Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Prolog
Jakarta….
Kota yang selalu menjadi kota kejam yang tetap menjadi incaran semua kalangan dari daerah manapun di Indonesia. Tempat untuk merantau dan mengadu nasib, meskipun kesempatan berhasil untuk sukses tidak begitu besar.
Dibalik hingar bingar Jakarta yang identik dengan kota yang (hampir) tidak pernah tidur, tersimpan kisah yang berada di pinggiran kota. Ya…perkampungan dalam kota. Disanalah, banyak pemimpi baik itu warga asli maupun pendatang yang masih berjuang menghadapi kerasnya Jakarta, dan masih berusaha untuk bisa membuktikan kalau mereka bisa menaklukkan kota kejam ini. Perjuangan mereka tidak hanya bekerja keras, namun berjuang menghadapi rintangan di sekitar mereka, supaya bisa tetap survive dalam keadaan tertentu. Mereka yang hidup di pinggiran, terus mengejar mimpi tanpa lelah. Bahkan, sampai rela melakukan apa saja demi mewujudkan mimpi mereka, yang tidak tahu kapan akan terwujud.
Keberuntungan bisa datang dengan cara apapun untuk penduduk yang tinggal di perkampungan ini, bahkan caranya tidak terduga. Ada juga yang sudah lama tinggal di perkampungan ini, namun baginya tidak cukup untuk membuat gunjingan dan hasutan. Lalu, ada yang berusaha menghidupi keluarga kecilnya dengan segala cara untuk bisa bertahan hidup. Ada yang awalnya hidup berkecukupan, namun mencoba bangkit lagi dengan usaha yang dirintisnya di perkampungan ini walaupun terpaksa. Dan masih banyak lagi cerita lainnya di kehidupan perkampungan ini.
Mungkin, ada kalanya kita membaca cerita dibalik pinggiran Jakarta, walaupun kita semua ingin mendambakan kehidupan layak seperti cerita kebanyakan orang tentang Jakarta yang disebut: Kota Sejuta Mimpi.
Namun, tetap saja Jakarta selalu dibilang sebagai:
‘Kota Kejam Kesayangan.’
Cerita pertama dimulai dari seorang ibu muda dengan anak perempuannya. Mereka baru pindah, namun justru mendapat gunjingan dari warga di sekitarnya karena menjadi ibu tunggal. Padahal, mereka tidak tahu, gunjingan itu bisa menjadi masalah besar yang akan diterima salah satu warga yang mengkonfrontasi sang ibu tunggal ini.
Jadi berhati-hatilah dalam berucap, apalagi berucap dengan asumsi semata.
_______
“Bunda, kok kita tinggal di rumah kayak gini sih?”
Seorang gadis kecil berusia sekitar 7 tahun itu menanyakan kepada ibunya, kenapa mereka harus pindah ke kontrakan kecil 2 petak. Sang anak pun terlihat bermuka masam, karena ekspresinya menandai kalau di...