Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Self Improvement
Bronze
Buku Kecil
1
Suka
347
Dibaca

Aku masih ingat jelas bagaimana semuanya bermula.

Sungguh, sampai detik ini pun, kalau aku memejamkan mata, aku bisa kembali ke momen itu—momen kecil yang sederhana, tapi perlahan-lahan menjeratku ke dalam lingkaran yang tidak pernah kusangka akan mengubah hidupku.

Semuanya bermula dari sebuah notifikasi kecil di layar ponselku. Bunyi ting yang biasanya tidak berarti apa-apa, malam itu terasa berbeda. Nama pengirimnya muncul di layar: seseorang yang selama ini hanya kuanggap sebatas kenalan biasa. Tidak ada ikatan, tidak ada kedekatan khusus, hanya wajah yang pernah kutemui di suatu acara kantor, percakapan singkat, atau sekadar basa-basi di media sosial. Aku tidak pernah benar-benar menaruh perhatian lebih padanya. Bagi hidupku yang saat itu sibuk, dia hanyalah satu dari sekian banyak orang yang lewat.

Pesan pertamanya sederhana.

“Lagi apa?”

Aku membaca sambil setengah malas. Kupikir itu hanya percakapan basa-basi yang akan berakhir singkat, seperti kebanyakan obrolan yang datang lalu hilang begitu saja. Tapi aku membalas, sekadar menghargai.

“Baru pulang kerja. Lagi rebahan. Kamu?”

Balasannya cepat. Terlalu cepat untuk seseorang yang baru memulai percakapan.

“Baru juga selesai kerja. Capek ya? Udah makan belum?”

Aku menatap layar sambil tersenyum kecil. Sopan. Ramah. Tapi aku tidak menganggapnya lebih dari itu. Aku hanya membalas sekenanya, tanpa banyak ekspetasi. Toh, aku sudah terbiasa dengan orang-orang yang datang lalu pergi, meninggalkan jejak singkat lalu menghilang.

Namun malam itu, ia tidak berhenti. Percakapan kami berlanjut. Dari “udah makan belum” berubah menjadi cerita kecil tentang pekerjaannya, tentang hobinya, bahkan tentang hal-hal remeh seperti makanan favorit atau tontonan terbaru. Anehnya, ia bukan hanya mengetik asal. Ia memperhatikan detail. Ia mengingat hal-hal kecil dari jawabanku, lalu menanggapi dengan cara yang membuatku merasa… dihargai.

Aku masih ingat, ada satu kalimatnya yang membuatku berhenti sejenak sebelum membalas.

“Capek ya? Tapi aku yakin kamu kuat. Soalnya dari cara kamu cerita aja, keliatan kamu tipe yang tangguh.”

Aku membaca berulang-ulang....

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp30.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Bronze
Buku Kecil
Novia Sekar Arum
Cerpen
Neraka bagi Sang Munafik
Yovinus
Cerpen
Bronze
APA ITU CINTA?
Retchaan
Cerpen
Bronze
Yu Rus Tak Pernah Utang
Kinanthi (Nanik W)
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Cerpen
Pertunjukan Air Mata
Ictos Gold
Flash
Bronze
Akselerasi Politis Jakarta Bandung
Silvarani
Cerpen
Akhsara
Riyan Iyan
Novel
Yang tersembunyi dalam luka
Asep Saepuloh
Flash
Hidup Setelah Mati
Ika nurpitasari
Novel
Bronze
Ruang Untuk Rindu
Diah kurniawati Ade Tenu Kurnia
Flash
Musim Hazelnut
lidia afrianti
Flash
Bronze
Jangan Jatuh Cinta di Titik Amplitudo!
Silvarani
Cerpen
Bronze
Dari 50 ribu ke 1 miliyar Budidaya Belalang
Putut Dwiffalupi Sukmadewa
Flash
Warna Pertama
INeeTha
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Buku Kecil
Novia Sekar Arum