Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Calon Suami untuk Nala
0
Suka
3
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

⚠️Saat ini author sedang hiatus karena masalah pribadi. Tolong tunggu update selanjutnya ya readers! Terima kasih atas pengertiannya!

Sebuah notifikasi muncul ketika Nala ingin membuka webnovel kesukaannya. “Hah? Hiatus? Ck! Lagi seru-serunya nih” kesal Nala masih berkutat pada layar ponselnya.

“Padahal lagi seru! Penasaran tahu! Dia bisa balik gak ya kedunianya?” gumamnya masih meratapi ponsel.

“Ketemu!” suara seseorang mengalihkan perhatiannya.

Nala tertegun sejenak karena ada sesosok lelaki tak dikenalnya tepat berdiri di hadapannya.

“Mama!” lelaki itu menyapa ingin memeluk tapi Nala menghindar.

“Eh! Siapa?” Nala mundur selangkah saat lelaki itu hendak memeluknya.

“Oh ya, perkenalkan namaku Kalis. Aku anakmu dari masa depan!”

“Hah??? Anak?!” seketika Nala menutup mulutnya sendiri, takut terdengar orang sekitar. “Jangan gila aku belum nikah!”

“Aku udah bilang kan ma, aku dari masa depan. Wah mama tidak berubah ya waktu masih muda, aku langsung tahu dengan sekali lihat” wajahnya mendekat.

“Eh?? Apa benar ada hal seperti ini? Apa aku mimpi karena kebanyakan baca webnovel?” gumam Nala menepuk pipinya sendiri. “Awh!”

“Mama pasti sulit percaya, aku tahu itu! Aku akan kasih tahu satu hal ke mama yang akan membuat mama percaya sama aku” Kalis mulai membisikkan sesuatu pada Nala.

Nala terkejut “Tahu darimana kamu soal itu??”

“Dari mama. Aku kan anak mama. Mama sendiri yang cerita”

“Ehem. Kalaupun benar kamu anakku dari masa depan, lalu ada urusan apa kamu ke sini?”

“Kita pergi ke tempat lain dulu. Karena ini rahasia”

Kalis kemudian membawanya ke suatu tempat.

===============================

Di sebuah taman bermain dekat dengan rumah Nala.

“Kamu juga tahu tempat ini?” heran Nala.

Mereka duduk di sebuah bangku taman.

“Tentu. Mama sering ajak aku waktu kecil”

“Mungkin benar dia tidak berbohong?”

“Jadi begini ma, aku datang ke masa lalu untuk membantu mama bertemu Papa”

“Ha? Kenapa? Dengan adanya kamu itu sudah membuktikan bahwa aku akan segera menikah dengan papamu kan? Kenapa repot-repot mencariku ke masa lalu?” Nala bertanya dengan sedikit rona merah di pipinya.

“Ya itu benar. Tapi sebelum itu mama punya cinta pertama yang tidak berhasil. Mama cerita kalau hal itu membuat mama sangat patah hati. Bertahun-tahun mama menderita. Aku tidak ingin mama mengalami hal buruk itu, jadi saat dikasih kesempatan ini aku mau bantu mama segera bertemu papa!” Kalis menjelaskan dengan berbinar.

“Aahh, apa aku semua yang menceritakan itu padamu? Tapi ini aneh sekali bagaimana bisa orang datang dari masa depan?” ragu Nala.

“Mama masih tidak percaya padaku? Aku sedih karena ternyata mama tidak menginginkanku” wajah Kalis berubah sedih.

“Eh..ehh! jangan nangis. Bukan begitu...” panik Nala. “Oke anggap saja aku percaya. Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”

Seketika tangis Kalis mereda. Itu jelas karena hanya ingin membuat Nala iba.

“Aku sudah atur semuanya! Mama siap ketemu Papa?” tanya Kalis penuh harap.

“Oke...kurasa” Nala mengiyakan walau berat. Dia masih mencerna apa yang barusan dialaminya.

==========================================================================

Seperti yang dikatakan Kalis, dia benar-benar sudah mengatur semuanya. Mulai dari info tentang suami masa depan Nala, bagaimana mereka bertemu, apa yang harus mereka siapkan, dan waktu serta tempat pertama kali mereka harus bertemu.

Setelah kemarin Kalis berhasil membujuk Nala untuk menjalankan misi, kini mereka janji bertemu di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumah Nala.

