Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Cawan Ajaib
0
Suka
105
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dunia telah berubah menjadi tempat yang keras dan tanpa belas kasih. Ladang-ladang yang dulu hijau kini kering, retak seperti kulit ular tua. Sungai-sungai besar yang menjadi nadi kehidupan kini hanya menyisakan aliran kecil atau bahkan kering sama sekali. Desa-desa bergantung pada hujan yang hampir tidak pernah turun, sementara kota-kota besar menjadi medan perang untuk mendapatkan sumber daya yang tersisa.

Di salah satu desa kecil yang hampir terlupakan, Ryo, seorang pemuda sederhana, tinggal di rumah tua peninggalan keluarganya. Ayah dan ibunya telah lama meninggal akibat kelaparan, meninggalkan Ryo untuk menjalani hidupnya sendiri dengan memanfaatkan apa pun yang tersedia.

Namun, hari itu segalanya berubah. Utusan dari kerajaan tiba di desa, membawa pesan dari raja. Mereka mencari orang-orang pemberani untuk melakukan tugas besar: menemukan “Cawan Kesuburan Abadi,” sebuah artefak legendaris yang dikabarkan mampu mengembalikan kesuburan pada tanah yang tandus. Sebagai imbalan, mereka dijanjikan kekayaan dan kehormatan yang tak terhingga.

"Ini kesempatan kita, Ryo," kata Lina, sahabatnya yang dikenal sebagai ahli herbal. Mata Lina berkilat penuh semangat, meski tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi. "Dengan cawan itu, kita tidak hanya menyelamatkan desa ini, tapi mungkin seluruh dunia."

Ryo ragu. "Tapi kenapa kita? Kerajaan punya prajurit. Mereka lebih tahu tentang dunia luar daripada kita."

"Tidak semua orang punya keberanian untuk melintasi dunia yang seperti ini," jawab Lina. "Kita tahu lebih banyak tentang bertahan hidup daripada mereka. Selain itu, kita tidak punya pilihan lain. Jika desa ini tidak mendapat bantuan, semuanya akan berakhir."

Setelah malam yang penuh perdebatan, Ryo akhirnya setuju. Dengan peta kuno yang diberikan oleh kerajaan dan bekal seadanya, mereka memulai perjalanan. Di pundak mereka, harapan desa—dan mungkin dunia—bertumpu. Dengan langkah berat, Ryo dan Lina meninggalkan desa kecil mereka.

Mereka menempuh perjalanan yang panjang dan penuh rintangan. Gurun yang luas dengan pasir yang membakar kaki, hutan yang penuh dengan makhluk buas, dan desa-desa yang sunyi karena penduduknya pergi meninggalkan rumah mereka yang tak lagi layak dihuni. Namun, setiap kesulitan yang mereka hadapi semakin memperkuat tekad Ryo dan Lina untuk menemukan Cawan Kesuburan Abadi.

“Ini bukan hanya untuk kita,” kata Lina saat mereka berhenti di pinggir sungai kecil untuk beristirahat. “Jika cawan itu memang ada, kita bisa mengubah dunia. Anak-anak tidak akan kelaparan lagi, Ryo.”

Ryo hanya mengangguk, matanya memandang peta yang semakin lapuk di tangannya. “Tapi jika kerajaan-kerajaan lain tahu kita memilikinya…” Ia tidak melanjutkan kalimatnya.

“Jika mereka tahu,” kata Lina sambil tersenyum, “kita pastikan mereka tidak akan mendapatkannya.”

Semangat Lina selalu menjadi bahan bakar untuk langkah Ryo. Namun, ia tahu, jalan yang mereka pilih adalah jalan penuh risiko. Mereka bukan prajurit, bukan juga penyihir yang bisa melindungi diri dengan mantra. Mereka hanya dua orang biasa dengan mimpi besar di tengah dunia yang hampir mati.

Malam itu, mereka mencapai reruntuhan kota kuno yang disebutkan dalam peta. Reruntuhan itu tersembunyi di balik lembah yang dalam, dilindungi oleh pepohonan besar yang mencakar langit. Batu-batu yang tertutup lumut dan dinding-dinding setengah runtuh memberi kesan tempat itu sudah lama terlupakan oleh waktu.

“Apa ini benar tempatnya?” tanya Lina sambil memandang sekeliling dengan hati-hati.

“Semua tanda cocok,” jawab Ryo. Ia meraba-raba permukaan batu besar yang tampak seperti pintu. Ada ukiran di sana—ukiran yang menggambarkan ladang hijau, sungai yang mengalir deras, dan sebuah cawan yang bercahaya. “Kita di tempat yang tepat.”

