Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Cermin di Kamar Kos"
Dina menatap pantulan dirinya di cermin besar yang mendominasi dinding kamarnya. Ia tersenyum tipis, merapikan anak rambut yang jatuh di dahi. Kamar kos ini, meskipun tua dan sedikit lembap di beberapa sudut, terasa seperti penyelamat baginya. Setelah berminggu-minggu mencari, akhirnya ia menemukan tempat yang terjangkau di pinggiran kota Yogyakarta. Sebagai mahasiswi rantau, setiap rupiah sangat berharga.
Kedatangan dan Keanehan Awal
Koper Dina tergeletak di lantai, isinya sebagian sudah dikeluarkan. Aroma kayu lapuk dan sedikit bau apek yang khas rumah tua menyambutnya. Ia membuka jendela lebar-lebar, membiarkan angin sore masuk dan menerbangkan sedikit debu yang menempel. Kamar itu cukup luas untuk standar kos-kosan, dengan ranjang single, meja belajar kecil, dan sebuah lemari usang. Namun, satu hal yang paling mencolok adalah cermin besar yang menempel kokoh di dinding, tepat di seberang ranjangnya. Cermin itu bukan cermin biasa. Bingkainya diukir dengan ornamen-ornamen rumit yang sudah pudar termakan usia, dan kacanya sedikit buram di beberapa bagian, seolah-olah sudah menyaksikan ribuan pantulan selama bertahun-tahun.
"Lumayan lah," gumam Dina, mencoba meyakinkan dirinya. Ia menarik napas dalam, memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi. Ini adalah awal yang baru, jauh dari rumah, jauh dari segala rutinitas yang membosankan.
Malam pertama di kamar kos itu berlalu tanpa ins...