“Kamu juga tahu cafe favoriteku ini?” takjub Nala.

“Mama selalu bawa aku ke sini sama papa. Ini Ice Camomile kesukaan mama” Kalis menyodorkan minuman yang dia pesan sebelumnya untuk Nala.

Nala masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Ingin rasanya dia tidak percaya semua ini, tapi Kalis terlalu memahami dirinya lebih dari siapapun.

“..........” Nala masih terdiam. Namun minuman itu sudah diraihnya.

“Oh! Apa mama perlu Oatmeal Cookies juga? Aku bisa ambilkan” Kalis hendak beranjak dari tempat duduknya namun dicegah oleh Nala.

“Ah tidak...tidak...tidak... Ini sudah cukup” cegah Nala. “Dia tahu semua makanan kesukaanku? Jadi dia benar anakku? Dilihat dari wajahnya yang tampan, aku semakin penasaran seperti apa calon suamiku kelak” batin Nala sambil memperhatikan Kalis.

“Kita ke sini bukan hanya karena cafe ini tempat favorite mama, tapi karena papa juga sering ke sini” ujar Kalis sambil menyeruput Hot Camomilenya.

“Bahkan minuman kami sama” Nala masih memperhatikan Kalis.

“Ma?” sapa Kalis membuyarkan lamunan Nala.

“Eh iya sorry. Tadi gimana?”

“Aku bilang papa juga sering ke tempat ini. Sebentar lagi papa datang” Kalis

memperhatikan jam tangannya.

“Kita akan bertemu dia sekarang? Tapi aku tidak ada persiapan? Bagaimana...”

“Sssttt...”

Setelah isyarat dari Kalis, lonceng cafe berbunyi tanda seseorang baru masuk ke cafe itu.

Empat orang lelaki memasuki cafe itu. Diantaranya ada seseorang bernama Rendy, suami masa depan Nala. Mereka memasuki cafe dan duduk tak jauh dari meja Nala dan Kalis.

“Mama lihat arah jam 2 dari sini, lelaki yang memakai kemeja biru itu, namanya Rendy”

“Rendy?” Nala mengernyit.

“Iya. Itu papa!”

“Uhukk!” Nala tersedak.

“Mama tidak apa?” Kalis membantu menepuk punggung Nala.

Sejenak orang di sekitar memperhatikan.

“Kamu gila? Bagaimana aku bertemu suami?.. Maksudku calon suamiku seperti ini” bisik Nala. “Ayo cepat keluar” Nala manarik lengan Kalis untuk pergi ke luar cafe.

===============================

“Kenapa mama malah menarikku keluar? Aku ingin mengenalkan papa kepada mama” mereka berhenti tepat di depan cafe.

“Ini yang kamu bilang sudah diatur? Kamu yang mau mengenalkanku? Apa yang akan kamu katakan? Perkenalkan ini calon istrimu dan aku anakmu dari masa depan...Kamu pikir dia akan langsung percaya dan berpikir kamu tidak aneh?” ucap Nala tak habis pikir.

“Mama langsung bisa percaya padaku. Kupikir papa akan...”

“Dasar bodoh! Itu hal yang berbeda!” Nala menjewer kuping Kalis.

“Awh! Ma... sakit” Kalis menahan kuping yang masih dijewer Nala.

“Permisi...ini” suara muncul dari balik mereka.

Mereka menoleh ke asal suara. Mereka langsung berhenti berkata. Karena di depan mereka saat ini ada Rendy yang sedang menyodorkan sebuah Note kepada Nala.

“Oh iya, terima kasih” Nala meraih Note itu.

“Bukankah ini milik Kalis? Kenapa ada di tangan Rendy? Apa dia sengaja meninggalkan di meja?” Nala melirik sekilas Kalis yang hanya nyengir ke arahnya. Diraihnya Note itu oleh Kalis.

“Sama-sama. Tapi maaf, aku tidak sengaja melihat sedikit tulisan di dalamnya. Ada namaku tertulis di sana. Apakah kita saling mengenal?”

“Ah iya! Maksudku belum! Temanku ingin berkenalan denganmu. Dia sedikit mencari tahu tentangmu. Jadi...” Kalis mendorong Nala mendekat ke arah Rendy.

“Namanya Nala” Kalis meraih tangan Nala agar mulai berjabat dengan Rendy.

