Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ini adalah cerita nyata, dari salah seorang teman gua yang pernah gua temuin di saat kita sekolah bareng dulu. Seorang bajingan tulen. Sebut saja namanya Jordi. Jordi bukanlah seorang yang tampan. Namun ia berani. Dengan keberaniannya, ia memulai karir politiknya sebagai penakluk lubang. Lubang? Iya betul. Lubang berjalan. Singkatnya, Jordi suka menaklukan hati wanita.
Dia adalah si paling teladan dalam mempermainkan hati wanita. Hari-hari Jordi diisi dengan mencari siapa lagi cewek yang bisa ia pacari, permainkan, buang, gitu terus sampai ia bosan. Koleksi mantan Jordi berjibun, udah kayak kolor bekas. Ada ratusan perempuan yang ia pernah pacari. Dia tak malu-malunya menunjukkan bahwa dia punya mantan terbanyak dibanding anak tongkrongan yang lain. Sebagian besar dari cewek-cewek itu bertemu dengannya di bangku sekolahnya dulu, saat SMA. Sialnya, mereka terbuai dengan rayuan gombal Jordi. Iya, bajingan emang si Jordi ini.
Namun kisah perjalanan hidup Jordi ini bermula dari sebuah cerita. Cerita sedih. Dimana Jordi polos yang awalnya memiliki cinta tulus pada seorang gadis cantik, berakhir bertepuk sebelah tangan.
Jordi mati-matian mengejar gadis itu. Waktu gadis itu ultah, Jordi bela-belain menghabiskan dana ratusan ribu hanya untuk buat surprise ke cewek itu. Ia beli kue, kado, jam tangan mahal. Ya, intinya apapun yang bisa ia berikan, ia beri. Jordi cinta mati sama cewek ini. Sebut saja namanya Bella. Bella cukup senang menerima hadiah pemberian Jordi, walau dia tidak menyukai Jordi sama sekali. Di pandangannya, Jordi terlalu good boy. Ketika Jordi menyatakan perasaan, cewek itu hanya bilang:
"Sorry, Jor. Lu bukan tipe gua. Gua lebih suka yang bad boy dikit gitu."
Bagi Jordi, pupusnya cinta hari itu mengawali sesuatu yang baru. Kalimat Bella itu bak proklamasi yang membebaskan jiwa kejahatan yang terkungkung dalam diri Jordi. Jordi pulang ke rumahnya, dan ia tidak pernah sama lagi.
Jordi mulai menjadi cowok berandal begundal. Ia mulai cobain rokok. Ia juga suka ngajak ribut anak-anak yang lebih lemah darinya sampai memalak mereka. Omongan macam bang***, ngen***, anj***, jadi makanan sehari-hari Jordi. Dia juga masuk circle tongkrongan rusak. Namun itu semua biasa saja, sampai akhirnya Jordi mendekati seorang cewek, teman baik Bella, sebut saja namanya Sisca.
Awalnya Sisca ragu-ragu, menerima ajakan nongkrong Jordi. Entah belajar dimana, Jordi jadi lihai mendekati cewek. Dia nggak lagi pakai cara-cara good boy dengan kasih kado dan lain-lain. Sisca diajakin untuk nongkrong bareng, baik itu makan keluar atau nonton. Kalau Sisca menolak, yaudah. Jordi pun tidak memaksa. Jordi tidak akan mengirimkan teks chat apapun ke Sisca. Dia tahu-tahu ngilang aja. Sikap misterius inilah yang membuat Sisca malah jadi tergila-gila sama Jordi.
Sisca mengiyakan ajakan Jordi. Mulai dari hanya makan bareng, sampai akhirnya berani di ajak nonton. Lama-kelamaan, ajakaan nonton jadi lebih sering diutarakan oleh Jordi. Sisca yang awal sebelum nonton bareng sama Jordi, hobi make kuku palsu, jadi mulai jarang keliatan berkuku panjang. Ia jadi suka memakai pakaian minim, ketika bareng sama Jordi. Film-film yang mereka tonton bervariasi. Mulai dari horor sampai ke film religi juga diembat sama Jordi dan Sisca. Tapi ketika ditanyain sama teman-temannya, filmnya tentang apa, Sisca juga lupa filmnya tentang apa.
