Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
CINTA (Kisah nyata)
4
Suka
5,872
Dibaca

Aku menatap langit di atasku.

“Sebentar lagi mendung, huft.. kenapa dia belum datang?” ucapku dengan risau.

Dengan enggan aku berjalan pelan, sepelan yang aku bisa. Sesekali aku menatap ke belakang, berharap dia akan muncul dengan sepeda motornya yang sudah usang. Pakaian sekolahku sudah basah dengan keringat. Sejujurnya aku sudah lelah, aktifitas sekolah yang tadi aku jalani amat melelahkan. Aku meraih uang di sakuku. Sepuluh ribu rupiah, lebih dari cukup untuk menaiki angkot. Tapi..., aku memasukannya kembali. Ku seka keringat ku, mencoba menyisir rambut ku dengan ruas jariku.

“Dia pasti datang !”. Aku tersenyum dengan percaya diri.

Sudah sepuluh menit berlalu. Rintik hujan mulai turun. Harapanku perlahan pupus, Dia tidak datang.

“Ini jalan yang dia biasa lalui, kenapa dia tidak datang.”

Seketika hujan semakin deras. Aku tidak perduli, aku tetap saja berjalan. Membiarkan setiap tetes hujan membasahiku.

Ku pikir tidak ada salahnya hujan. Malah aku bersyukur, dengan hadirnya hujan, tidak ada seorang pun yang tau, air mataku mengalir.

Pikiranku berkecamuk. ‘Tidak! Aku tidak terima!’ Aku berhenti dan menatap langit.

“Tuhan! Kau disana?, kau mendengarku?, jika dia memang takdirku maka buat dia hadir disini!” bentakku keras.

Seakan mengejek, hujan malah semakin deras, menusuk – nusuk wajahku.

“Sial..!” aku segera berlari, mencari tempat berteduh. Ku temukan ruko kosong yang sudah usang dan kotor. Aku berjongkok memeluk bahuku erat. Air mataku tidak terbendung lagi.

Pikiranku membawa aku di hari itu. Awal dari aku menyukainya.

 

***

Jumat siang. Seperti biasa aku bersama temanku berjalan di koridor sekolah sehabis membeli jajanan di kantin. Beberapa anak berlarian di koridor, tanpa sengaja menyengolku.

“Maaf, maaf,” ucap salah satu anak. Aku belum sempat menjawab tapi dia sudah berlari pergi.

Aku dan temanku merasa heran, ada keributan apa di ujung koridor.

Sesampainya di depan kelas ku lihat beberapa anak laki-laki berkelahi. Dua diantaranya adalah teman sekelasku. Salah satu teman sekelasku yang ku kenal dengan nama ANDY, mencoba melerai.

“Cukup Lex, biarkan saja mereka.” Ucap Andy

“Mereka harus di beri pelajaran, siapa suruh mereka menggangu temanku.” Ucap Alex, teman sekelasku.

Aku bisa melihat luapan amarah keluar dari matanya. Tidak pernah ku lihat Alex semarah itu. Di kelas dia seperti anak yang pendiam dan baik, selalu tersenyum dan ramah. Aku jarang memperhatikan dirinya di kelas. Tapi saat ini, entah kenapa jantungku berdetak kencang. Dia terlihat berbeda. Dia tampak sangat menawan. Aku terdiam sesaat.

Semua suara seakan menghilang, keberadaan teman-temanku lenyap, tidak ada seorangpun, hanya ada Aku dan Dia. Jantung ku semakin menderu, sebuah perasaan yang tidak pernah aku rasakan. Aku tidak tau apa ini. Aku hanyut pada pikiranku sendiri. Terlihat seperti adegan romansa dalam cerita webtoon, atau sinetron ala roman picisan. Kami terjebak dalam ruang kosong dengan bunga-bunga dan latar pink yang entah muncul darimana.

“ Vivi…” ucapnya padaku.