Dan tak disangka Rendy meraih jabatan tangan Nala.

“Ah saya Rendy, senang berkenalan dengan anda” Rendy tersenyum ke arah Nala.

“Nala...” Nala tersenyum kikuk tak tahu harus berbuat apa.

“Ah iya maaf karena saat ini saya sedang ada keperluan dengan rekan saya, bagaimana kalau saya menghubungi anda nanti?” Rendy menyodorkan ponsel padanya.

Nala melirik Kalis sekilas. Kalis mengangguk memberi isyarat. Nalapun mengetik nomer di ponsel milik Rendy lalu mengembalikannya.

Rendy meraih ponsel miliknya kemudian membuat panggilan telpon sekilas. “Itu nomer saya. Nanti saya hubungi lagi ya, saya masuk dulu” pamit Rendy kemudian kembali masuk ke dalam cafe.

“Iya terima kasih”

“Wow! Papa keren! Wohoo!”

“Sesenang itu kamu?” Nala menatap Kalis aneh.

“Tentu! Semakin cepat aku dilahirkan, semakin baik kan? Hehe” 

Sebelum mereka beranjak dari cafe itu, sekilas Nala melihat pantulan mereka di cermin. “Dia lebih mirip siapa?”

=========================================================================

“Pagi, ma!” tiba-tiba Kalis datang di hadapan Nala saat ia baru saja keluar dari pagar rumahnya.

“Hah!” kaget Nala terkesiap. “Kamu bikin kaget saja! Kenapa suka sekali muncul tiba-tiba?” omel Nala sambil mengelus dada.

“Lagipula ini masih pagi sekali, kenapa sudah datang mencariku?”

“Aku ingin tahu progress papa sampai di mana? Apa dia sudah mengajak mama kencan?” mereka berbincang sambil berjalan meninggalkan komplek rumah.

“Tidak tahu. Aku belum dapat pesan apapun darinya” ujar Nala sambil mengotak-atik ponselnya “Lagipula itu pertemuan pertama kami, mana mungkin langsung ajak kencan”

“Ck! Tak kusangka dia begitu lambat. Kalau begini aku harus turun tangan” gerutu Kalis berjalan menjauh dari Nala.

“Hei kamu mau ke mana? Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Nala setengah berteriak.

“Menyusun rencana” jawab Kalis masih berjalan mendahului tanpa menoleh ke arah Nala, hanya melambaikan tangannya ke atas.

“Apa yang dia rencanakan? Kenapa aku jadi khawatir?” gumam Nala.

==============================

Sore hari.

Terlihat para karyawan keluar berhamburan di depan sebuah gedung perkantoran, tanda jam kerja telah usai.

“Kita mau pergi makan di restaurant baru dekat kantor itu, kamu mau ikut?”

“Sepertinya aku langsung pulang aja” jawab Nala pada rekan kerjanya.

“Oke!” mereka berpamitan.

Ting.

Pesan masuk.

Hai Nala, aku Rendy.

Kamu ada waktu hari ini? Bisa kita bertemu?

“Oh? Rendy? Pria itu?” gumam Nala sambil mengetik balasan untuk Rendy.

Aku baru saja pulang kerja. Kita ketemu di mana?

DddrrrtttPanggilan masuk dari Rendy.

“Halo?”

“Halo Nala. Kamu ada di mana sekarang?” jawab Rendy di ujung telepon.

“Baru saja keluar kantor” Nala menghentikan langkahnya.

“Di mana kantormu?”

“Ada di Benhill Tower”

“Ah, saya ada di dekat daerah itu. Tunggu saya sebentar, saya akan jemput”

“Kurasa tidak perlu. Aku...” belum sempat Nala melanjutkan sambungan sudah terputus. “Kenapa langsung dimatikan?”

Tiinnn.

Suara klakson mobil tepat berada di depan Nala.

Pintu kaca mobil terbuka. Ternyata itu Rendy.

“Ayo masuk” ujar Rendy menengok dari balik kaca mobil.

“Ah, oke. Terima kasih” jawab Nala seraya masuk ke dalam mobil.

“Saya benar-benar tidak mengganggu waktumu kan?” tanya Rendy sambil mengemudikan mobilnya.

“Tidak masalah” jawab Nala dengan senyum simpul.

“Maaf soal kemarin. Tidak seharusnya...” belum sempat Rendy melanjutkan bicaranya sudah dipotong oleh Nala.