Dengan hati-hati, mereka mencari jalan masuk. Pintu batu itu akhirnya terbuka setelah Ryo dan Lina berhasil menggeser mekanisme tersembunyi. Udara dingin yang keluar dari dalam membawa aroma tanah basah dan sesuatu yang lama terpendam. Di dalamnya, sebuah tangga spiral yang mengarah ke bawah tampak gelap dan menantang.

“Yah,” kata Lina dengan nada mencoba santai. “Kalau ini jebakan, setidaknya kita akan mati mencoba menyelamatkan dunia.”

Ryo tersenyum tipis, meski hatinya berdegup kencang. “Kalau begitu, ayo kita selesaikan ini.” Mereka pun melangkah ke dalam kegelapan, tidak tahu apa yang menunggu di bawah sana.

Tangga spiral itu membawa Ryo dan Lina ke sebuah ruangan besar yang diterangi cahaya redup dari kristal-kristal yang menempel di dinding. Di tengah ruangan, sebuah cawan perak berdiri di atas altar batu, memancarkan kilauan yang aneh, seolah menyerap dan memantulkan cahaya sekaligus. Di sekelilingnya, ada relief-relief kuno yang menggambarkan ladang yang tumbuh subur, desa-desa yang makmur, tetapi juga sosok-sosok yang tampak seperti roh terhisap ke dalam cawan itu.

“Itu dia,” bisik Lina, suaranya hampir tertelan keheningan. “Cawan Kesuburan Abadi.”

Sebelum mereka sempat melangkah lebih dekat, suara langkah kaki bergema di belakang mereka. Tiga pasukan berbeda muncul, mengenakan baju zirah dengan lambang masing-masing kerajaan besar. Pedang berkilat di bawah cahaya kristal, dan aura sihir menggetarkan udara.

“Saya tahu kita takkan sendirian,” gumam Ryo seraya menarik Lina mundur perlahan.

“Serahkan cawan itu, dan nyawa kalian akan kami ampuni,” kata seorang prajurit dengan nada mengancam.

“Lucu sekali,” jawab Lina, suaranya tajam. “Seperti kami percaya pada janji kosong kalian.”

Ketegangan itu meledak menjadi pertempuran sengit. Ruangan itu dipenuhi suara denting pedang, letupan sihir, dan teriakan. Ryo dan Lina berusaha bertahan di tengah kekacauan, bersembunyi di balik altar sambil mencari celah untuk mencapai cawan.

Ketika salah satu prajurit berhasil mendekat, Lina menyerangnya dengan belati kecil yang selalu ia bawa. “Ambil cawannya!” teriaknya pada Ryo.

Ryo melesat menuju altar dan meraih cawan itu dengan kedua tangan. Begitu ia menyentuhnya, sebuah gelombang energi menyebar, membuat semua orang di ruangan itu terhenti sejenak. Cahaya cawan itu semakin terang, dan di saat itulah Ryo merasakan sesuatu yang mengerikan.

Cawan itu menyerap energi kehidupan dari semua orang di sekitarnya, mengubahnya menjadi kekuatan yang memancar keluar. Tubuh para prajurit mulai melemah, mereka jatuh satu per satu. Mata Ryo membelalak ketika ia menoleh ke Lina.

“Ryo…” Lina terjatuh ke lututnya, wajahnya pucat. “Aku merasa... lemas…”

“Tidak! Lina!” Ryo mencoba menghentikan cawan itu, tetapi sudah terlambat. Lina terbaring lemah di lantai, nafasnya memudar seperti bayangan yang menghilang dalam cahaya terang.

Ketika semuanya berakhir, hanya Ryo yang tersisa di ruangan itu, berdiri dengan cawan di tangannya. Tubuh-tubuh tergeletak diam di sekitarnya, termasuk Lina. Ruangan itu kini hening, tetapi terasa lebih berat daripada sebelumnya. Ia menang sebagai pemilik cawan itu, tetapi harga yang harus ia bayar menghancurkannya.

. . . 

Ryo berjalan dengan langkah berat menuju istana kerajaan yang telah mengirimnya. Cawan Kesuburan Abadi tergenggam erat di tangannya, terasa dingin meski ia tahu benda itu membawa kehancuran yang tak terbayangkan. Pikirannya penuh dengan bayangan Lina—senyum lembutnya, keteguhan hatinya, dan bagaimana ia terbaring tak bernyawa di reruntuhan itu. Semua ini demi ambisi kerajaan yang tak pernah peduli pada nyawa mereka.