Sisca pun diajak ke rumah Jordi. Saat itu, rumah Jordi sering dijadiin tongkrongan anak-anak bandel circle miliknya. Tapi waktu itu, Jordi mengusir semua teman-temannya itu, dengan memberikan mereka uang buat main ke warnet dekat rumah. Sisca masuk ke dalam rumah Jordi. Orang tua Jordi sering keluar kota. Jadi Jordi sering sendirian.
Ajakan nonton itu jadi berubah. Sekarang ketimbang nonton, Jordi lebih sering ngajak Sisca ke rumahnya. Tak terhitung berapa kali teman-temannya jadi terusir karena hubungan mereka berdua. Teman-teman Jordi agak kesal. Sampai mereka jadinya pindah tempat tongkrongan ke tempat lain.
Jordi dan Sisca jadi sering kelihatan bareng-bareng. Bella, cewek yang dulu didekati Jordi menasehati Bella untuk menjauhi Jordi. Ia melihat, Jordi sangat berbahaya. Namun Sisca membela cowok itu. Ia berdalih bahwa Bella bilang begitu karena cemburu dengan hubungan mereka berdua. Bella yang merasa peringatannya tidak digubris, meregangkan hubungan dengan Sisca.
Bella mencoba untuk melabrak Jordi secara langsung. Ia datangi Jordi ketika kelas telah selesai.
"Jor, jauhin temen gua! Gua tahu ya, tujuan lu! Jangan sekali-kali lu rusak temen gua itu!"
"Heheh.." Jordi hanya tertawa.
"Lu jealous?"
"Hah?" Bella malah bingung.
"Lu jealous 'kan?"
"Lu udah gila ya?"
Entah apa akibat percakapan itu. Tapi yang jelas, Bella tidak pernah lagi membicarakan hal ini dengan Jordi.
Lambat laun, Jordi mulai beberapa kali juga bertengkar dengan Sisca. Hal-hal sepele berubah jadi hal-hal yang besar. Jordi tahu bahwa Sisca ini butuh perhatian. Tapi ada kalanya juga Jordi pengen punya waktu buat nongkrong sama temen-temennya kayak dulu lagi.
"Ada turret yang harus diruntuhkan," begitu kira-kira ucapan Jordi.
Karena satu dan lain hal, mereka memutuskan untuk break terlebih dahulu.
Di masa break itu, gua nggak tahu apakah Jordi sebenarnya paham artinya. Tapi setelah baru dua hari, Jordi sudah ngebonceng cewek lain ke rumahnya. Kali ini namanya Mawar.
Mawar ini adalah anak yang kebetulan duduk di sebelah Jordi. Mereka kejebak hujan dan terpaksa neduh di sekolah sampai hujannya berhenti. Ini semua cuma karena tugas kelompok yang tertunda. Mawar memaksa Jordi untuk tinggal di kelas supaya tugasnya bisa selesai. Ternyata itu berlangsung sampai malam.
Mawar betul-betul kesal. Tapi dia nggak punya pilihan yang lain selain menunggu di kelas bersama Jordi.
Dari rumor yang gua dengar dari satpam, Jordi dan Mawar sedang gelap-gelapan di dalam ruangan kelas yang kosong itu. Ketika satpam mengusir mereka, mereka berdalih bahwa mereka nggak ngapa-ngapain. Setidaknya saat itu, belum.
Mereka diminta untuk menunggu di pos satpam saja, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Entah karena sisi humoris dari Jordi, atau karena memang dia punya karisma anak-anak bad boy, Mawar juga jadi tertarik sama Jordi. Setelah reda, Mawar dipulangkan ke rumahnya.
Besoknya, Jordi bilang begini ke Mawar.
"Kemarin 'kan gua udah ke rumah lu. Sekarang gantian, lu ke rumah gua," ucapnya.