“Ah, tidak apa. Saya yang harusnya minta maaf karena tidak sopan”

“Saya tidak masalah, jadi kamu tidak perlu minta maaf”

“Maksud kamu?”

“Sebenarnya saya sudah sering lihat kamu di cafe itu. Ingin mencoba berkenalan, tapi saya tidak punya cukup keberanian” Rendy menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Nala cukup terkejut. “Kamu memperhatikan saya? Sejak kapan?”

“Entahlah. Sudah cukup lama. Tapi saya bersyukur kemarin saya berani menyapa kamu” jawab Rendy malu-malu.

“Itupun karena keteledoran Kalis” batin Nala. “Kita akan ke mana?” tanya Nala mencoba mengalihkan topik.

“Saya mau ajak kamu pergi ke pameran seni di dekat sini. Di sana banyak karya seni dari dalam maupun luar negeri”

“Oh” Nala terkejut untuk kesekian kali. “Apakah dia tahu aku suka karya seni? Tapi tidak banyak orang tahu tentang ini, bahkan orang terdekatpun” batin Nala.

“Kamu tidak suka ya? Seharusnya saya bertanya dulu ya? Maaf saya tidak ahli dalam hal ini. Kita bisa pergi ke tempat lain kalau kamu mau” tanya Rendy. Dia cukup merasa canggung karena Nala sempat terdiam.

“Bukan begitu! Saya suka karya seni. Saya hanya sedikit terkejut, bagaimana kamu tahu soal ini”

“Oh, syukurlah. Itu tandanya aku memilih tempat yang tepat” jawab Rendy sambil memamerkan senyum manis miliknya.

“Aku selalu bertanya-tanya kemiripan apa yang dipunya Kalis dengan kami orang tuanya. Akhirnya aku mulai mengerti cara Kalis berbicara denganku yang selalu tersenyum sama seperti yang dilakukan Rendy sekarang. Dia tidak pernah melepas senyumnya sama sekali” batin Nala. Cukup lama dia memandangi Rendy.

“Ada apa La?” tanya Rendy membuyarkan lamunan Nala.

“Ah tidak! Kamu terlihat cukup tampan!” ceplos Nala. “Sial! Kenapa aku malah bicara seperti itu!” batin Nala merutuki dirinya sendiri.

“Ahahahahaha. Terima kasih. Kamu juga sangat cantik”

“Ah ya, te...terima kasih” jawab Nala canggung.

“Sudah sampai” ucap Rendy sambil memarkirkan mobilnya.

“Oh, di sini tempatnya? Wah!” takjub Nala.

Rendy keluar kemudian membukakan pintu mobil untuk Nala.

“Terima kasih” ucap Nala saat keluar dari mobil.

Mereka pun memasuki gedung tempat dilaksanakannya pameran tersebut. Nala terlihat antusias melihat setiap karya seni yang terpampang. Begitu juga Rendy, amat menikmati setiap momen bersama Nala.

Kau bilang kau suka hujan,

Tapi kenapa kau membuka payungmu ketika hujan

Kau bilang kau suka matahari,

Tapi kenapa kau mencari tempat berteduh ketika matahari bersinar

Kau bilang kau suka angin,

Tapi kenapa kau menutup jendelamu ketika angin bertiup

Inilah yang aku takutkan;

Jika kau mengatakan kau juga mencintai aku

William Shakespeare

Nala cukup lama memandangi sebuah lukisan, tidak lebih tepatnya sebuah tulisan yang terpampang di sana,dari seorang pujangga bernama William Shakespeare.

“Kamu kenapa?” Rendy ternyata mengamati Nala.

“Ah!” Nala tersadar dari lamunannya. “Aku merasa familiar dengan kalimat ini”

“Mungkin karena ini karya William Shakespeare, dia pujangga yang sangat terkenal kan?”

“Mungkin ya?”

“Apa kamu mulai lelah? Di bawah sini ada cafe. Kita istirahat sebentar di sana?”

“Boleh” Nala mengikuti langkah Rendy pergi dari sana. Tapi pandangannya tak lepas dari tulisan itu.

Di sudut lain ada seseorang yang sembari tadi mengamati mereka.

===============================

Dua minggu kemudian.

