Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Cermin yang Tersisa"
Malam itu, di sebuah toko barang antik yang terpencil di sudut kota, Rian menemukan sebuah cermin. Bukan cermin biasa, melainkan cermin berbingkai ukiran kayu jati yang gelap, dengan kaca yang sedikit buram dimakan usia. Ada sesuatu yang menarik perhatian Rian pada cermin itu, semacam aura misterius yang memanggilnya. Padahal, ia hanya iseng masuk ke toko itu setelah makan malam, mencari sesuatu yang unik untuk mengisi apartemen barunya.
"Ini cermin dari abad ke-18, Tuan," ujar pemilik toko, seorang pria tua berjanggut putih yang matanya tampak menyimpan seribu cerita. "Peninggalan dari sebuah keluarga bangsawan. Konon, cermin ini menyimpan banyak rahasia."
Rian tersenyum skeptis. Ia tidak percaya takhayul, tetapi pesona cermin itu terlalu kuat untuk diabaikan. Harganya tidak terlalu mahal, dan ia membayangkan cermin itu akan menjadi titik fokus yang sempurna di ruang tamunya. Tanpa banyak pikir, Rian memutuskan untuk membelinya.
Cermin itu kini berdiri tegak di ruang tamu Rian, memantulkan cahaya lampu gantung dengan bias yang aneh. Awalnya, Rian tidak menyadari ada yang salah. Ia menggunakannya setiap pagi untuk bercukur, merapikan rambut, dan sesekali untuk sekadar memandangi dirinya sendiri. ...