“Ia…” jawabku dengan tersipu malu. Apa ini?, dia memanggil namaku. Ugh… jantungku…

“ VIVI !, kamu ngak masuk kelas, mau di hukum!” bentak seorang pria dengan suara parau.

Paras Alex yang ku lihat menjadi wajah pak beno yang keriput.

“Maaf pak.” Aku segera berlari.

Ugh… aku terlalu lama melamun tadi. Memalukan sekali.

Semenjak hari itu aku menjadi pengagum rahasianya. Aku sering meliriknya di jam pelajaran.

Dia ramah dan baik, tubuhnya tinggi, parasnya yang tampan, lesung pipi yang dalam. Tapi satu hal yang membuat ku sedih dia sudah memiliki kekasih. Kekasihnya juga tampak baik, tapi menurutku dia biasa-biasa saja tidak begitu cantik. Terkesan sombong ya, tapi memang itu kebenaran. Aku punya selera yang tinggi, walaupun aku tidak bisa menilai diriku sendiri. Tapi menurutku, aku sedikit lebih cantik darinya.

Selang berapa hari semenjak aku menyukainya. Tapi aku masih belum berani mengungkapkan perasaanku. Hari ini aku lupa membawa uang jajanku. Teman – temanku mengajakku ke kantin tapi aku menolak. Aku tidak mau merepotkan mereka, dan pantang bagiku meminjam uang. Aku tertunduk lesu di kelas, ku benamkan wajahku di meja. Mencoba menahan rasa lapar.

“Lapar…” ucapku. Ku pikir semuanya sudah pergi ke kantin.

TUK,,, ku dengar suara seseorang meletakan sesuatu di meja ku. Sekotak bekal makan ada di hadapanku. Aku mengangkat wajahku melihat sekitar tidak ada seorangpun. Ku lihat kotak itu berwarna biru. Aku tersenyum lebar. Aku tau siapa yang memberi ini, pasti Alex. Berkat pengamatan ku berhari-hari, ku pastikan alex mengunakan kotak yang sama. Aku semakin menyukainya.

Siangnya, karena aku tidak membawa uang, aku tidak bisa mengunakan angkutan umum. Aku memutuskan untuk berjalan kaki. Melewati rute kecil.

Pid… pid… suara klakson motor dari arah belakang, aku menoleh. Betapa terkejutnya aku. Ku lihat Alex di belakang.

“Butuh tumpangan ?” ucapnya

Tanpa berpikir dua kali aku mengiyakan.

Aku merasakan amat bahagia hari itu. hembusan angin yang sejuk yang membawa aroma keringat tubuhnya. Punggung lebarnya, otot tangannya, membuat aku selalu terbayang. Aku rasa aku sudah terobsesi padanya. Aku merasa semakin tak waras. Terkadang aku menyentuh motornya dan menghirup aroma dirinya. Aku juga merasa kesal saat dia bersama wanita lain. Aku bahkan memilih berjalan kaki melewati jalan yang biasa dia lewati, hanya untuk melihat dia. Terkadang aku berharap dia memberikan tumpangan. Tapi… terkadang dia tidak sadar berjalan melewatiku.

Pada suatu hari, aku tanpa sengaja satu kelompok denganya. Aku amat bahagia, ku gunakan kesempatan ini untuk mendapatkan nomor teleponnya. Kami menjadi teman baik sejak itu, dia sering menolongku saat aku terlambat mengikuti acara pramuka, dia membantu dengan banyak hal.

Ku sadari satu hal, benar apa yang pernah di katakana oleh orang – orang

CINTA TAK BUTUH ALASAN YANG SEMPURNA, MEMBUAT SESEORANG MENYUKAIMU TAK PERLU DENGAN HAL YANG LUAR BIASA.

***

Senin siang, aku mendengar dari temanku alex putus dengan pacarnya. Cobak tebak apa yang kurasakan, aku kegirangan rasanya seperti hadiah bagiku. Aku berpikir untuk menulis surat cinta padanya. Tapi hal tak terduga datang di hari itu.

