Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Angin berhembus pelan dan petir menyambar memecah kesunyian dimalam yang panjang itu. Seorang pria muda masih bekerja di kantor itu walaupun jam pulang kerja kantor itu sudah lewat. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, ia masih duduk tegak di kursi kantor itu sambil menatap ke layar monitornya, jari jarinya masih terus mengetik tiap kata tanpa lelah. Hari semakin larut, kini jam sudah menunjukan pukul 02.25. Ia pun sekarang sudah terlalu lelah untuk melanjutkan pekerjaannya, ia berhenti sejenak sambil menatap ke sekelilingnya, ruangan kantor itu sudah kosong, hanya tersisa dirinya sendiri di ruangan yang besar itu. Sepi dan sunyi, ia pun berdiri, berjalan sambil meregangkan otot otot jari dan lengannya, ia terus berjalan menjauhi meja kerjanya, pergi mengambil gelas dan mengisi air hangat ke gelasnya. Selesai memgambil air tersebut ia kembali berjalan ke meja kerjanya. Belum sempat duduk, ia tiba tiba terfokuskan ke cermin besar berbalut kain hitam yang ada di ruangan itu. Ya, cermin itu akan selalu di tutup dengan kain hitam saat malam hari oleh bos di perusahaan tersebut. "Bos bilang, kain hitam yang menutupi cermin ini tidak boleh dibuka di malam hari dan menyebutkan kata "Ervi" di depan kaca tersebut, tapi ia tidak mengatakan apa alasannya". Sambil ia meminum air itu masih ia heran dengan orang orang yang bekerja di kantor itu. "Huh.. heran sekali, mereka masih mempercayai hantu di zaman ini? Lalu apa Ervi itu? Nama hantunya?". Ia sangat skeptis dengan keberadaan makhluk halus di dunia ini, tidak percaya dengan mitos dan larangan yang dibuat oleh atasannya, ia pun memberanikan diri berjalan ke arah cermin tersebut, ia berjalan dengan pelan dan tenang sampai ke depan cermin tersebut. "Aku akan membuktikan kalau di dunia ini tidak ada yang namanya makhluk halus", dengan perlahan ia buka kain hitam yang menyelimuti cermin besar yang seukuran dengan manusia itu. Ia berdiri diam menatap kecermin tersebut lalu mengucapkan kata "Ervi", sejenak dia berpikir bahwa kalimat larangan yang dikatakan oleh bosnya itu hanya untuk membuat karyawan di kantor itu takut untuk lembur sampai larut malam. Tiba tiba angin menerjang jendela dengan raungan keras, petir menyambar membelah gelapnya malam, dan hujan turun menghantam jendela dengan dentuman keras. Bulu kuduknya berdiri, seluruh tubuhnya menegang, rasa merinding merayap dari ujung kaki hingga ujung kepala, ia membeku, di jatuhkannya gelas yang berisikan air hangat tersebut kelantai, gelasnya pecah berhamburan, tak bisa ia bergerak saat melihat pantulan dirinya di cermin itu tersenyum, semakin kaget dirinya melihat pantulannya di cermin mengeluarkan pisau penuh darah sambil berjalan mendekati cermin. Langkah demi langkah pantulan dirinya berjalan, perlahan ia melewati cermin yang menjadi pemisah antara mereka berdua, pria itu masih berdiri kaku, membeku seakan dirinya diikat samapi tak bisa bergerak, tak ada satu katapun yang bisa tercuap lewat mulutnya, air matanya mengalir membasahi pipinya yang kering, dirinya sangat takut dengan apa yang sedang di lihat olehnya, muka makhluk itu perlahan mulai hancur, mengeluarkan darah, bola mata indah itu terlepas dan terjatuh di lantai ruangan itu, lantai itu sekarang telah di banjiri oleh darah dari hantu tersebut. Kini makhluk itu tepat berada di depan pria itu, ruangan kantor dengan pencahayaan yang minim itu perlahan ditutupi oleh kabut hitam, tangan pria itu semakin lama semakin dingin, membeku seperti es, keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, tak sanggup ia berteriak meminta pertolongan, rasanya seperti ada kawat tajam yang mencekik lehernya, semakin ia takut saat melihat makhluk itu mengangkat pisau yang ada di tangannya, hantu itu memperlihatkan tetesan darah segar yang masih mengalir di pisau itu. Diayunkannya pisau itu ke kanan dan kekiri seakan ingin memperlihatkan darah itu di pisau itu, darah itu tetap mengalir di pisau itu entah dari mana datangnya, setetes demi setetes darah itu jatuh ke lantai dan mengalir ke lengan makhluk itu. Makhluk itu pun membuka suara memecah