"Enggak mau," Mawar menggeleng kepala.
Saat itu, kebetulan gua duduk di depan Jordi. Gua jadi bisa mendengarkan semua percakapannya.
"Santai aja, ayo. Nanti gua traktir makanan. Lu mau makan apa? Pizza? Gua tahu. Lu suka Pizza 'kan?"
Bagi seorang cewek yang jarang didekati, ini adalah sebuah kalimat yang positif. Mungkin saat itu Mawar merasa, cowok ini peka banget.
Karena diiming-imingi pizza, Jordi mengajaknya ikut ke rumah dengan mulus. Gua udah nggak tahu apa yang terjadi di sana.
Setelah kira-kira tiga minggu, Jordi jadi lebih sering bareng Mawar. Mereka pernah kelihatan sama anak-anak kelas gua lagi makan bareng di kafe. Pernah juga ada yang merhatiin mereka di perpustakaan. Satu hal yang sering terjadi, setiap pelajaran olahraga, Mawar dan Jordi akan pergi paling duluan ke kamar mandi. Mereka akan masuk ke kamar mandi masing-masing. Tapi nggak akan keluar dari sana selama tiga puluh menitan.
Lambat laun, ini tidak hanya terjadi saat pelajaran olahraga. Ketika Jordi izin ke toilet di tengah pelajaran, Mawar juga ikut. Ketika Mawar yang izin, tidak lama Jordi akan menyusul. Pola ini memang tidak kelihatan jelas. Mereka pintar mengambil jeda agar tidak ada yang curiga. Tapi gua sering memerhatikan.
Jordi udah lihai mencari peluang untuk bertemu Mawar. Tidak hanya izin ke toilet, kadang setelah pulang sekolah dia juga ketemu sama Mawar.
Sisca sudah tidak pernah ada lagi sepertinya di hidup Jordi. Walau, itu pun juga gua salah. Selama liburan kenaikan kelas, Jordi pergi bareng Sisca untuk liburan ke Bandung. Keanehannya adalah mereka pergi bertiga dan janjian ketemu sama Mawar di sana. Sebuah foto diunggah ke sosial media. Dan Jordi di tengah dua wanita itu.
Aneh bukan?
Jelas sekali ada yang aneh. Pertama, kenapa bisa-bisanya dua cewek ini akrab dan akur-akur aja? Kedua, kenapa di antara mereka justru tidak ada yang membenci Jordi?
Ini janggal sekali. Singkat cerita, Jordi bersama kedua ceweknya ini main di Bandung untuk waktu yang lama. Keanehan lainnya muncul saat Jordi, Mawar, dan Sisca, pulang dari Bandung dengan tambahan satu lagi cewek asli Bandung. Namanya, sebut saja Luna.
Luna ini bukan seperti Mawar dan Sisca. Bisa dilihat dari body miliknya, dia ini anak yoga, suka olahraga. Badannya kayak model, besar di atas dan bawah, tapi langsing di tengah. Luna juga suka pakai baju yang terbuka. Satu unggahan foto di instagram muncul, dan kali ini mereka berempat.
Gua udah bingung, Jordi ini makin gak karuan. Beberapa kali gua coba untuk nanyain kabar dia. Gua tahu bahwa dia ini sudah sangat menjauh. Temen-temennya di tongkrongan memang pada ngiri sama karismanya Jordi, tapi mereka juga ngerasa Jordi ngejauh.
Setelah liburan panjang, kelas kita semua dipisah. Beberapa anak ada yang masih sama, ada juga yang beda. Gua masih ketemu Jordi, tapi Jordi dan Mawar nggak satu kelas. Di kelas yang baru ini, Jordi duduk di sebelah cewek yang dulu ia taksir itu. Bella menatap sinis ke arah Jordi.
"Lu jadi beda ya sekarang," ucap Bella menyindir.
"Lu yang bikin gua begini, Bella. Sekarang, lu mau nggak jadi cewek gua?" Jordi menyengir, pertanyaan yang lebih seperti sarkasme.