Hari ini jam olahraga, aku pergi ke toilet untuk berganti pakaian. Aku melihat temanku masuk dan mengunci pintu. Karena iseng aku mengedor-ngedor pintu dengan kuat. Aku terkikih, aku pikir itu hal biasa yang lucu. Pintunya terbuka, ku lihat gadis yang amat nakal di kelasku. Aku masuk dan dia keluar. Tapi secara mendadak dia menarik rambut ku. Aku terkejut dan reflek hampir memukul wajahnya, tapi untungnya dia segera menutup pintu. Alhasil tanganku mendarat di pintu dengan amat keras. Tangan memerah, berdenyut sakit. Ku biarkan saja dia pikirku, dan bergegas menganti pakaian. Setelah selesai berganti, aku meraih pintu, mencoba membuka. Aku terkejut, membuat  aku membeku sesaat, ku coba sekali lagi membuka pintu. TIDAK… TIDAK MAU TERBUKA. Ku sadari gadis itu mengunci ku. Aku ketakutan ini jam pelajaran terakhir, apalagi toilet ini berada di sudut sekolah. Tempat yang kurang strategis, kurang diminati, tapi menjadi tempat favoritku. Kalau tidak ada yang membuka pintu dari luar…

TAMAT RIWAYATKU.

Jika tidak ada yang datang. Aku terkurung seharian.

Aku duduk dengan gelisah di lantai, masih menunggu orang yang membuka pintu. Waktu berjalan lambat, rasanaya aku sudah berada disana selama 5 menit. Awalnya aku merasa ketakutan. Tapi selang beberapa saat di banding ketakutan yang besar, aku lebih tenang dari seharusnya. Di dalam pikiranku pasti ada yang datang. Hanya berselang 10 menit seseorang membuka pintu. Aku amat bahagia. Aku keluar dan kembali ke kelas, tapi apa yang kudapati, anak-anak melihatku dengan aneh. Mereka berbisik – bisik. Membangkitkan ketakutan terbesarku, aku bergetar, ketakutan ini lebih besar dari terkurung di toilet.

Sejak hari itu aku selalu bertengkar dengan gadis nakal yang mengunciku. Semenjak hari itu… aku selalu tidak merasa tenang. Trauma yang sudah setahun ku lupakan kembali lagi. Teman-temanku tertawa di belakang kadang mereka berbisik. Aku sadar belum tentu mereka membicarakanku. Tapi jantung ku berdetak kencang, aku takut, ketakutan yang sama yang ku alami saat kecil. Aku menutup telingaku sebisa mungkin mengusir suara tertawa di kepalaku. Aku semakin lesu dan tak bersemangat. Di malam hari aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Saat aku menutup mata, mimpi ku akan membawaku ke kenangan masa kecilku yang suram.

Aku tidak punya teman dari sekolah dasar kelas satu sampai aku lulus sekolah dasar. Mereka sering berbisik dan tertawa padaku, mengejekku dengan kata2 jelek, bau, kotor, dan aneh. Karena hal itu aku tidak bisa mempercayai siapapun. Tapi semuanya berubah semenjak aku duduk di bangku SMP. Aku menemukan teman-teman yang membuat ku bahagia.

Ada satu trauma yang juga ku lalui saat kecil. Setiap liburan aku akan pergi ke kampung kakakku, mereka sering bertengkar, membuat aku ketakutan. Kakak ipar ku jarang sekali pulang, saat dia pulang sudah tengah malam. Tapi terkadang dia tidak berkerja, maka dia akan menghabiskan harinya di rumah. Suatu hari mereka bertengkar hebat, kakakku berteriak dan menangis. Mereka berdua berdebat hebat. Benda-benda berterbangan kesegala arah. Suara benturan benda-benda, membuat aku gadis polos yang tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar ketakutan. Tapi setelah pertengkaran hebat mereka berdamain. Namun semenjak hari itu, aku ketakutan, aku tidak percaya cinta.

