Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Catatan Tua
0
Suka
1,350
Dibaca

Arga terbangun. Punggungnya terasa nyeri, kepalanya berdenyut, dan di sekitarnya, keheningan terasa seperti jerat yang mencekik. Bau karat dan lumut menguar dari dinding-dinding batu yang dingin dan lembap. Kabut tebal menyeruak dari jendela-jendela tinggi yang berjejer, meresap ke dalam ruangan seperti napas raksasa yang dingin. Arga memijat pelipisnya. Ingatan akan kecelakaan itu kembali, tajam dan menyakitkan.

Kecelakaan itu terjadi di tengah malam. Hujan deras, jalanan licin, dan sebuah truk yang datang dari arah berlawanan entah bagaimana kehilangan kendali. Saat ia tersadar, mobilnya sudah ringsek, teronggok di pinggir jalan seperti kaleng sarden yang penyok. Di sampingnya, istrinya, Aura, terbaring tak bergerak. Wajahnya yang damai, rambutnya yang basah, dan mata yang tertutup rapat, semuanya masih jelas terukir dalam ingatan Arga. Itulah gambaran terakhir yang ia lihat dari istrinya.

Setelah kecelakaan, Arga memutuskan untuk pindah. Ia tidak sanggup lagi tinggal di rumah lamanya, di mana setiap sudut, setiap celah, dan setiap perabotnya berteriak-teriak tentang kehadiran Aura. Ia membutuhkan tempat baru, tempat yang kosong, tempat yang tidak memiliki kenangan. Dan di sinilah ia sekarang, di sebuah rumah tua di pinggir kota yang nyaris tak berpenghuni. Rumah itu didapatnya dari seorang agen properti yang menawarkan harga sangat murah. Kata agen properti itu, pemilik sebelumnya sudah meninggal dan tidak ada ahli waris.

Rumah itu jauh dari kata nyaman. Dinding-dindingnya mengelupas, lantai kayunya berderit, dan banyak sarang laba-laba yang tergantung di sudut-sudut ruangan. Kabut tebal selalu menyelimuti hutan di sekelilingnya, menciptakan suasana yang suram dan mencekam. Namun, Arga menyukainya. Ia merasa bahwa suasana suram itu selaras dengan perasaannya.

Hari-hari Arga berlalu dengan monoton. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di perpustakaan kecil di rumah itu, dikelilingi oleh buku-buku tua yang berdebu. Suatu sore, saat ia sedang membersihkan rak buku di sudut ruangan, ia menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tersembunyi. Kotak itu tidak terkunci. Di dalamnya, ia menemukan sebuah buku harian tua. Halaman-halamannya yang menguning terlihat lusuh, dan sampulnya sudah sobek di beberapa bagian.

Rasa ingin tahu yang begitu kuat mendorongnya untuk membuka buku harian itu. Awalnya, ia tidak menyadari apa yang ia baca. Ia hanya membaca tulisan tangan yang indah, dengan kalimat-kalimat yang puitis dan mengalir. Namun, semakin ia membaca, semakin ia menyadari bahwa buku harian itu bukanlah buku harian biasa. Itu adalah catatan dari seorang psikopat.

Pemilik buku harian itu menceritakan obsesinya pada kecantikan wanita. Ia mendeskripsikan betapa indahnya mata wanita saat menatapnya, betapa lembutnya rambut mereka saat dipegang, dan betapa merdunya suara tawa mereka saat ia membuat lelucon. Ia menggambarkan wanita-wanita itu sebagai “karya seni” yang harus diabadikan, harus disimpan selamanya, sehingga kecantikan mereka tidak akan pernah pudar.

Deskripsi itu membuat Arga merinding. Ia menyadari bahwa “mengabadikan” yang dimaksud bukanlah dalam arti yang positif. Pemilik buku harian itu menceritakan dengan rinci bagaimana ia menculik wanita-wanita itu, bagaimana ia menyiksa mereka, dan bagaimana ia akhirnya membunuh mereka. Ia menggambarkan pembunuhan-pembunuhan itu sebagai sebuah “ritual” yang sakral. Ia menceritakan bagaimana ia menguliti kulit mereka, memisahkan tulang-tulang mereka, dan menyatukan kembali potongan-potongan tubuh mereka menjadi sebuah “karya seni” yang sempurna.

Arga merasa mual. Ia merasa tangan...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp16.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Flash
Sumi Arwah penasaran
Ismawati
Flash
SUARA LEBAH
Call Me W
Cerpen
Jam Setengah Empat
Penulis N
Flash
Hantu Kesepian
Noer Eka
Cerpen
Bronze
Jurit Malam Di Perumahan Setan
Yona Elia Pratiwi
Cerpen
Bronze
DIRUNDUNG
Ari S. Effendy
Cerpen
Bronze
Rumah di Tepi Hutan
Yanti Soeparmo
Cerpen
Bronze
'sompral'
anindira
Cerpen
Bronze
Imajiner Yang Nyata
Christian Shonda Benyamin
Flash
Bronze
Janin
Bakasai
Flash
Bronze
Suara Gamelan di Sungai
Risti Windri Pabendan
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Loloh dari Truyan
gungkeris
Flash
Terrorist
Dark Specialist
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Imajiner Yang Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Luka Di Kota Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pintu Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Bayang Dokter
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Di Bawah Ancaman Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rumah Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Terkutuk
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Insomnia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kereta Cepat Whoosh
Christian Shonda Benyamin