Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Cintaku Terjerat di Yogya
2
Suka
52
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Cintaku Terjerat di Yogya

Bersamaan dengan rona jingga di ufuk barat, aku sampai di Stasiun Tugu. Rombongan penumpang berduyun-duyun berjalan di peron menuju pintu keluar, aku ikut serta di antara mereka. Saat itu hari makin temaram. Aku bergegas memesan kendaraan via online. Namun, mendadak seseorang datang mendekat.

“Hai, Cantik.” 

Aku langsung mengenali suaranya. “Hajar?”

Pemuda itu tersenyum manis. Dia lantas menarik tas troli yang kubawa dan mengajak ke tempat parkir. Hajar memang sudah bilang akan menjemput di stasiun. Kupikir, dia hanya bercanda saja. Ternyata dia benar-benar datang. 

Hajar adalah salah satu temanku saat di kampus. Pernah ada rasa di antara kami, dulu. Namun, takdir sepertinya belum mempersatukannya. Aku sibuk di kotaku. Dia pun sama, sibuk mengelola usaha batiknya di Kota Gudeg.

Sesampai di parkiran, Hajar membukakan pintu depan disertai ucapan, “silakan, Ratuku.” Perlakuannya membuat anganku melambung tinggi, jauh, ke dirgantara. Aku segera masuk ke mobilnya. Hajar lantas membuka bagasi untuk menyimpan tas troli di sana. Setelah selesai dia masuk ke mobil dan duduk di kursi pengemudi. 

Hajar menyalakan mesin mobil. Namun, dia tak segera melajukan mobilnya. Tiba-tiba, tangan kanannya diletakkan di sebelah kiriku. Wajah kami pun sangat dekat. Pemuda itu melirik sedikit dari sudut matanya. Tersenyum sebentar. Yuhuu, sangat menawan sekali. Aku beringsut mundur meskipun tindakanku tak berpengaruh signifikan. Wajah kami tetap berada pada jarak yang sama. Sangat dekat.

Hajar belum mengubah posisi. Dia malah menatap tepat di retinaku. Dia pun mengucap sesuatu. 

“Di getar-getar dada, di merdu sangkakala, Kau, pecumbu yang mesra. Aku berpikir kau tulang punggung. Aku berpikir kau tambah anggun.

Tak menunggu lama, aku menyahut kalimatnya. Spontan, tanpa pikir panjang.

“Getar-getar tanpa pilar, tiap hari kian menjalar, mengusik keheningan malam. Aku berpikir kau menggelitik. Aku berpikir kau makin asyik.”

Hajar tersenyum manis kembali, lalu dia menyambung kalimatku seketika.

“Di desau angin timur, di ombak yang berlumur, kau menyeberang lautan. Aku berpikir kau petualang. Aku berpikir kaulah pejuang.”

Kembali aku membalas ucapannya setelah Hajar menyentuh hidungku dengan jari. 

“Di desau dedaunan, gemerisik meninggalkan bunyi. Kau tersenyum sendiri. Aku berpikir kau terlena. Aku berpikir kau telah terpana.”

“Nungguin tercuri? Apa mau mencuri?” ucap Hajar seraya menarik sabuk pengaman yang lupa aku pasang.

“Hih, kamu ini!” sahutku gemas.

Hajar memang pernah mencuri sesuatu dariku. Saat itu kami baru pulang dari menonton sekaten di alun-alun. Hari sudah larut malam. Kendaraan tidak mau melalui rute ke arah yang kami tuju. Akhirnya aku dan Hajar turun di tengah jalan. Kami terpaksa menunggu taksi di bawah pohon di tepi jalan.

