Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dina terduduk lesu di salah satu kursi tunggu yang ada di rumah sakit, tangannya menggenggam erat ponsel miliknya, wajahnya masih menunjukkan perasaan kaget, takut sekaligus sedih yang mencampur menjadi satu. Ia kembali menatap layar ponselnya, membuka history chat antara dia dan Bimo beberapa waktu yang lalu, mengingat semua kenangan yang sudah mereka lewati bersama, semua momen yang mereka rasakan dan nikmati bersama.
*
"Entah kenapa ya, akhir-akhir ini aku suka banget dengerin lagu Friersa Besari" ucap Bimo membuka obrolan chat, "terutama yang celengan rindu tuh, entah kenapa ngena banget buat aku"
"celengan rindu? Cieeee lagi rindu sama mantan yang mana nih" goda Dina.
"Engga tau, aku lupa saking banyaknya"
"OOOH GITU YAA, MENDING KAMU HUBUNGIN AJA TUH MANTAN-MANTAN KAMU LAGI, BIAR BISA INGET YANG MANA!" Jawab Dina dengan semua kalimatnya dicaps lock, menunjukkan bahwa ia sedang kesal pada kekasihnya.
"Oohh iya bener juga, tumben kamu pinter by" Jawab Bimo menggoda Dina.
"Tau ahh males"
"Lah kok gitu?" Chat Bimo hanya dibaca saja tanpa ada balasan.
"Iiihh kok ngambek sih by, Kan kamu yang mulai, kok kamu malah ngambek gitu" Tetap chat Bimo cuma di baca saja.
Sudah hampir 50 menit berlalu tak ada jawaban yang kunjung datang dari Dina, begitu pula dengan Bimo yang tak lagi menchat Dina untuk mencoba membujuk pacarnya yang sedang ngambek tersebut. Dina merasa semakin kesal karna merasa pacarnya terlalu cuek dengannya, namun di sisi lain dia penasaran kenapa sang kekasih tidak mencoba merayunya lagi. Namun rasa penasaran itu tertahan oleh ego dan sifat manja Dina yang ingin pacarnya selalu perhatian dan paham dengan segala keinginannya.
Satu jam lebih waktu telah berlalu tetap tak ada pesan baru yang datang dari Bimo, begitu pula dengan emosi Dina yang makin bertambah kesal dibuatnya. Dina yang kesal pun mulai menuangkan semua kekesalan ke kolom chat miliknya, baru sempat beberapa kata ia mengetik tiba-tiba ada telpon masuk dari Bimo, yang membuat Dina cukup terkejut namun juga membuatnya cukup senang karna akhirnya ia di hubungi lagi oleh sang pacar.
"Halo cintaku" Ucap Bimo dengan nada yang genit
"hmmm kenapa?"
"Kok kamu jutek gitu sih by, masih ngambek ya?"
"Engga"
"Masa sih?" Goda Bimo tetap dengan nada genitnya,
"apaan sih kata orang engga, ya engga" Jawab Dina sambil meninggikan suaranya,
"Syukur deh kalo kamu masih ngambek"
"Kamu apaan sih gak jelas banget, udah ya aku cape mau tidur" Sahut Dina sembari ingin mematikan telpon.
"Eehhh bentar-bentar, jangan di tutup dulu dong, ini aku ada di depan kos kamu nih"
"Ngapain sih?"
"Aku pengen ketemu kamu aja"
"Males ahhh aku ngantuk" Jawab Dina seolah tak peduli, yang mana sebenarnya Dina berlari menuju jendela depan kamar kosnya melihat Bimo yang duduk di atas motornya sambil memegang handphone di telinganya.
"Iiiih jangan gitu dong by, aku udah effort loh datang kesini"
"Lagian salah sendiri, gak ada yang nyuruh kamu datang ke sini kan?" Sahut Dina sambil menahan senyumnya.
