Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Bus Senja
0
Suka
3,761
Dibaca

Bab 1: Terminal Senja

Raka berlari, napasnya memburu, paru-parunya serasa mau meledak. Kakinya seolah tak lagi menjejak bumi, hanya melayang di atas trotoar Terminal Batu Ampar yang sudah mulai sepi. Lampu-lampu merkuri yang temaram di tiang-tiang tinggi memancarkan cahaya kekuningan, menciptakan bayangan panjang yang meliuk-liuk seperti monster di depannya. Pukul setengah sembilan malam, dan suara deru bus yang satu per satu meninggalkan terminal terdengar seperti detak jam kematian yang semakin dekat.

"Bus malam tujuan Surabaya!" teriak Raka putus asa, suaranya tercekat di tenggorokan yang kering. Matanya menyapu deretan peron yang kini hanya menyisakan beberapa bus yang terparkir kosong. Di loket-loket, para petugas sudah mulai merapikan meja, siap-siap pulang. Ada bau sisa asap rokok, debu, dan sedikit aroma solar yang masih menyengat di udara dingin malam.

Hatinya mencelos. Seharusnya dia sudah berangkat dari tadi. Tapi kemacetan sore di Balikpapan seperti sengaja bersekongkol menahannya. Pesan singkat dari Lina, adiknya, terus berputar di kepalanya: Mama makin parah, Kak. Tadi sempat nggak sadar lagi. Ibu. Satu-satunya orang yang paling penting di dunia ini. Dan kini, Ibu terbaring lemah di rumah sakit di Surabaya, berjuang melawan penyakit yang perlahan menggerogoti.

"Permisi, Pak! Bus malam tujuan Surabaya?" Raka menghampiri seorang petugas loket yang tampak kelelahan, sibuk mengunci laci.

Petugas itu mendongak, tatapannya kosong sesaat. "Sudah habis, Mas. Tinggal satu, itu juga hampir jalan." Ia menunjuk dengan dagunya ke arah peron paling ujung, di mana sebuah bus tua dengan warna biru kusam tampak menyala redup, mesinnya sudah meraung pelan. "Bus Putra Jaya Abadi. Tapi dia lewat Pantura, mutar jauh. Terakhir itu."

Raka tak peduli lagi soal Pantura atau mutar jauh. Yang penting, sampai. Ia mengangguk cepat, "Baik, Pak! Terima kasih!"

Tanpa membuang waktu, Raka berlari lagi, melintasi genangan air bekas hujan sore tadi. Jaket denimnya terasa berat, tas ransel di punggungnya bergoyang-goyang dengan setiap langkah. Di balik kaca depan bus, sopir sudah duduk di balik kemudi, tak sabar menunggu. Raka bisa melihat ada beberapa penumpang yang sudah duduk di dalam, siluetnya tampak samar di balik kaca yang sedikit berembun.

Ia tiba di depan pintu bus yang masih sedikit terbuka, terengah-engah. Seorang kondektur berkumis tipis, dengan seragam biru lusuh, berdiri di ambang pintu, menatap Raka dengan tatapan datar.

"Surabaya, Mas?" tanyanya tanpa ekspresi.

Raka mengangguk, masih mencoba mengatur napasnya. "Iya, Pak. Tiketnya berapa?"

"Lima ratus ribu."

Mata Raka sedikit membelalak. Cukup mahal, pikirnya, apalagi untuk bus tua seperti ini dan lewat jalur Pantura. Tapi ini pilihannya. "Baik, Pak." Ia merogoh dompet, mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Kondektur menerima uang itu, melipatnya dengan gerakan cepat, dan tanpa mengeluarkan tiket, ia mempersilakan Raka masuk.

"Langsung saja, Mas. Duduk di mana saja yang kosong."

Raka melangkah masuk ke dalam bus. Aroma pengap bercampur bau karpet tua dan sedikit wangi pewangi ruangan yang aneh langsung menyergap indranya. Kursi-kursi b...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Sing, Unburied, Sing
Mizan Publishing
Novel
Misteri Barisan Di Belakang Imam
Indah lestari
Novel
Bronze
Diteror Kuntilanak
Umi Ghani
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Novel
Komplotan Tidak Takut Hantu
Mohamad Novianto
Novel
Gold
We Have Always Lived in the Castle
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Ada yang Aneh di Rumah Itu
Farchah Ba'dal Chazani
Cerpen
Bronze
Data dan Mereka
Jasma Ryadi
Novel
Bronze
SIMPLE MINUTES
K. Z. Asri
Novel
Gadis Bergaun Merah
JWT Kingdom
Cerpen
Bronze
Jangan Bawa Aku!
Novi Wu
Cerpen
Bronze
Kuburan Laut Buton
Risti Windri Pabendan
Novel
KELANA
Lovaerina
Cerpen
Bronze
Kakek Memanggil
Christian Shonda Benyamin
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kakek Memanggil
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Dalam Cermin
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Losmen Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Sumur Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Delusi Atau Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Teman Kamar Yang Kasat Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Anatomi Bayangan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suara Penyiar Radio
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Balik Kaca
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
#fyp Terakhir
Christian Shonda Benyamin