Hari makin larut. Tepatnya jam sembilan malam. Hajar berdiri di bawah pohon. Sedangkan aku duduk di teras bangunan di samping pohon. Hajar memanggil aku. Dia meminta agar aku ke arah pohon tempat dia berdiri. Dia menunjuk salah satu dahan di atasnya dan menyuruhku melihatnya. Awalnya aku ragu karena suasana gelap. Mana mungkin bakal terlihat? Namun, entah mengapa aku akhirnya percaya. Begitu aku sampai di dekatnya dan mengamati arah yang ditunjuk, Hajar melayangkan kecupan di pipi. Usai melakukan itu dia spontan berkata, “Tercuri!” Pandangan matanya nakal. Tawanya terkekeh seakan-akan baru saja mendapat durian runtuh.

Seketika aku malu. Perasaan pun tak karuan dibuatnya. Baper level maksimal. Berani-beraninya Hajar melakukan itu. Dia sangat percaya diri, nggak bakalan kena tampar. Aku memang tak memarahinya, dulu. 

Aku hanya bertanya padanya, apakah dia juga melakukan hal itu pada gadis lain? Hajar menggeleng. Dia hanya ingin melakukan itu padaku. Pernyataan cinta Hajar akhirnya terucap. Dia bermaksud menikahiku, kelak. Hati gadis mana yang tak berbunga-bunga, dilamar pemuda ganteng calon sarjana. 

Hari itu, aku bertemu kembali dengan Hajar. Sungguh, rasaku padanya belum pudar. Apakah rasa di hatinya masih sama? Ataukah sudah ada gadis lain yang menggantikanku di sana? Entahlah. Yang tertangkap, sikapnya masih hangat, ceria, humoris seperti dulu. 

Hajar memacu mobilnya menuju tempatku menginap. Selama tiga hari aku ada kegiatan di Yogyakarta. Setelah sampai penginapan, Hajar ingin, sebelum aku pulang, dia akan mengajakku keliling Malioboro dan ke pantai di kawasan Gunung Kidul. Aku menyetujui permintaannya. 

“Makasih, Sayang. Sampai besok. Muuach!” ucap Hajar seraya menempelkan dua jari di bibirnya.

“Hmmm ….” Aku bergumam melihat tingkahnya. Ungkapan yang maknanya sangat dalam. Satu kata yang tak ada di kamus manapun.

Inilah CLBK, cinta lama bersemi kembali. Hajar sepertinya masih memiliki hatiku. Terlihat dari sikapnya yang seakan-akan ingin menjagaku selamanya.

Selama tiga hari aku mengisi acara seminar umum sebagai pembicara di beberapa kampus. Hajar lagi-lagi menawarkan diri untuk mengantar dan menjemputku. Sebenarnya aku ingin menolak, tetapi dia meyakinkan aku, nggak akan ada yang cemburu. Yang ada, Hajar cemburu jika aku naik angkutan online. Yuhuu, manis sekali! Melemaskan seluruh tulang di persendianku. 

“Kamu suka, Sayang?” tanya Hajar setelah sampai di pesisir selatan Pulau Jawa. 

“Banget!”

Hajar mengajakku berjalan menyusuri bibir pantai yang panjang, sesuai dengan namanya, Pantai Sepanjang. Pasir putih yang lembut seolah-olah menjadi saksi bertautnya kembali dua hati, hatiku dan hati Hajar. 

“Wi, hmm ….”

“Apa?” 

“Kita nikah, yuk. Biar aku bisa cup-cup sampai puas.”

Aku tertawa mendengar alasannya. Jujur sekali dia. Ingin mengajakku nikah agar …. Ya Tuhan, semoga aku tak sedang bermimpi. 

“Wi, jawablah. Gelembung mimpimu sudah kupecahin satu. Tulisannya, ‘yuk, nikah.’ Mau ya, besok langsung kulamar.”

Kupandangi wajah Hajar. Getar-getar di dada makin menjalar. Tak kuasa rasanya menahan gejolak asmara. Aku masih diam, memastikan bahwa kejadian ini nyata. Bukan hanya gelembung mimpi yang kutebarkan ke angkasa. 