Nala dan Rendy semakin dekat. Mereka masih sering bertemu setelah kencan pertama mereka saat di pameran seni waktu itu. Tapi Nala mulai merindukan Kalis. Setelah pertemuan singkat mereka itu, dia belum melihat Kalis lagi.

Di taman kota dekat rumah Nala.

“Di mana Kalis? Apa dia sudah kembali ke masa depan? Aku kenapa sedikit merindukannya? Kita kan hanya bertemu beberapa kali” gumam Nala.

Dia sibuk mengaduk es yang tersisa di Cup Ice yang ia bawa. Sesekali menyesap es batu yang tertinggal di sana.

“Jangan gigit es batu. Itu yang buat mama sering sakit gigi” Kalis tiba-tiba duduk di sampingnya kemudian merampas es yang dipegang Nala. “Makan ini aja” Kalis menyodorkan cookies pada Nala.

“Kalis!” Nala reflek memeluk Kalis. “Darimana saja? Kupikir kau sudah kembali ke masamu”

“Apa mama begitu merindukanku?” goda Kalis. Seketika Nala melepas pelukannya.

“Aku belum bisa kembali kalau mama belum sama papa”

“Kita kan baru saja kenal. Tidak mungkin langsung memulai hubungan serius kan? Lagipula kita sudah cukup akrab saat ini. Tapi kalau...”

“Ragu? Kenapa? Pada akhirnya mama menikah dengan papa, ini hanya soal perbedaan waktu. Jadi kenapa masih ragu? Papa orang yang sangat baik kan?”

“Ya, tapi... Entahlah ini aneh. Aku tidak merasakan apapun saat bersamanya”

“Tidak sedikitpun?”

“Hmm... ya. Mungkin seperti katamu ini hanya karena perbedaan waktu. Seharusnya aku belum bertemu dengannya kan? Oh ya! Aku sebenarnya penasaran dengan cinta pertamaku yang kau ceritakan itu. Bagaimana dia? Orang seperti apa dia sampai bisa membuatku menderita seperti itu? Apa saja yang dia lakukan padaku?”

“Ke..kenapa ingin tahu tentangnya? Itu tidak penting. Dia sudah menghancurkan hidup mama, jadi buat apa cari tahu tentangnya?”

“Ya tapi tetap saja aku penasaran”

“Tidak! Pokoknya tidak boleh! Tidak usah cari tahu tentang dia” tegas Kalis.

“Aneh. Kenapa Kalis kesal? Dia kan tidak mengenalnya. Dia hanya tahu dari ceritaku di masa depan. Dia sungguh sangat menyayangi ibunya?” batin Nala. “Aku lega karena memiliki anak sepertimu kelak. Terlihat kau begitu menyayangiku” ucap Nala mengusap rambut Kalis.

“Sangat. Sampai kapanpun aku selalu menyayangimu” ujar Kalis. Sorot matanya tertuju pada Nala.

Deg.

Nala terkesiap. Dia menjauhkan usapannya segera.

“Ada apa denganku? Kenapa aku berdesir? Dia anakku! Yang di hadapanmu ini anakmu Nala!”

“Ehm. Terima kasih” canggung Nala. Dia duduk sedikit menjauh dari Kalis.

“Tidak...tidak... ini murni perasaan ibu terhadap anak, mungkin? Tapi kan aku belum menjadi ibu! Apa mungkin aku menyukai anakku sendiri?? Aarggh!”

“Kenapa ma? Lagi mikir apa?”

“Ah! Aku hanya berpikir namamu cukup unik! Kenapa aku kasih nama itu ya? Haha. Apa artinya ya?” ucap Nala sekenanya.

Menyembunyikan gugup karena memikirkan hal aneh tentang Kalis.

“Iya. Kata mama Kalis artinya suci, bersih dan murni. Semua hal baik seperti itu”

“Oh. Jadi itu artinya? Bagus sekali” takjub Nala. Tak menyangka jika nama itu benar-benar memiliki makna.

“Tentu. Karena itu aku suka nama ini” ucap Kalis tersenyum getir. “Butuh berapa lama lagi papa ada di hati mama? Aku tidak bisa lama” Kalis berusaha mengalihkan topik.

“Katanya kau tidak bisa kembali sebelum kami bersama?”

