Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Bus Senja
0
Suka
1,273
Dibaca

Bab 1: Terminal Senja

Raka berlari, napasnya memburu, paru-parunya serasa mau meledak. Kakinya seolah tak lagi menjejak bumi, hanya melayang di atas trotoar Terminal Batu Ampar yang sudah mulai sepi. Lampu-lampu merkuri yang temaram di tiang-tiang tinggi memancarkan cahaya kekuningan, menciptakan bayangan panjang yang meliuk-liuk seperti monster di depannya. Pukul setengah sembilan malam, dan suara deru bus yang satu per satu meninggalkan terminal terdengar seperti detak jam kematian yang semakin dekat.

"Bus malam tujuan Surabaya!" teriak Raka putus asa, suaranya tercekat di tenggorokan yang kering. Matanya menyapu deretan peron yang kini hanya menyisakan beberapa bus yang terparkir kosong. Di loket-loket, para petugas sudah mulai merapikan meja, siap-siap pulang. Ada bau sisa asap rokok, debu, dan sedikit aroma solar yang masih menyengat di udara dingin malam.

Hatinya mencelos. Seharusnya dia sudah berangkat dari tadi. Tapi kemacetan sore di Balikpapan seperti sengaja bersekongkol menahannya. Pesan singkat dari Lina, adiknya, terus berputar di kepalanya: Mama makin parah, Kak. Tadi sempat nggak sadar lagi. Ibu. Satu-satunya orang yang paling penting di dunia ini. Dan kini, Ibu terbaring lemah di rumah sakit di Surabaya, berjuang melawan penyakit yang perlahan menggerogoti.

"Permisi, Pak! Bus malam tujuan Surabaya?" Raka menghampiri seorang petugas loket yang tampak kelelahan, sibuk mengunci laci.

Petugas itu mendongak, tatapannya kosong sesaat. "Sudah habis, Mas. Tinggal satu, itu juga hampir jalan." Ia menunjuk dengan dagunya ke arah peron paling ujung, di mana sebuah bus tua dengan warna biru kusam tampak menyala redup, mesinnya sudah meraung pelan. "Bus Putra Jaya Abadi. Tapi dia lewat Pantura, mutar jauh. Terakhir itu."

Raka tak peduli lagi soal Pantura atau mutar jauh. Yang penting, sampai. Ia mengangguk cepat, "Baik, Pak! Terima kasih!"

Tanpa membuang waktu, Raka berlari lagi, melintasi genangan air bekas hujan sore tadi. Jaket denimnya terasa berat, tas ransel di punggungnya bergoyang-goyang dengan setiap langkah. Di balik kaca depan bus, sopir sudah duduk di balik kemudi, tak sabar menunggu. Raka bisa melihat ada beberapa penumpang yang sudah duduk di dalam, siluetnya tampak samar di balik kaca yang sedikit berembun.

Ia tiba di depan pintu bus yang masih sedikit terbuka, terengah-engah. Seorang kondektur berkumis tipis, dengan seragam biru lusuh, berdiri di ambang pintu, menatap Raka dengan tatapan datar.

"Surabaya, Mas?" tanyanya tanpa ekspresi.

Raka mengangguk, masih mencoba mengatur napasnya. "Iya, Pak. Tiketnya berapa?"

"Lima ratus ribu."

Mata Raka sedikit membelalak. Cukup mahal, pikirnya, apalagi untuk bus tua seperti ini dan lewat jalur Pantura. Tapi ini pilihannya. "Baik, Pak." Ia merogoh dompet, mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Kondektur menerima uang itu, melipatnya dengan gerakan cepat, dan tanpa mengeluarkan tiket, ia mempersilakan Raka masuk.

"Langsung saja, Mas. Duduk di mana saja yang kosong."

Raka melangkah masuk ke dalam bus. Aroma pengap bercampur bau karpet tua dan sedikit wangi pewangi ruangan yang aneh langsung menyergap indranya. Kursi-kursi b...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Novel
Siapa yang Kubonceng?
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
siAnak Indigo
syifa siswanto
Cerpen
Sekar Arum
LaVerna
Novel
KALAP DI YOGJA
fatimah
Cerpen
Bronze
Aku Mencium Melati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Awas Kepala Buntung
Muhammad Adli Zulkifli
Cerpen
Bronze
Persimpangan Mimpi
Christian Shonda Benyamin
Flash
SUBUH
Kimijuliaaa
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Flash
Permainan
Dark Specialist
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bersembunyi Bersama
Oscar Zkye
Flash
PEREMPUAN YANG BERSAMAKU
Embart nugroho
Novel
Sahabat Semati
winda nurdiana
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Mencium Melati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Persimpangan Mimpi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Ranjang Antik
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Sudut Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Keabadian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Balik Kaca
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rantai Pemicu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Polaroid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Delusi Atau Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin