Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Cermin Kegelapan
2
Suka
50
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

 

Malam itu pekat, tanpa cahaya bulan menembus tirai awan tebal yang menggantung di atas Hutan Cemara. Di dalam rumah terpencil yang berdiri sendiri di tepi hutan itu, Clara terbangun. Bukan oleh dering jam alarm yang biasanya menyentakkannya dari mimpi, melainkan oleh sesuatu yang jauh lebih halus, namun jauh lebih meresahkan: sebuah bisikan. Bukan bisikan kata-kata, melainkan bisikan keberadaan. Suara aneh, gesekan pelan, seperti langkah kaki yang diseret, datang dari lantai bawah.

Jantung Clara langsung berpacu, memukul rusuknya seolah ingin melarikan diri. Dia tinggal sendirian di rumah ini sejak orang tuanya pindah ke kota lain beberapa bulan lalu. Sebuah rumah warisan yang seharusnya menjadi tempat nyaman, kini terasa dingin dan luas, penuh dengan sudut-sudut gelap yang menyimpan bayangan. Ketakutan pertamanya, yang paling rasional, adalah maling. Kota kecil tempat dia tinggal, Windfall Creek, jarang sekali terjadi kejahatan serius, tapi insiden kecil seperti pembobolan rumah sesekali terjadi.

Dia menahan napas, telinganya menajam. Suara itu berulang, lebih jelas kali ini. Gesek… gesek… seperti sesuatu yang berat diseret di atas lantai kayu ruang tamu. Clara meraih ponselnya di nakas, tangannya gemetar saat mencari ikon senter. Cahaya putih pucat menyinari kamarnya, menyingkirkan bayangan di sudut. Dia memaksa kakinya turun dari ranjang, merasakan dinginnya lantai kayu di telapak kakinya. Setiap serat kayu berderit di bawah bobotnya, suaranya terasa begitu keras di keheningan malam.

"Siapa di sana?" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyesakkan, diperparah oleh detak jantungnya sendiri yang menggila.

Dia melangkah perlahan menuju pintu kamarnya, mendorongnya sedikit. Ruang tamu di lantai bawah tampak gelap gulita. Hanya ada celah cahaya remang-remang dari jendela dapur yang terbuka sedikit, membiarkan angin malam berembus masuk, membawa serta aroma pinus dan tanah basah. Clara menelan ludah, otaknya berteriak untuk tetap di kamar, mengunci diri. Tapi rasa ingin tahu, atau mungkin naluri pertahanan diri yang primitif, mendorongnya maju. Dia harus tahu.

Senter di tangan kirinya, memancarkan lingkaran cahaya yang menari-nari di dinding, Clara mulai menuruni tangga. Setiap anak tangga terasa seperti jebakan. Derit kayu di bawah kakinya bagai jeritan pelan yang menggaung di seluruh rumah. Di setiap bayangan, dia membayangkan sosok mengintai, sepasang mata mengawasinya dari kegelapan. Sensasi dingin yang aneh ini, bukan hanya dinginnya malam, melainkan sensasi dingin yang lebih dalam, merayapi tulang punggungnya. Ini bukan sekadar maling. Ini… sesuatu yang lain.

Ketika kakinya menapak di lantai dasar, suara gesekan itu berhenti. Hening. Clara mengarahkan senternya ke ruang tamu. Sofa-sofa tertata rapi, meja kopi di tengahnya, perapian yang dingin. Semuanya tampak normal. Dia menghela napas lega, namun napas itu tertahan di tenggorokannya.

Di tengah karpet Persia tua yang memenuhi lantai ruang tamu, sebuah benda aneh tergeletak. Lingkaran cahaya senter Clara menyinarinya. Itu adalah sebuah boneka anak-anak.

Bukan boneka miliknya. Clara yakin. Dia tidak pernah memiliki boneka seperti itu. Boneka itu duduk tegak, kaki ditekuk, tangan terlipat di pangkuan. Pakaiannya lusuh, gaun kapas biru yang pudar. Wajahnya terbuat dari porselen retak, dengan mata biru yang besar, namun kosong, menatap lurus ke arahnya. Senyum tipis yang terukir di bibir boneka itu tampak menyeramkan di bawah cahaya senter yang bergetar.

Napas Clara tercekat. Bagaimana boneka ini bisa ada di sini? Jendela-jendela terkunci dari dalam, pintu terkunci. Dia merasakan merinding di sekujur tubuhnya. Ini bukan pekerjaan maling. Maling akan mencari barang berharga, bukan meninggalkan boneka usang. Ini adalah pesan. Sebuah ancaman.

Ketakutan yang dingin dan mencengkeram merayapi setiap inci tubuhnya. Dia mundur selangkah, pandangannya terpaku pada mata kosong boneka itu. Seolah-olah b...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp16.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Cermin Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Fantasteen Diary of March
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Tamu si Anak Kunti
Silvarani
Komik
STORY OF MY GHOSTS
Jusep kurnia
Skrip Film
Menantimu Untuk Dipeluk
ferry fansuri
Novel
Bronze
Tembung Lakar
Keefe R.D
Cerpen
Pengajian
Amelia Purnomo
Novel
Pendakian Terakhir
Uki.Sari
Cerpen
MISTERI TOILET BILIK 5
AULIYA
Skrip Film
WARALIT
Nia
Novel
Bronze
Teror Hantu Maryam
Ratna Dks
Novel
Bulan Madu yang Tertunda
Innuri Sulamono
Novel
Gold
Surat dari Kematian
Falcon Publishing
Flash
Naila & Hypothermia
Khoirul Anam
Cerpen
Bronze
Kejadian Mistis Pada Pohon Dekat Masjid
Ron Nee Soo
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Cermin Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Imajiner Yang Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
#fyp Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rumah Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pak Suryo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Bersama Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Polaroid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Teman Kamar Yang Kasat Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tuan Baru
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jerat Senyap
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dinding Tertawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
#fyp Terakhir
Christian Shonda Benyamin