Trauma dari kecil membuat aku membenci segalanya, salah satu temanku yang tidak satu sekolah denganku menjauh dari ku. Aku tidak punya sahabat, teman-teman mengejekku. Aku takut kehilangan orang lagi, aku takut semuanya berubah. Aku takut dengan segalanya.

Aku tersadar saat di jam pelajaran, ku lihat alex di duduk bangku belakang memperhatikan pelajaran. Bagaimana jika aku menyatakan cinta, dan dia menolakku. Aku akan kehilangan segalanya, aku akan terpuruk kembali seperti aku kehilangan sahabatku lagi. Berakhir seperti kakakku yang tidak pernah bahagia dengan cintanya. Bagaimana jika kami menjadi canggung dan tidak bisa bersahabat lagi. Semua kejadian itu membuat aku menyadari.

SIFAT MANUSIA TIDAK BISA DI PREDIKSI, MANUSIA HANYA MAKHLUK HIDUP YANG MUDAH BERPALING.

JANGAN PERNAH MEMPERCAI MEREKA SEUTUHNYA, JIKA TIDAK INGIN TERSAKITI.

Begitu pemikiranku. Aku takut dengan kehilangang. Aku takut keluar dari zona nyaman. Aku takut setiap keputusanku hanya akan menghasilkan luka yang tidak akan pernah sembuh.

Ku putuskan aku akan tetap menjadi pengagum rahasianya. Serta perlahan melupakkannya. Satu tahun berlalu dan sekarang kami kelas 3 smp, kami berbeda kelas, tapi rasa suka ku tidak hilang. Aku masih melewati jalan yang sama, jalan yang biasa dia lalui. Aku bahagia sesekali dia menyapaku di jalan. Aku hanya membalas senyum. Tapi di dalam lubuk hatiku aku mengharapkannya merangkul tanganku.

***

Saat ini.

Rintik hujan sudah tidak sebanyak sebelumnya. Aku terbangun dalam lamunanku. Ku putuskan berjalan kembali dengan sedih. Pid… pid… suara klakson motor berbunyi. Aku hapal jelas suara ini, ini pasti dia.

Aku menoleh kebelakang, aku tersenyum. Wajah yang ku kenal baik, ini Alex, tapi dia tidak sendiri. Dia membonceng teman laki-lakinya. Memberi ku lambaian dan senyuman. Aku membalas senyum, dan dia berlalu pergi. Aku terdiam dan bersedih, andai dia memberiku tumpanngan.

Aku kembali meneruskan perjalanan. Sudah setengah jalan mendekati rumah. Aku kembali mendengar klakson motor berbunyi. Aku tidak perduli karena pikirku itu tidak mungkin dia ini hanya khayalan ku saja.

Motor itu melewati ku dan berhenti di hadapanku. Aku berhenti dan termanggu, apa ini ?. apa dia takdirku. Seperti menjawab langit kembali cerah, aku melihat wajah tampannya yang disinari matahari.

“Ayo naik.” Senyumnya.

Aku tidak bisa melupakannya. Apa yang harus aku lakukan ?

***

Setahun berlalu dan kami sudah lulus smp. Aku masih belum juga menyatakan cintaku. Pikirku aku harus melupakannya. Aku akan bertemu dengan orang baru di SMA nanti, dia hanyalah masa lalu. Aku terlalu malu menyatakan cinta, dan dia sama sekali tidak pernah menyatakan cinta padaku, padahal pasangannya selalu berubah. Kenapa dia tidak bisa melihat aku yang di sampingnya. Apa aku sama sekali tidak menarik baginya. Huft…

Awal mula aku memasuki SMA, awal baru bagiku. Sebenarnya aku takut dengan perubahan, aku takut bertemu orang-orang baru, dan trauma dari diriku tidak juga menghilang.