"Kata siapa gak ada yang nyuruh, hati aku yang nyuruh aku datang ke sini by, makanya aku datang"
"Yaudah, itu urusan kamu sama hati kamu"
"By jangan gitu dong, aku bercanda doang loh tadi, kamu gak kasihan apa sama aku yang udah bela-belain datang kesini buat ngebujuk kamu biar gak ngambek lagi, pliss lah keluar bentar aja"
"Mau ngga ya?"
"Plisss dong by, bentar aja, btw aku bawa sesuatu loh buat kamu"
Mendengar itu mata Dina langsung mengarah ke Bimo sembari mencari hal apa yang Bimo bawakan untuknya. Dina menyadari kantong plastik yang tergatung di sepeda motor milik Bimo
"pliss by bentar aja, ini aku udah di gigitin nyamuk loh dari tadi, kamu engga cemburu apa aku di gigitin oleh nyamuk? Kan kamu pernah bilang satu-satunya yang suka dan boleh ngegigit aku itu cuma kamu"
"Bentarrr" Jawab Dina yang kemudian berlari ke arah pintu sembari mengambil jaket yang tergantung di belakangnya.
"Akhirnya pacar aku yang cantik keluar juga" Ucap Bimo sembari tersenyum manis
"udah gak mempan lagi aku di gombalin kaya gitu"
"Masa sih? Dari muka nya kelihatan seneng banget tuh di katain cantik"
"Iiihhh apaan sih" Dina yang mulai salting memukul halus bahu Bimo.
"Nih buat kamu, aku beliin es krim, coklat, thai tea, sama pisang keju kesukaan kamu biar mood kamu bagus lagi"
"Kamu mau bikin aku gendut atau gimana sih?" Tanya ketus Dina sembari menutupi kebahagiaan yang dia rasakan melihat perhatian yang di berikan sang pacar kepadanya.
Bimo menyerahkan sekantung ajaib yang dia percaya dapat membuat Dina bahagia, Dina menerimanya sembari terus menyembunyikan wajah senang nya. Dimalam itu Dina tersenyum sangat lebar mengingat momen yang baru saja terjadi, perhatian sang pacar yang di berikan kepadanya benar-benar membuatnya bahagia setengah mati.
*
Dina tersenyum mengingat momen romantis tersebut, namun air matanya yang berasal dari rasa cemas dan takut, tetap tak bisa tertahan mengalir tetes demi tetes dari mata nya yang sudah sembab. Dia tidak pernah menyangka makan malam perayaan anniversary 2 tahun hubungan mereka akan menjadi penyebab utama Bimo harus terjebak dalam kondisi yang membahayakan nyawanya.
Pagi harinya Bimo di temukan terkapar tak sadarkan diri di tengah jalan dengan luka tusukan di perutnya, Bimo menjadi korban kejahatan begal ketika ia diperjalanan pulang setelah mengantar Dina kembali ke kosnya. Bimo di bawa kerumah sakit dengan kondisi yang sangat kritis dan hingga sekarang pun kondisi Bimo masih belum sadar kan diri.
Dina merasa semua kejadian ini disebabkan oleh dirinya. Karna pada malam itu Bimo harus mengantarkan Dina pulang ke kosnya terlebih dahulu, yang menyebabkan Bimo harus pulang larut malam melewati jalan yang cukup sepi. Dina membuka profil pictures yang terpasang di akun whatsapp milik Bimo, foto yang menunjukkan Bimo yang mengandeng Dina di acara perayaan ulang tahun Dina.
"Selamat ulang tahun yaa sayangku" Ucap Bimo sembari mengelus lembut kepala Dina, "maaf ya acara nya sederhana kayak gini"
"Engga by, ini udah lebih dari cukup banget buat aku, aku seneng banget, makasih ya aku bahagia banget malam ini" Ucap Dina dengan mata yang berkaca-kaca
"buka dulu dong hadiahnya, itu hadiah spesial khusus aku siapin buat kamu dan hadiah itu ngewakilin perasaan sayang aku yang tulus banget dari hati terdalam aku" Ucap Bimo dengan nada yang seromantis mungkin.
Dina membuka kota hadiah yang diberikan Bimo kepadanya, di dalamnya terdapat sebuah kalung. kalung yang terdapat liontin berbentuk hati yang ditengahnya terdapat permata indah, membuat Dina terpaku melihat hadiah yang di berikan sang pacar kepadanya.
