Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Bunker Jepang
0
Suka
1,161
Dibaca

Bab 1: Undangan dari Masa Lalu

Matahari bulan Juni terasa terik, menembus kaca mobil tua yang berderak melintasi jalan tanah berlubang. Debu mengepul di belakang, melukis siluet kendaraan itu seperti hantu di siang bolong. Di dalam, Ardi, si pengemudi, sesekali menyeka keringat di dahinya. Kemeja flanelnya sudah terasa lengket. Di kursi penumpang, Lila asyik memelototi peta digital di ponselnya, jarinya sesekali memperbesar detail, mengonfirmasi jalur. Di belakang, Fajar—selalu dengan kameranya—merekam setiap pemandangan yang terlewat, sementara Reva sibuk dengan buku catatannya, sesekali berbisik pada dirinya sendiri, merangkum poin-poin riset.

Mereka berempat adalah mahasiswa arkeologi tingkat akhir dari universitas terkemuka di ibu kota. Bukan sekadar mahasiswa biasa, mereka adalah tim inti proyek riset “Jejak Kolonial Jepang di Pedalaman Jawa Barat”. Seharusnya ini adalah kesempatan emas, puncak dari studi mereka. Mereka membawa izin riset resmi yang dicap tebal, plus surat rekomendasi dari Profesor Hadi, dosen pembimbing yang sangat mereka hormati. Tujuan mereka: Desa Wanaresmi, sebuah titik kecil di peta yang hampir tidak terlihat, tempat tersembunyi sebuah bunker peninggalan Jepang.

"Menurut GPS, kita sudah hampir sampai, Ardi," kata Lila, nadanya sedikit lega. Perjalanan dari kota besar memakan waktu berjam-jam, melewati jalan berliku yang semakin sempit dan sepi. Pepohonan besar menjulang tinggi di sisi jalan, menciptakan terowongan hijau yang dingin, kontras dengan suhu di luar.

"Akhirnya," gumam Fajar, menurunkan kamera dari matanya. "Aku mulai berpikir kita tersesat di dimensi lain."

Reva hanya tersenyung tipis. "Justru di tempat-tempat tersembunyi seperti ini, kita bisa menemukan jejak sejarah yang paling otentik. Mungkin ada hal-hal yang belum pernah tercatat di buku manapun." Matanya berbinar penuh antusiasme, seperti biasa. Baginya, setiap artefak, setiap situs tua, adalah teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan.

Mereka tiba di Wanaresmi sekitar pukul dua siang. Desa itu kecil, hanya terdiri dari beberapa rumah panggung kayu yang berjejer rapi di sepanjang jalan utama. Suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara ayam berkokok dan angin berdesir di antara dedaunan. Beberapa pasang mata tua menatap mereka dari beranda rumah, penuh rasa ingin tahu dan sedikit kecurigaan.

Mobil Ardi berhenti di depan sebuah balai desa sederhana. Begitu mereka turun, seorang pria paruh baya dengan sarung yang melilit pinggang dan kopiah usang di kepala, berjalan mendekat. Wajahnya keriput, mencerminkan kerasnya hidup di desa, namun sorot matanya tajam dan ramah.

"Selamat siang, Nak," sapanya dengan suara serak. "Kalian yang dari kota itu, kan? Yang mau lihat bunker?"

Ardi maju selangkah, mengulurkan tangan. "Betul, Pak. Saya Ardi, ini teman-teman saya, Lila, Fajar...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp9.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
SUMI
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Hadiah Istimewa
Nurul Musyahadah
Novel
Kabar Duka
Maureen Fatma
Novel
Bronze
6nam
Nikodemus Yudho Sulistyo
Novel
Gold
The Motion of Puppets
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
AMIRA
Gie_aja
Novel
Bronze
Rahasia Kematian
Herman Sim
Cerpen
Hantu sialan
Firmansyah Slamet
Novel
Gold
Fantasteen Scary Jangan Becermin Malam Ini
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Tulang Kelinci
Imajinasiku
Cerpen
Bronze
Cerita Ratna, Seorang Pengarang, dan Sebuah Novel
Habel Rajavani
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Vienna
Mizan Publishing
Flash
Undangan Lingsir Wengi
Choirunisa Ismia
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pelaku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jumat Akhir Bulan Juli
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Mencium Melati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Siapa Tamu Rumahku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Pembunuh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
#fyp Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Elara
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pudar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jumat Akhir Bulan Juli
Christian Shonda Benyamin