“Ya... tapi aku tidak bisa meninggalkan mama yang ada di masa depan. Dia pasti merindukanku”

“Oh ya,aku penasaran apa yang terjadi padamu di sana jika kau ada di sini saat ini”

“Aku tidak bisa ceritakan semuanya. Karena ini rahasia. Pokoknya aku tidak bisa terlalu lama di sini” ujar Kalis sedih. “Waktuku tidak banyak” batin Kalis.

“Ini cukup sulit. Tapi aku akan berusaha lebih keras lagi”

Kalis kembali tersenyum. “Aku percaya padamu!”

============================================================================

Di sebuah ruang kelas.

Ada seorang siswa sedang duduk menyendiri ditemani buku-bukunya di saat teman sekelas lainnya asyik bermain.

“Buku karya William Shakespeare?” seorang siswi membuyarkan konsentrasi membacanya.

“Kamu juga suka dia?” senyum lebar terlihat di bibir gadis itu.

“I..iya” jawab siswa itu kikuk.

“Wah! Kita punya selera yang sama! Kita harus berteman!” siswi itu mengambil duduk di depan bangku siswa itu.

“Teman?”

“Iya, namamu siapa?”

“Den.. Panggil saja Den”

“Den? Hanya Den?”

“....Den Kalis Dharma”

“Kalis? Aku suka nama itu. Aku panggil Kalis saja ya!”

“Hm? Suka? Tidak aneh?”

“Aneh kenapa? Itu nama yang sangat bagus. Kamu tidak tahu artinya ya? Suci, bersih dan murni. Hal-hal baik seperti itu ada dalam satu namamu. Itu sangat bagus! Aku jadi iri” siswi itu menjelaskan dengan sangat antusias.

“Ah, begitukah?”

“Iya! Aku panggil Kalis ya! Mulai sekarang kita berteman! Namaku..”

==============================

“Aah!” Nala terbangun dari tidurnya.

“Kenapa aku mimpi aneh seperti itu? Apa gadis di mimpi itu aku? Kalis itu kan anakku, kenapa aku memimpikannya sebaya denganku?” Nala beranjak dari tempat tidurnya. “Aku harus segera bertindak”

===============================

“Ini tidak berlebihan kan? Sebagai calon istri kelak aku harus banyak melakukan hal baik dari sekarang. Kalau mau bertemu dengan Kalis kelak aku harus menikah dengannya kan?”

Nala berjalan menyusuri koridor rumah sakit sambil menenteng bekal yang dia buat pagi tadi. Dia ingin berusaha seperti yang dia janjikan waktu itu pada Kalis. Dia harus segera memikirkan hubungannya dengan Rendy.

Tanpa sepengetahuan Rendy, Nala pergi ke rumah sakit tempat Rendy bekerja. Dia ingin memberikan kejutan dengan membawa bekal yang dia buat sendiri untuk Rendy.

Saat hampir sampai di depan pintu ruang kerja Rendy, langkah Nala melemah karena dia mendengar seseorang sedang bertengkar.

“Tidak bisa!” suara itu tampak jelas dari balik pintu.

Tapi Nala tidak asing dengan suara itu.

“Apa mungkin?” Nala sedikit mengintip di balik pintu mencoba mendengar percakapan mereka.

Betapa terkejutnya Nala dengan siapa yang dia lihat di dalam ruang kerja Rendy. Kalis. Ya, Kalis dan Rendy sedang adu mulut di sana.

“Selama kamu diam, kita tidak akan ketahuan. Karena aku tahu sifatnya, Nala akan percaya semua ini. Tugasmu hanya untuk membuatnya jatuh cinta”

Bruakk.

Suara pintu terpaksa dibuka. Nala masuk dengan emosi yang dibawanya.

“Bagus. Jadi kalian saling kenal?” Nala memasuki ruangan dan berhenti tepat di depan keduanya.

Rendy dan Kalis tersentak. Tak dapat berkata. Hanya saling pandang.

 “ Wah! Hanya aku di sini yang seperti orang bodoh. Puas kalian?! Aku tidak tahu apa tujuan kalian mempermainkanku seperti orang bodoh. Terutama kamu Kalis...” tatapan Nala beralih pada Kalis.

Air mata yang sedari tadi ditahannya di pelupuk, kini sudah banjir membasahi pipinya.