Belum sempat Dina mengucapkan satu kalimat pun, tiba-tiba Bimo mengambil kalung tersebut lalu berdiri di belakang Dina, disingkapkan nya rambut panjang Dina kedepan, kemudian kalung indah tersebut di pasangkan di leher jenjang Dina yang kemudian disusul dengan dekapan hangat dari Bimo dan kecupan halus di pipi Dina. Dina hanya terseyum manis, ia menikmati momen romantis yang di berikan Bimo kepadanya, dekapan Bimo semakin erat sambil di iringi bisikan kecil dari mulutnya tepat di samping telinga Dina,
"makasih yaa udah mau ada di sisi aku selama ini, makasih juga udah nerima rasa sayang yang aku kasih ke kamu"
*
Sudah 2 hari berlalu sejak hari yang begitu memukul bagi Dina, hari dimana ia mendapatkan kabar orang yang ia sayangi mengalami musibah yang bisa saja merenggut nyawanya. Selama 2 hari tersebut tidak ada tanda-tanda kemajuan dari kondisi Bimo, ia masih terbaring lemah di ruang ICU di temani berbagai macam alat bantu kehidupan di tubuhnya.
Dina hanya satu kali pernah melihat kondisi Bimo secara langsung karna peraturan rumah sakit yang membatasi kunjungan besuk pasien, dan hanya lewat foto-foto yang dikirimkan ibu Bimo kepadanya. Sembari duduk di kursi tunggu rumah sakit, momen perhatian Bimo kepadanya ketika ia sakit kembali muncul di benaknya.
*
"Tuh sudah aku bilang berkali kali kan, jangan lupa makan, jangan lupa minum vitamin, jangan lupa istirahat yang cukup. Kamu nya cuma iya iya doang, di kerjainnya engga" Omel Bimo sambil membuka nasi bungkus yang ia beli untuk Dina yang sedang sakit.
"Yaaa mau gimana by, sakit kan juga salah satu musibah, musibah kan engga ada yang tau by"
"Ini mah musibah gara-gara kamu aja gak bisa ngerawat diri, lagian apa susahnya sihh makan teratur, tidur yang cukup, nelen vitamin" Ucap marah Bimo sembari menyodorkan sendok berisi makanan ke mulutnya Dina,
"iya iya maaf, lain kali aku bakal jaga kesehatan kok janji"
"Aku gak perlu kata maaf dan janji kamu itu by, yang aku perlu kesadaran kamu ngejaga kesahatan kamu sendiri, aku gak mau ngeliat kamu sakit, aku gak mau ngeliat kamu kenapa-napa, kamu tau gak kenapa? Karna aku sayang sama kamu" Perhatian yang diberikan Bimo selalu berhasil membuat Dina tersenyum dan membuat hari nya penuh rasa bahagia.
*
Dina masih terduduk diam di kursi tunggu, menatap kosong ke handphone yang ia genggam, menikmati suara keramaian yang muncul dari aktivitas yang terjadi di rumah sakit tersebut, ia larut dalam flashback kenangannya bersama Bimo.
Hingga seseorang perempuan di ujung lorong memecahkan renungan nya, sosok perempuan itu berjalan menuju Dina dengan di iringi senyum manis dan tulus yang dimunculkan dari rasa tegar dan tabah, ibu Bimo berdiri di hadapan Dina yang di respon Dina dengan berdiri menghadap ke ibu Bimo.
Tanpa ada kalimat yang keluar dari mulut mereka berdua, ibu Bimo memeluk erat badan Dina yang dibalas dengan dekapan yang sama sebagaimana yang ia terima, hangat dan nyamannya pelukan tersebut dapat di rasakan oleh Dina, dan dari dekapan itulah muncul perasaan yang luar biasa di dalam hati Dina, seolah-olah mereka berdua sedang berbagi perasaan dalam dekapan tersebut dan dari situ pula lah air mata mereka berdua seketika pecah.