Tapi apa yang kudapati saat aku berada dalam barisan siswa baru, aku melihatnya, ALEX yang kukagumi. Benarkah takdir itu ada, dari sekian banyak sekolah di kota ini, kenapa kami bisa bertemu. Ku lihat barisan tempatnya berdiri, dia tidak sekelas denganku. Tidak masalah selama aku masih melihatnya. Rambutku tertiup angin ringan, aku mulai tersenyum.

Waktu berlalu tidak ada yang terjadi, ku pikir akan mudah bagiku melihatnya, selama kami di sekolah yangs sama. Tapi semua tidak seperti yang kupikirkan, sekolahku terlalu besar, akan sangat sulit untuk melihatnya lagi.

Selama masa itu salah satu teman SMP ku mengontakku, dia berbeda sekolah denganku. Namanya Haru Kami saling mengirim pesan, dia anak yang lucu dan baik. Suatu hari dia menyatakan cinta padaku lewat pesan ponsel. Aku bingung, apa yang harus ku jawab. Menerimanya kah atau menolaknya. Aku tidak ingin membuat dia kecewa, tapi aku juga tidak ingin membohonginya, hatiku masih milik Alex. Ku putuskan menolaknya, di terlalu baik tidak pantas bagiku memberi harapan palsu padanya. Aku membuat alasan untuk menolaknya ku katakan.

“Aku masih kecil, orang tuaku melarangku untuk pacaran.”

 Tapi tebak apa yang dia katakan.

“Tidak masalah akan ku tunggu sampai kau siap untuk menerimaku,” tulisnya dalam satu pesan

Aku tersipu malu, tak pernah ada seorangpun yang pernah mengucap hal itu.

Dia semakin hari semakin baik, Dia juga sering menawarkan bantuan padaku, menjemputku ke sekolah, membantu ku mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi kebaikan yang dia lakukan. Hatiku perlahan mulai goyah.

Tapi saat aku melihat Alex melintas, aku tidak bisa, aku masih menyukai Alex. Senyum Alex, tawanya, parasnya masih terlukis jelas di hatiku.

Suatu ketika ada saat aku sangat terlambat di sekolah, angkutan umum yang biasa ku lihat tidak datang. Aku panik dan takut apa yang harus ku lakukan. Dengan ragu aku meminta bantuan Haru. Dia segera mengiyakan tanpa berselang lama dia muncul. Dengan seragam sekolahnya tanpa membawa tas, dan motor yang berbeda.

“Loh, kenapa motormu beda, tasmu mana?” Tanya ku.

“Kami sudah masuk, aku memanjat pagar dan meminjam motor teman yang di parkir di luar,” ucapnya dengan santai.

“Katanya kamu belum berangkat, kenapa kamu lakukan itu?” aku amat terkerjut.

“Kalau aku bilang seperti itu, kamu pasti menolak, hahaha…” ucapnya dengan tertawa.

Aku tersipu malu. Pandanganku mulai berubah apa aku bisa menerima dia.

Satu tahun berlalu. Haru dan aku berteman baik, aku mendapat pesan darinya.

“Sekarang kamu sudah kelas dua , apa kamu sudah bisa menerimaku sekarang ^_^” tulisnya dengan emotion manis.

Ya tuhan dia masih mengingat janjinya, dia masih menungguku. Ku tau jelas bagaimana perasaan menunggu yang melelahkan. Tapi aku masih takut ini bisa mengubah persahabatan kami. Aku masih takut kehilangan, tapi dia pasti kecewa. Ku ketik pesan padanya.

“ Beri kan aku waktu untuk memikirkannya,”

***

Esoknya, sekolah mengadakan kegiatan agama mengunjungi bukit. Disana ku lihat Alex mencoba menaiki bukit. Perasaanku muncul kembali lagi, ku pikir aku bisa mendekatinya, walaupun ku tau takkan bisa memilikinya. Ku tinggal kan temanku tanpa memberitaukan mereka. Ku coba menyusul dia secepat mungkin. Aku kini memahami perkataan para penyair.