keheningan "Kau takut pada ku dan darah darah ini?" Tanyanya. Tak bisa iya berbicara, ia hanya mengangguk pelan dengan getaran hebat di sekujur tubuhnya, suara makhluk itu pun persis seperti suara miliknya. Makhluk itu tertawa kecil dan dengan lirih dan lembut berkata "bagaimana kau bisa takut padaku dan darah ini? Aku adalah kau, dan darah ini juga adalah hasil perbuatanmu, Ervi. Apa kau bahkan melupakan namamu sendiri karena sangat takut dan ingin lari dari perbuatanmu yang keji? Dasar pengecut", ia sempat heran dengan penyataan yang di lontarkan oleh makhluk itu. Dengan tangan dan suara yang masih bergetar ia pun bertanya "Apa maksudmu?" Herannya. Tak tahu ia apa yang di maksud oleh hantu tersebut. "Tidak ingat kah kau apa yang telah kau lakukan 5 tahun yang lalu, ervi?", ia bingung dan bergeleng seakan berkata tidak, "kau telah membunuh seorang petugas kebersihan, tepat di depan cermin ini", kaget ia di berikan penyataan ini, sontak ia menjawab "Tidak!, Tidak mungkin aku membunuh seseorang, dan kau bilang 5 tahun yang lalu, sedangkan aku baru bekerja disini selama 3 tahun"ucapnya, "tidak kau salah ervi, kau salah. Kau mulai bekarja disini 8 tahun yang lalu, dan kau sekarang sudah mati" balas hantu itu , "kau bohong" timpahnya, masih ia tak percaya dengan perkataan hantu itu, tiba tiba muncul potongan potongan memori dari kejadian 5 tahun yang lalu.
Oktober 1989 saat itu berdiri sebuah perusahaan besar, perusahaan yang mempunyai karyawan karyawan dengan sifat keji dan temperamen yang buruk, semuanya berkumpul di dalam satu perusahaan ini, orang yang mempunyai jabatan tinggi akan selalu menindas orang yang ada di bawahnya salah satunya adalah, Ervi. Seorang pria sombong dan kejam yang sering menindas orang orang yang berada di bawahnya, mengancam hingga memukul para petugas kebersihan yang ada di perusahaan itu. Ia selalu merasa tinggi dengan banyaknya apresiasi yang diberikan oleh bos dari perusahaan itu. Sudah menjadi hal yang lumrah di perusahaan itu tindakan saling menindas. Merasa para petugas kebersihan dan karyawan lain tidak sama dengannya, ia pun memperlakukan mereka semena mena, menindas, bahkan memukul jika tidak senang dengan mereka. Sudah seperti karma untuknya, kesombongannya membawa sial kembali kepada dirinya. Kegagalan mulai bermunculan membuat reputasinya menurun. Tahun 1991, sudah 1 tahun ia terus membuat kegagalan berulang, saat itu ada lah hari yang sangat buruk baginya, ia mendapatkan banyak kesialan lagi hari ini. Sampai saatnya ia sudah terlalu lelah, ia berdiri di depan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya, ia melihat wajahnya dengan sedih, kantung matanya yang semakin menghitam memperlihatkan kelelahannya, dengan mata yang penuh amarah dan kekecewaan, setiap lekuk wajahnya seolah menertawakan kegagalannya sendiri, membuat mata dan hatinya semakin gelap. Lalu saat itu, tidak sengaja seorang petugas kebersihan yang sedang membawa kopi panas, tersandung dan menumpahkan kopinya ke kemeja putih mahal ervi, "Duh.. panas!" Bentak ervi, saat ia melihat petugas kebersihan yang tua itu, tak bisa ia tahan lagi amarah dan kekesalannya. Dipukulnya petugas kebersihan itu dengan tangannya yang kuat dan besar tanpa ampun, terus menurus ia pukul, karyawan lain sudah berusaha menghentikan tapi tidak bisa karena dia sangat kuat di tambah dengan amarah amarahnya yang sudah memuncak ia lepaskan saat itu. Ia telah memukul petugas kebersihan itu hingga tewas, saat sadar ia pun mundur perlahan dengan perasaan tak percaya ia telah membunuh seseorang, takut ia dengan reputasinya yang semakin hancur, di penjara dan ditindas oleh orang lain. Tanpa berpikir jernih ia langsung mengambil pisau yang terletak tak jauh dari sana dan menusukkannya ke dirinya sendiri, ia pun tewas bersamaan dengan petugas kebersihan itu. Tahun 1992, akhirnya perusahaan itu di tutup dan gedung perusahaan itu sekarang menjadi terbengkalai. Hingga saat kini arwahnya masih terjebak di gedung kantor terbengkalai itu, kejadian itu terus muncul berulang setiap malam, mengulang terus dengan memperlihatkan ke kejiannya untuk menembus dosa dosa yang telah ia perbuat.