“Tapi ….” Ucapanku tertahan. 

“Tapi apa?” kejar Hajar seolah-olah tak sabar. 

“Jangan gangguin kalau aku lagi nulis novel.”

“Itu gampang, Sayang! Jadi, kita nikah?”

Hajar meloncat-loncat kegirangan di tepi pantai saat kuterima lamarannya. Gelombang cinta kami sepertinya telah beresonansi. Saling terpaut satu sama lain. Bergetar mengguncangkan seisi dunia. Menggoyangkan seluruh dedaunan hijau yang tumbuh bertebaran di bumi. Memekarkan bunga-bunga di alam semesta. Hingga aromanya terhidu seantero jagad raya. 

“Tapi ….” Aku kembali berkata-kata.

“Apa, Sayang?”

“Jangan bikin aku nangis.”

“Tentu saja tidak! Aku akan bikin kamu tersenyum dan bahagia sepanjang waktu.”

Sore itu, sepulang dari pantai Hajar membawaku ke toko perhiasan. Hajar membelikan cincin sebagai perlambang bersatunya cinta kami. Cincin bermata putih dengan lapisan emas putih di sela-sela ornamen goresan di permukaannya. 

“Pakai,” pinta Hajar.

“Hm, aku akan jadi istri satu-satunya, ‘kan?”

“Ya, Sayang. Pasti! Sini kupakaikan cincinnya.”

Hajar mengecup jemariku yang terlihat lebih indah dengan cincin yang menyala penuh cinta. 

“Besok, aku anter kamu pulang. Gosah pesen tiket kereta. Oke?”

Yuhuu, aku makin meleleh dan tak bisa berkata apa-apa. Cintaku telah bersemi bersama cintanya. 

“Boleh, cup dulu? tanya Hajar sambil menatap nakal. 

“Astaga! Hajar!” Aku tak bisa menahan tawa, kini. Tak bisa menahan diri juga. Semoga akad nikahku dengannya segera terlaksana agar aku bebas mengurai rasa bersamanya. 

Jakarta, 18 November 2024

#Beautiful_Author_DF

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@Marniati Thank you, Kak. Semangat 🔥😁🥰
mantap susunan kata-katanya... semoga saya bisa kayak gini... ☺️☺️☺️☺️
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
The Testament
Venny Lestari
Novel
Hari Kebangkitan Mantan
Rizky Brawijaya
Cerpen
Cintaku Terjerat di Yogya
Dewi Fortuna
Skrip Film
Candala dan Loker Oak Tua
Tiara Khapsari Puspa Negara
Novel
MILAN-Kasih tak Sampai
Fitriya
Novel
Gold
Montmartre
Mizan Publishing
Novel
Sam & Mut
Muhammad Rifal Asyakir
Novel
Bronze
Tak Mudah untuk Cinta
syafetri syam
Novel
Bronze
Oh My First Love
Dea Avisca
Novel
Bronze
The Privacy
Daniella Jeslynn
Novel
Bronze
Assalamu'alaikum Cinta
Bazigha
Novel
Gold
Eugene Rewrite
Mizan Publishing
Novel
My Name is Haru
Kingkin Prasetijo
Novel
Bronze
DROPE
kasetia
Novel
Bronze
Mi Bancir Bumbu Cinta
Ariny Nurul haq
Rekomendasi
Cerpen
Cintaku Terjerat di Yogya
Dewi Fortuna
Cerpen
Bronze
Basement
Dewi Fortuna
Novel
Cut Off
Dewi Fortuna
Cerpen
Cinta yang Pudar
Dewi Fortuna
Cerpen
Bronze
Blaming The Victim
Dewi Fortuna
Cerpen
Jangan Beri Aku Cintamu
Dewi Fortuna
Flash
Bronze
Berhati Emas
Dewi Fortuna
Cerpen
Masih Adakah Kesucian?
Dewi Fortuna