“Anak?..Dari masa depan?” Nala tercekat, tidak kuat lagi menahan amarah di dadanya. “Aku sangat percaya semua ini karena kamu Kalis! Tapi... Yah ini bukan salahmu, bukan salah kalian. Ini salahku karena terlalu bodoh. Hah, masa depan...seharusnya aku tahu sejak awal itu semua bohong” Nala menyeka tangisnya kasar lalu langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“Nala tunggu! Bukan seperti itu! Nala!!” teriak Rendy mencoba memanggil.

“Den! Kejar dia! Kenapa diam?!”

“......”

“Den!” tak ada sahutan dari Kalis. Rendy frustasi dan langsung lari mengejar Nala.

“Mungkin ini yang terbaik...” lirih Kalis.

===============================

“Nala tunggu!” Rendy mengejar Nala sampai keluar pintu rumah sakit.

Dilihatnya Nala berhenti di sebuah taman kecil rumah sakit itu. Sambil terus terisak Nala tidak menghiraukan panggilan Rendy.

“Nala, tunggu sebentar. Kita harus bicara. Ini tidak sepenuhnya...”

“Apa?! Aku tidak butuh bicara dengan kalian” dengan air mata masih membanjiri pipinya, Nala menyentak Rendy.

“Bisa-bisanya aku percaya permainan kalian” isak bercampur kesal meliputi perasaan Nala.

“Maaf. Maafkan aku. Aku tahu sejak awal ini tidak benar. Tapi Den punya alasan kenapa dia melakukannya. Dan itu demi kamu Nala” ujar Rendy mencoba menjelaskan.

“Aku masih tidak mengerti. Demi aku? Memangnya aku kenapa?”

“Sebenarnya yang dia katakan...”

Flashback kejadian saat Kalis bertemu Rendy. Sebelum Nala datang.

“Kayaknya aku gak bisa lanjutkan ini Den” ujar Rendy kepada Kalis setelah sesi pemeriksaan Den Kalis selesai.

“Maksudmu?”

“Berpura-pura jadi calon suami Nala”

“Kenapa Ren? Kamu sudah janji mau bantu aku kan?”

“Aku yakin Nala masih sangat mencintaimu meski dia hilang ingatan saat ini. Kamu juga butuh dia di saat seperti ini Den. Toh kondisimu saat ini membaik, siapa tahu ada keajaiban saat kamu bersamanya”

“Bagaimana nanti? Dulu juga sempat seperti ini kan? Tapi kondisiku tiba-tiba down dan aku membuatnya susah. Ini saat yang tepat untuk dia melupakanku”

“Tapi Den, kamu harus percaya...”

“Ren...please. Kamu janji mau bantu aku. Kamu janji mau jaga Nala buat aku kan?”

Kalis memohon dengan sangat pada Rendy.

“Iya tapi Den. Ini gak baik untuk Nala. Bagaimana kalau Nala akhirnya tahu...”

“Tidak bisa!” Kalis memotong pembicaraan Rendy.

“Selama kamu diam, kita tidak akan ketahuan. Karena aku tahu sifatnya, Nala akan percaya semua ini. Tugasmu hanya untuk membuatnya jatuh cinta”

Flashback end

“Itu yang sebenarnya terjadi”

Rendy menyodorkan sebuah Note milik Kalis yang dulu sempat dia berikan pada Nala di cafe. Nala menerimanya.

“Inikan punya Kalis...Kenapa bisa ada di kamu lagi?”

“Aku sengaja mengambilnya lagi dari dia. Sejak awal aku ingin kamu yang membawanya. Aku ingin kamu membaca isi dari Note itu”

“Jadi di cafe waktu itu?”

“Ya,aku tahu ini punya Kalis. Tapi aku langsung menyodorkannya padamu waktu itu dengan sengaja. Sengaja agar kamu membacanya”

 Nala membuka halaman demi halaman. Terlihat seperti buku harian. Tapi ini lebih kompleks. Dia terus membukanya sampai di suatu halaman dia berhenti.

“Ini...”

“Iya, itu kalian. Kamu tidak mengingatnya, kan?”

Di sana terlihat foto Nala dan Kalis bersama. Kalis yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Kalis sedang melakukan kemoterapi. Setiap foto selalu ditemani oleh Nala.

“Kenapa aku...” lagi-lagi Nala meneteskan air matanya.

