Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam itu, langit sepi tanpa suara. Terlihat dari celah hitam di antara awan, rembulan yang selama ribuan tahun menjadi penuntun manusia, perlahan meredup — lalu padam. Cahaya terakhirnya jatuh seperti serpihan kaca perak, menembus kabut dan terjatuh di tangan seorang gadis kecil bernama Mira, penjaga lentera dari Desa Bulan. Angin berhenti berbisik, bintang-bintang memejamkan mata, dan dunia tenggelam dalam kegelapan yang belum pernah dikenal siapa pun. Tapi di genggaman Mira, serpihan kecil itu berdenyut hangat, seolah memanggilnya ke tempat jauh — ke negeri di mana rahasia cahaya rembulan disembunyikan.
"Apakah ini sebuah petunjuk? Haruskah aku mencari tahu tentang rembulan itu?" gumam Mira bingung, ia tidak tahu harus melakukan apa tetapi seakaan cahaya tersebut menatap dalam kearah Mira. Rasa penasaran Mira terus meningkat ia merasa ada sesuatu dalam dirinya seperti sebuah harapan untuk membangkitkan rembulan malam yang redup itu. Ia berjalan perlahan keluar membawa lentera dengan cahaya kecil didalamnya yang terus berdetak seperti jantung kemudian Mira menatap langit yang tampak gelap dan sunyi tidak bernyawa, saat Mira terlena dengan suasana malam tersebut tiba tiba cahaya yang berada dalam genggamannya terbang dan seakaan menuntun petunjuk bagi Mira ke suatu tempat yang jauh dari desa.Cahaya itu berbisik "Cari aku ditempat dimana manusia berhenti berharap"
Setelah mencoba memahami maksud perkataan cahaya itu Mira kemudian mulai berjalan menelusuri langit malam, melewati jalanan sunyi dengan lentera lentera yang mati tergeletak dan akhirnya Mira tiba disuatu tempat, tempat itu sunyi dan sepi seperti tidak ada kehidupan yang berlangsung kemudian Mira menoleh kebelakang dan terkejut melihat Aru, sosok roh api yang nyaris padam. Karena tinggal dalam kesunyian setelah sekian lama saat Aru melihat Mira secerca harapan muncul dalam dirinya yang meyakinkan bahwa pasti ada jalan untuk melewati kegelapan lalu Aru memutuskan untuk menemani Mira.
Sembari berjalan, untuk mencairkan suasana yang dingin Aru pun mulai bercerita "Hey, apa kau tahu, bahwa cahaya yang tadi menuntunmu itu adalah roh manusia yang pernah kehilangan sinarnya di dunia." kata Aru melangkahi lentera lentera yang padam dijalanan desa. "Maksudmu cahaya yang berdenyut ini adalah roh manusia?" tanya Mira "Ya! Konon katanya ia juga seorang penjaga lentera, ia meninggal dalam perjalanan karena diselimuti kegelapan yang sampai kini masih mengelilingi kita"jawab Aru sambil melihat sekeliling "Berarti maksudmu cahaya kecil ini mencoba membantu kita untuk terbebas dari kegelapan?" tanya Mira lagi pada Aru yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.
Karena perjalanan yang masih cukup panjang saat percakapan Mira dan Aru mulai dingin Mira kembali bertanya "Kenapa dia bisa diselimuti oleh kegelapan? Kenapa dia bisa meninggal?" "Hmm.. Aku juga kurang tahu, tetapi katanya ia terlalu putus asa ia merasa dirinya sudah dikuasai kegelapan dan akhirnya memilih untuk mengakhiri kehidupannya dibawah kegelapan." pikir Aru sejenak lalu menjawab pertanyaan Mira. Gadis kecil itu hanya diam tanpa suara memikirkan apa yang membuat sosok itu sangat putus asa, dan berpikir bahwa mungkin ia juga akan berakhir sama. "Hey! Jangan melamun kita harus fokus dengan tujuan kita." suara Aru menyadarkan Mira lalu mereka pun terus berjalan melewati berbagai tempat tempat yang sudah sepi dan hilang karena gelapnya malam.