CINTA ITU BUTA.

Benar-benar buta, akal sehatku benar-benar hilang. Disini bukan tempat yang bisa di lewati sendirian. Walaupun ini hanya bukit kecil, tempat wisata, namun keasrian disini masih terjaga, jalan-jalan disini masih banyak yang belum memiliki tanda. Jalanannya terjal, dan licin. Apalagi rasanya sulit untuk mendaki karena aku tidak terbiasa berolahraga. Untungnya Alex melihatku, dia mencoba membantu.

Dia mengulurkan tanganya untuk membantu. Tangan Alex… ia tangannya,tangan yang selalu ingin ku genggam. Aku tersipu, rasanya sangat menyenangkan bisa sedekat itu dengannya. Ku ingat kembali aroma keringatnya, punggung lebarnya, masih sama hanya sepertinya dia sudah semakin tinggi. Perasaanku amat mencintai yang dulu kembali lagi. Sampai di atas bukit ku lihat pemandangan yang indah, yang terbaik Alex di sampingku.

Saat aku turun dengan wajah berseri-seri. Teman-teman ku menghampiriku. Mereka semau murka.

“Kami mencemaaskanmu, kamu kemana saja,” ucap salah satu dari mereka.

Aku terkejut, aku benar-benar tidak memikirkan perasaan teman-temanku. Aku egois, hanya karena sebuah perasaan.

“Maaf tadi aku ke atas, lupa ngabarin, maaf ya ngak lagi deh, jangan marah ya” ucapku dengan nada memelas.

Teman-temanku melunak. “Jangan gitu lagi ya, nanti kalau kamu hilang jadi repot.”

“Ok boss.”

Syukurlah… mereka memaafkanku.

Sesampainya di rumah, ku putuskan menolak tawaran cinta Haru, sebaiknya aku pertahankan persahabat kami. Aku ingin dia menjadi teman terbaikku, kami akan sangat canggung jika suatu saat kami pacaran dan memutuskan hubungan. Dia sahabat terbaik bagiku.

“Maaf aku tidak bisa,” tulisku.

Aku merebahkan tubuhku. Aku harap dia tidak marah. Tidak berselang lama telepon genggam ku bergetar.

“Tidak apa, tidak masalah jika kamu belum menerimaku.” Tulisnya.

Huft… syukurlah dia tidak marah pikirku. Teleponku bergetar kembali.

“Aku akan setia menunggu sampai kamu menerimaku. Akan ku nyatakan lagi perasaanku, siapkanlah hatimu, kan ku buktikan aku benar-benar menyukaimu,” tulisnya.

Aku terdiam, apa yang ku lihat, aku terkejut. Ku baca berulang kembali, siapa tau aku salah membaca. Tapi isinya tidak berubah. aku berpikir keras apa yang harus ku tulis.

“Tapi aku tidak tau kapan aku bisa membalasmu, kamu terlalu baik, sangat baik, seharusnya kamu mendapatkan yang lebih baik dariku,” tulisku.

“Sejujurnya aku sudah menyukaimu semenjak Smp, tapi aku baru berani mengungkapkannya tahun lalu, jadi tidak masalah jika aku menunggu lagi,” balasnya.

“Kenapa menyukaiku?, aku bukan orang yang special dan baik.” Tulis ku.

“Bukankah kamu pernah mendengar ungkapan, TIDAK PERLU ALASAN UNTUK MENCINTAI, TIDAK PERLU WAKTU UNTUK MENYUKAI, aku saja bingung sejak kapan aku menyukaimu, hahahaha, yang jelas aku tau bahwa aku siap menunggu,” jawabnya kembali.

Aku termanggu, aku benar – benar tidak menyangka ada seseorang yang rela mencintaiku seperti itu. Tuhan apa dia sebenarnya takdirku, jodoh yang kau kirim untukku. Tapi aku takut, aku benar – benar takut kehilangan.