“Melupakannya?” sambut Rendy. “Kamu mengalami kecelakaan 3 tahun lalu kan? Dan sebenarnya kamu mengalami amnesia sesaat. Kamu tidak dapat mengingat beberapa memori yang kamu anggap menyakitkan. Meski kamu sangat mencintainya kamu sangat menderita saat melihat dia kesakitan saat itu. Den mengidap kanker stadium 3 dan menurut diagnosis hidupnya tidak lama lagi”

Seperti dihujam beribu panah lagi-lagi Nala diterpa satu kenyataan.

Sakit. Sesak. Kepalanya tiba-tiba berdenyut kencang. Sangat sakit. Dia tidak dapat mendengar lagi apa yang dikatakan Rendy padanya. Gambaran satu per satu kejadian saat dia kecelakaan, bertengkar hebat dengan Kalis, menangis saat menjaga Kalis di rumah sakit, mmen bahagia saat mereka bersama, pertemuan pertama mereka saat di bangku SMA. Semua muncul bagaikan film diputar di kepalanya.

Suara penging tiba-tiba menusuk telinganya diikuti warna gelap. Nala terjatuh. Dia pingsan.

“Nala!”

===============================

“Nala...Bangun Nala...Nala, maaf”

Setelah mendengar suara yang dirindukannya itu, Nala terbangun.

“Emh..” Nala membuka mata. Dilihatnya Kalis sedang duduk di samping ranjangnya menggenggam erat tangannya.

“Kalis...” Nala menitikkan air matanya lagi.

“Iya aku di sini. Maaf” Kalis pun tak kuasa menahan air matanya. Raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran.

“Jangan suruh aku pergi lagi. Kalaupun aku yang pergi seharusnya bagaimanapun caranya kamu jangan boleh aku pergi” Nala memeluk Kalis dengan terisak.

“Maaf” Kalis memeluk Nala erat.

“Kamu tahu betapa tersiksanya aku selama hilang ingatan ini? Aku selalu merindukan sesuatu yang bahkan aku tidak tahu apa itu. Aku selalu mengingat suatu kenangan yang aku tidak yakin milik siapa itu. Aku... Aku rindu kamu Kalis. Mau seberapa besar aku mecoba melupakanmu kurasa itu tidak akan pernah bisa. Jadi jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi padaku”

“Maaf” hanya kata itu yang keluar dari mulut Kalis. Dia sungguh menyesal. Hampir dia kehilangan Nala lagi. Dan itu sebenarnya membuatnya tersiksa.

“Jangan minta maaf. Cukup cintai aku lagi. Jangan dorong aku menjauh lagi”

“Tapi, aku...”

“Aku maunya kamu. Bagaimanapun kondisi kamu sekarang, tidak merubah perasaanku sedikitpun kepadamu. Mari kita jalani bersama. Bagaimanapun akhirnya, aku ingin menyelesaikannya bersamamu”

“Nala...Terima kasih. Aku tahu aku bodoh. Beralasan ini semua demi kebaikanmu,padahal hanya untuk menutupi rasa bersalahku padamu. Akau tahu betapa aku sangat mencintaimu” Kalis mencium kening Nala.

“Aku juga mencintaimu. Jadi kelak jangan jadi anakku, harusnya jadi suamiku” canda Nala.

“Haha. Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku dengan baik” Kalis meraih kedua tangan Nala dengan memandang lekat ke kedua mata Nala. “Hai, namaku Kalis. Aku suamimu di masa depan!”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Unconditionally
Uzi Aulia
Cerpen
Calon Suami untuk Nala
mellsbelle
Cerpen
Bronze
Kunang-kunang Untuk Ray
Faizah Salsabila
Novel
Kala Bulan dan Fajar
el tsuki
Novel
Bronze
THE GRAY BUTLER
Yattis Ai
Novel
Bronze
Leesya
Lutfia
Novel
Bronze
As Long As You Love Me
alfanny ariya
Novel
Bronze
Bersua
Chika Manupada
Novel
Gold
Sunset in Weh Island
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
Bermula di Sebuah Bimbel
Nuel Lubis
Novel
Sea
Rakhmah Wahidatunnisa
Novel
Titik 0 Km
Egi Arganisa
Flash
Kukirimkan Surat Untukmu, Kekasihku
Hai Ra
Novel
Tuan Muda Yang Dingin
Dewa Ayu
Novel
BENANG MERAH
Huang Wiwin
Rekomendasi
Cerpen
Calon Suami untuk Nala
mellsbelle
Novel
Amado
mellsbelle