Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Bunker Jepang
0
Suka
27
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bab 1: Undangan dari Masa Lalu

Matahari bulan Juni terasa terik, menembus kaca mobil tua yang berderak melintasi jalan tanah berlubang. Debu mengepul di belakang, melukis siluet kendaraan itu seperti hantu di siang bolong. Di dalam, Ardi, si pengemudi, sesekali menyeka keringat di dahinya. Kemeja flanelnya sudah terasa lengket. Di kursi penumpang, Lila asyik memelototi peta digital di ponselnya, jarinya sesekali memperbesar detail, mengonfirmasi jalur. Di belakang, Fajar—selalu dengan kameranya—merekam setiap pemandangan yang terlewat, sementara Reva sibuk dengan buku catatannya, sesekali berbisik pada dirinya sendiri, merangkum poin-poin riset.

Mereka berempat adalah mahasiswa arkeologi tingkat akhir dari universitas terkemuka di ibu kota. Bukan sekadar mahasiswa biasa, mereka adalah tim inti proyek riset “Jejak Kolonial Jepang di Pedalaman Jawa Barat”. Seharusnya ini adalah kesempatan emas, puncak dari studi mereka. Mereka membawa izin riset resmi yang dicap tebal, plus surat rekomendasi dari Profesor Hadi, dosen pembimbing yang sangat mereka hormati. Tujuan mereka: Desa Wanaresmi, sebuah titik kecil di peta yang hampir tidak terlihat, tempat tersembunyi sebuah bunker peninggalan Jepang.

"Menurut GPS, kita sudah hampir sampai, Ardi," kata Lila, nadanya sedikit lega. Perjalanan dari kota besar memakan waktu berjam-jam, melewati jalan berliku yang semakin sempit dan sepi. Pepohonan besar menjulang tinggi di sisi jalan, menciptakan terowongan hijau yang dingin, kontras dengan suhu di luar.

"Akhirnya," gumam Fajar, menurunkan kamera dari matanya. "Aku mulai berpikir kita tersesat di dimensi lain."

Reva hanya tersenyung tipis. "Justru di tempat-tempat tersembunyi seperti ini, kita bisa menemukan jejak sejarah yang paling otentik. Mungkin ada hal-hal yang belum pernah tercatat di buku manapun." Matanya berbinar penuh antusiasme, seperti biasa. Baginya, setiap artefak, setiap situs tua, adalah teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan.

Mereka tiba di Wanaresmi sekitar pukul dua siang. Desa itu kecil, hanya terdiri dari beberapa rumah panggung kayu yang berjejer rapi di sepanjang jalan utama. Suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara ayam berkokok dan angin berdesir di antara dedaunan. Beberapa pasang mata tua menatap mereka dari beranda rumah, penuh rasa ingin tahu dan sedikit kecurigaan.

Mobil Ardi berhenti di depan sebuah balai desa sederhana. Begitu mereka turun, seorang pria paruh baya dengan sarung yang melilit pinggang dan kopiah usang di kepala, berjalan mendekat. Wajahnya keriput, mencerminkan kerasnya hidup di desa, namun sorot matanya tajam dan ramah.

"Selamat siang, Nak," sapanya dengan suara serak. "Kalian yang dari kota itu, kan? Yang mau lihat bunker?"

Ardi maju selangkah, mengulurkan tangan. "Betul, Pak. Saya Ardi, ini teman-teman saya, Lila, Fajar...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp9.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Flash
Nanti di Kubur Ya!
Syashi Ammar
Skrip Film
When Horror Comes to You
Array Hanzen
Novel
TUSELAK
Marion D'rossi
Komik
Buku Misteri
Felycia Iswanti Sutrisna
Flash
Kursi Kosong di Sebelahku
Listian Nova
Novel
Cagak Cemani
Noor Angreni Putri Hasim
Novel
Gold
Fantasteen: Lost and Found
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Teror Rumah Nenek
Yona Elia Pratiwi
Novel
Bronze
Dikutuk
Bulan Separuh
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Glitched Apocalypse
Bima Kagumi
Skrip Film
Trauma Generasi
Vitri Dwi Mantik
Flash
Sate Daging
Arlindya Sari
Novel
Sarandjana : Terjebak Malam
Adam Wiradi Arif
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Kaktus Berdarah Seri 02
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Lonceng Berdentang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Cermin Kedua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Bayang Kaktus Berdarah Seri 04
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Notifikasi Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Siaran Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Polaroid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Sumur Tua
Christian Shonda Benyamin