"Lu udah gila Jordi. Lu harus putusin temen gua sekarang!"
"Kita nggak pacaran. Masih break."
"Masih break tapi ke Bandung bareng-bareng?"
"Lu cemburu?"
"Tahu ah! Gak jelas lu," Bella pergi keluar ruangan.
Gua bisa lihat, dia kesal dan geram sekali.
Walau Jordi tahu Bella membenci dirinya, itu justru menjadi tantangan untuk Jordi. Dia juga ingin menaklukan Bella. Bagaimanapun dia jadi begini karena Bella. Dia akhirnya sering ngedeketin Bella. Gadis itu nggak punya pilihan untuk menjauh, karena meja dari semua anak di kelas sudah dipilihin guru. Bahkan gua aja jadi terpaksa duduk paling depan.
Suatu hari, mejanya Bella penuh sama coretan. Ada anak-anak yang nggak suka sama Bella, sepertinya. Dia jadi korban perundungan. Meja itu udah nggak karuan bentuknya. Bella cukup sedih hari itu.
Di saat itu, Rudy adalah orang yang menawarkan diri untuk tukeran meja.
"Gua juga nggak pake meja. Cuma orang pinter yang belajar. Daripada mobazir, mending lu pake aja meja gua," demikian ucap Jordi.
Dan dari sana, ada yang timbul di hati Bella. Sebuah perasaan.
Bella jadi sering keluar sama Jordi makan es krim. Bella penyuka es krim. Jordi suka ngeliatin cewek ngejilatin es krim. Mereka cukup akrab ternyata.
Sampai, tahu-tahu di suatu liburan imlek, Bella masuk ke dalam komplotan itu.
Total jadi ada empat orang di dalam grupnya termasuk Jordi. Ada Sisca, Mawar, Luna, dan Bella.
Mereka mengunggah satu foto di instagram. Terlihat jelas mereka ini lagi ngumpul bareng, juga sambil makan es krim. Aneh? Aneh sekali.
Tapi siapa yang sangka, itu adalah akhir dari keseruan mereka berempat. Singkatnya, empat bulan kemudian, Jordi dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Ada masalah yang cukup besar sepertinya ditimbulkan oleh orang ini. Orang tuanya juga ikut dipanggil. Hari itu, jadi hari terakhir Jordi sekolah.
Jordi dikeluarkan dari sekolah setelah diketahui bahwa dia menghamili tiga cewek dari sekolah gua. Cewek-cewek itu, tentu saja tidak bisa lanjut sekolah juga. Kabar yang gua dengar, Luna bunuh diri. Karena dia juga sudah hamil duluan.
Hari itu, gua putuskan untuk main ke rumah Jordi. Gua harus tahu, apa yang membuat dia jadi seperti ini.
"Jordi," gua panggil namanya.
Dia baru sampai rumah, setelah keluar entah darimana. Pakaian seragamnya lusuh dan lecak.
"Mau ngapain lu ke sini?" Jordi menyengir, seperti biasanya.
"Kita harus bicara."
"Apa yang lu mau tahu?"
"Semuanya."
"Kenapa?"
"Gua penasaran aja."
"Lu iri 'kan sama gua?"
"Apa?"
"Lu mau punya kemampuan ini 'kan?"
Aku menggeleng.
"Bohong, udahlah gua tahu bro," Jordi berjalan mendatangiku.
Matahari petang itu berubah menjadi cahaya. Seperti cahaya dari sebuah layar berwarna putih. Deretan kalimat bermunculan. Bayangan tentang Jordi tenggelam bersama dengan timbulnya kalimat-kalimat ini.
"Jadi, lu itu adalah semua kalimat ini, Jordi?"
Jordi tersenyum.
"Betul, kalimat yang lagi lu baca ini," Jordi melihat ke arahmu.
"Pertanyaannya bukan gimana, kawan. Pertanyaannya kalau lu punya kemampuan yang sama, apa lu nggak akan lakukan yang gua lakukan?"
Jordi tertawa terpingkal-pingkal. Tawa yang sekarang berdengung di kupingmu.