Prajurit penjaga di gerbang istana terkejut melihatnya kembali, terlebih dengan cawan di tangan. Mereka segera membuka jalan, membawa kabar ke dalam bahwa Ryo telah kembali sebagai pemenang.

Di aula besar, raja berdiri di atas singgasana, wajahnya dipenuhi rasa puas. “Kau berhasil, Rakyatku,” katanya, suaranya menggema di ruangan itu. “Cawan itu akan membawa kejayaan bagi kerajaan kita. Tempatkan di altar utama, dan biarkan kesuburan menyelimuti tanah kita.”

Ryo menatap raja tanpa ekspresi. “Seperti yang Anda perintahkan, Yang Mulia.”

Ia melangkah menuju altar, mendengar bisik-bisik penuh rasa kagum dari para bangsawan yang berkumpul di ruangan itu. Semua mata tertuju padanya, pada cawan yang kini bersinar dengan intensitas yang tak wajar.

“Cawan ini akan memberi apa yang Anda inginkan,” katanya datar sambil meletakkannya di atas altar. Ia menatap raja untuk terakhir kalinya, lalu berbisik pelan, hampir tidak terdengar, “Tapi setiap keajaiban ada harganya.”

Begitu cawan menyentuh altar, cahaya menyilaukan memancar keluar, melahap semua orang di aula. Para bangsawan berteriak, mencoba melarikan diri, tetapi tak ada yang bisa melawan daya hisap yang mematikan. Energi kehidupan mereka terserap ke dalam cawan, mengubahnya menjadi kekuatan yang menghancurkan dan menciptakan keajaiban sekaligus.

Saat cahaya memudar, istana berubah menjadi sunyi. Dimana dulu ada tawa dan kemewahan, kini hanya ada keheningan yang mengerikan. Kerajaan itu sendiri perlahan berubah, tanahnya menjadi hutan lebat yang dipenuhi aura sihir—keajaiban yang dicari raja, tapi dengan harga seluruh hidup mereka.

Ryo berdiri di tengah kerimbunan itu, cawan masih di tangannya. Ia memandangi hutan sihir yang baru tercipta di sekelilingnya, tubuhnya terasa ringan namun hatinya hampa. Ia tahu, cawan itu kini menjadi miliknya sepenuhnya, tetapi ia juga tahu apa artinya.

Dengan langkah pelan, ia berjalan menjauh dari bekas istana, satu-satunya yang tersisa di kerajaan yang kini menjadi legenda. Bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagai pembawa kehancuran yang akan diingat selamanya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Cawan Ajaib
zain zuha
Novel
Bronze
A MILLION WHO
Husnulispedia
Novel
Jagoan Karate
Handi Yawan
Flash
Bronze
Yang Hilang Tak Kembali
Emma Kulzum
Flash
Berburu Ropen
Vitri Dwi Mantik
Flash
Bronze
ASAL USUL LINTAH DARAT DAN LINTAH AIR
Flora Darma Xu
Novel
Pemburu Zombie
M. Ferdiansyah
Flash
Bronze
Desa Naga Kayu
Silvarani
Skrip Film
Para Joki (Skrip)
Farida Zulkaidah Pane
Flash
Introvert, ekstrovert, dan ambivert
Nimilsy Butterfly
Novel
Dongeng Sebelum Tidur
HanaR_qisti
Flash
Bronze
Desert
Rama Sudeta A
Flash
Last Kiss
Ika Karisma
Flash
DEWI, THE SUPER WOMAN
Bramanditya
Novel
Remarkable 2: Special Bonus Prize
FS Author
Rekomendasi
Cerpen
Cawan Ajaib
zain zuha
Cerpen
Portal Utopia
zain zuha
Cerpen
Sibuk sedang Beristirahat
zain zuha
Cerpen
Jejak yang Hilang
zain zuha
Cerpen
Pak Tua Penunjuk Jalan
zain zuha
Cerpen
Vampir yang Merindukan Rumah
zain zuha
Cerpen
Para Pencari Kerja
zain zuha
Cerpen
Mie di Kala Hujan
zain zuha
Cerpen
Terlahir Kembali
zain zuha
Cerpen
Obrolan Burung
zain zuha
Cerpen
Buku yang Hilang II
zain zuha
Cerpen
Pemburu Suara
zain zuha
Cerpen
Batu Eramis
zain zuha
Cerpen
Satu Astronot Telah Pergi
zain zuha
Cerpen
Bahasa Bunga
zain zuha