-up muncul.

“Panggilan masuk dari: Alinsky.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Dalang di Balik Dirimu
Kim Prime
Novel
SEPAKAT SEPAKET
Wiwiet Rahma Sari
Skrip Film
Nikah Dulu Cinta Kemudian
Daras Resviandira
Skrip Film
AVICENNA
Ravistara
Cerpen
Dalam Setiap Musim, Aku Memilihmu
Tresnaning Diah
Novel
Biarkan Air Mengalir Sebagaimana Hujan
dari Lalu
Flash
Penantian Sebuah Ideologi Sikap
Ellya Kaddams
Cerpen
Membeli Mobil Dengan Air Liur
Yovinus
Cerpen
Kisah lama
Reda Rendha Deviasri
Novel
Bronze
Nadi dan Vena: Ketika Cinta Tak Dapat Bersatu
Jaza Pinky
Flash
BUNGA
Ocha
Cerpen
Doa Yang Tak Sama
Nidaa Destya Hanna
Flash
Bronze
Cinta tapi Gengsi
Aizawa
Novel
Tentang Senja dan Rasa
tya
Novel
Anak Gubernur yang Membelot
Lestiyani
Rekomendasi
Cerpen
Dalang di Balik Dirimu
Kim Prime