 

***

Satu tahun tela berlalu, sekarang aku kelas tiga SMA, tidak ada kemajuan sama sekali aku dengan Alex. Kami terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, aku harus mempersiapkan ujian kelulusan. Apalagi aku mendapatkan kabar, Alex kini mempunyai pacar yang terkenal disekolah. Gadis yang cantik dan baik. Tidak ada ruang untukku. Maka kulepaskan obsesi cinta gila ku dan focus pada pendidikanku. Berbeda dengan Aku dan Haru kami semakin dekat, kami berteman baik, dia semakin baik denganku. Mengatarku jika ada kegiatan sekolah, dia tidak pernah menolak jika aku bertanya, memberiku banyak hadiah. Kami selalu berbagi cerita, saling memberikan dukungan dan nasihat. aku merasa semakin memanfaatkan dirinya, apa aku keterlaluan, aku tidak tau. Aku sudah merasa nyaman, aku tidak ingin ada yang berubah, tapi hidup pasti berubah.

Siang hari di pertengahan February. Aku mendapat pesannya seperti biasa. Tapi isi pesan kali ini…

“Aku menyukaimu… amat menyukaimu, apa kamu bisa menerimaku kali ini?” tulisnya.

Dia benar- benar menunggu. Aku bingung, perasaanku sudah mulai menghilang untuk Alex, tapi perasaan untuk Haru?. Aku masih bingung, aku tidak mau kehilangan sahabatku, tapi aku sudah lebih dari cukup menyakitinya. Ku putuskan untuk jujur padanya.

“Maaf aku tak ingin membohongi mu, aku sudah menyukai orang lain, aku ingin kita tetap menjadi sahabat. Mau kah memaafkanku?.” Tulisku.

“Tidak apa – apa, tidak masalah, jangan takut aku akan tetap jadi sahabatmu. Aku memaafkanmu ^_^” tulisnya dengan emotin senyum.

Tapi aku tau hatinya terasa sakit amat sakit.

MENUNGGU DENGAN KETIDAK PASTIAN RASANYA SEPERTI MENGANTUNG DENGAN SEUTAS TALI TIPIS DI ATAS JURANG. KITA HARUS SIAP SAAT TALI PUTUS.

Aku memeluk diriku erat. Aku gadis jahat aku tau itu. Rasanya dadaku sakit. Rasanya ada batu besar yang bersarang di hatiku.

“Maafkan aku Haru, kamu akan menemukan yang lebih baik dariku.”

Aku harap ini keputusan yang benar.

Suatu hari saat aku bertemu teman smp yang satu SMA juga dengan haru, dia berkata bahwa Haru memberitahukan teman-temannya bahwa aku adalah pacarnya. Aku mengunakan kesempatan ini untuk menjuah darinya, karena ku sadari aku tidak ingin memberi harapan palsu padanya lagi. Aku berpura-pura marah. Haru tau dengan jelas aku adalah seseorang yang paling tidak suka di bohongi. Dia berusaha kerasa membujukku, tapi aku menghapus kontaknya dan meganti nomorku. Aku menyadari itu tidak bodoh, egois, jahat dan memalikan. Aku mencoba tersenyum, menutup mataku dengan lenganku, tapi perlahan air mataku mengalir. Aku harap ini keputusan yang tepat.

Kami kehilangan kontak selama berbulan-bulan. Kami sudah lulus, saat perayaan tahun baru. Haru dan Alex brkunjung di rumah. Aku amat senang bertemu mereka, mereka mengenalkan ku pada pasangan mereka masing-masing, aku hanya seorang diri. Rasanya lucu mengingat kenangan lama, rasa ku untuk Alex sudah lenyap sepenuhnya. Aku tidak merasa marah pada pasangan mereka. Aku bahagia Haru menemukan seorang kekasih yang beruntung memilikinya. Aku tersenyum melihat mereka. Rasa hari itu aku amat bahagia. Mereka memperkenalkan pasangan mereka padaku, yang ku artikan aku adalah sahabat yang penting untuk mereka.

Berkat mereka aku bisa mewarnai hidupku dengan banyak warna, mereka mengajarkanku.

MELUPAKAN MASA LALU DAN MELIHAT KEDEPAN. MENSYUKURI APA YANG TUHAN BERIKAN PADAKU, AKU SEHARUSNYA MENGHARGAI SESEORANG YANG MENCINTAIKU SEBELUM AKU MENYESALINYA.

TUHAN SUDAH MEMBERIKAN TAKDIR KITA MASING – MASING, TUGASKAN KITA MAU MENERIMANYA, BERUSAHANYA UNTUKNYA, ATAU MELEPASKANNYA.

Aku berpikir bagaimana jika, saat hujan turun dan alex muncul aku menyatakan cintaku. Apakah akan berbeda?

Bagaimana jika aku menerima Haru? Apa kah ada yang berubah?

Aku seharusnya melepaskan ketakutanku akan kehilangan, aku harus melepaskan masa lalu, dan menata kehidupan. Takdir tidak hanya bergantung pada yang maha kuasa, kita juga berperan untuk memilih itu.

Ipilog

“Selamat datang, terima kasih sudah datang berkunjung,” ucapku mempersilahkan mereka duduk.

Keponakan berlari – lari sambil membawa kotak bekal biru.

“Jangan lari kalau lagi makan, gery,” ucapku menegur.

Haru tiba – tiba berkata.

“Kamu masih menyimpan kotak bekalku vi,” ucap haru

Aku termanggu. Aku kembali tersenyum dan menjawab, “ ia” ^_^

 

Catatan kaki : Nama disamarkan, beberapa adegan diubah, guna menjaga kerahasiaan.

Cerita ini ditulis pada 13 february 2020

Tambahan : Kini Haru dan Alex sudah menikah, memiliki anak yang lucu, dan aku masih sendiri hahaha

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Cerita yg menyesakan 😥 tapi bagus. Keren kak.♥♥♥
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
Highschool Love Story
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
MIHRAB CINTA
Natasya Drsye
Novel
Bronze
Oh My First Love
Dea Avisca
Skrip Film
melancholic traces of ghost
Rahmat Gunawan
Cerpen
CINTA (Kisah nyata)
Voni lilia
Novel
Bronze
GOODBYE SINGAPORE
Embart nugroho
Novel
Finding Soo
Dya
Novel
Kami Yang Berdosa
Sadkitty
Flash
Yang paling Indah
Halimah RU
Novel
Bronze
Ze & Zi
nuna sun
Novel
Bronze
Cerita Cinta Chitta
Viona Aulazinky
Novel
Bronze
Temusai
Ichsan Kamil
Novel
R2 : AKU • DIA
PinkGreen_0718
Novel
Mentari :Fajar&Senja
Bintang Rahadhian
Novel
Bronze
With You ( Kiran & Rangga )
siti qomariyah
Rekomendasi
Cerpen
CINTA (Kisah nyata)
Voni lilia
Novel
TAKDIR (Kisah nyata)
Voni lilia
Flash
Langit
Voni lilia
Flash
REMEMBER
Voni lilia
Cerpen
TUKANG GOSIP
Voni lilia
Komik
TENTANG CINTA
Voni lilia
Flash
MATAHARIKU
Voni lilia
Flash
RAHASIA INDAHNYA SINAR REMBULAN
Voni lilia
Novel
MENYENTUH HATI
Voni lilia
Komik
KISAH THORURA
Voni lilia
Novel
OJI BOCAH BAHAGIA DAN TEMAN BERBULU COKLAT
Voni lilia
Komik
PKK ( PULAU KURA - KURA)
Voni lilia
Novel
sendu
Voni lilia