Mereka pun terus berjalan melewati tempat tempat yang dulunya pernah dikunjungi tetapi sekarang seakan tenggelam dalam kenangan, lentera yang berada dalam genggaman Mira pun terus bergetar-getar memberitahu mereka untuk segera mencapai tujuan.Tetapi Mira terus diam tidak mau melakukan pergerakan, setelah lama berdiri akhirnya ia perlahan duduk dan menatap dengan tatapan kosong lentera yang ia genggam tatapannya seperti orang yang ingin menyerah orang yang putus asa. Bukan tanpa alasan,setelah mendengar cerita Aru ia merasa sosok itu saja gagal apalagi gadis kecil tak berdaya sepertinya.
"Mira! Ada apa denganmu? Kemana semangat membaramu itu? Apa kau tidak mau membebaskan desa dari kegelapan?" ucap Aru sambil menggoyangkan pundak Mira tetapi Mira tetap diam dan bermain dengan lentera kecilnya "Tidak ada gunanya lagi, sosok ini juga seorang penjaga lentera mungkin aku akan bernasib sama dengannya." jawab Mira setelah diam yang cukup lama "Kau ini bicara apa? Jangan gampang putus asa! Kita pasti bisa mencapai tujuan!" kata Aru mencoba membujuk Mira
"Lanjutkan saja perjalananmu,pergilah tanpa aku tempatnya tak jauh dari sini cahaya itu memberitahuku." gumam Mira "Tidak! Kau berharap aku melanjutkan perjalanan tanpamu? Mustahil untuk sampai kesana aku tidak membawa lentera cahayaku akan segera padam aku pun sudah tidak memiliki harapan hanya kaulah satu satunya harapanku sekarang..kumohon lanjutkan perjalanan ini." jawab Aru kembali memohon pada Mira yang hampir dikuasai oleh keputusasaan. "Baiklah..aku mendengarkanmu mungkin tak secepat itu aku menyerah dan mungkin tidak sekarang aku harus menyerah." setelah sekian lama Aru menunggu akhirnya Mira mengiyakan perkataannya dan kembali melanjutkan perjalanan.
Mira dan Aru kembali berjalan,mereka melewati Sungai Cahaya yang Mira lihat hanyalah bayangan manusia manusia yang berhenti memancarkan sinarnya, manusia yang pupus harapannya, petani yang berhenti menanam, anak anak yang tidak berlarian dan tertawa lebar.Saat Mira berhenti sejenak mengingat kembali kenangan tersebut, cahaya kecil itu seakaan berdenyut dan memberikan isyarat agar perjalanan tetap berlanjut, lentera yang digenggaman Mira pun sudah mulai redup menunjukkan bahwa ia harus bergegas ke tempat yang cahaya itu maksud.
Setelah berjalan cukup jauh akhirnya mereka pun sampai di puncak pegunungan, didekat rumah seorang pak tua ada satu cermin besar yang berada diluar rumah, tampaknya pemilik rumah memang sudah tidak menginginkan cermin tersebut. Cahaya itu kemudian kembali berbisik "Lihatlah kearah cermin tersebut dan kamu akan mengerti maksud harapan tersebut" mendengar bisikan cahaya kecil itu sontak Mira bergegas mendekati cermin tersebut dan menatap kedalam cermin. Anehnya tidak ada sosok lain, tidak ada petunjuk lain, saat ia menatap kedalam cermin tersebut yang Mira lihat hanya dirinya sendiri kecil dan penuh keyakinan.
Disaat itulah ia mengerti bahwa rembulan selalu bersinar, manusialah yang lupa memancarkan sinarnya. Harapan itu adalah manusia itu sendiri. Dengan yakin sekali lagi Mira menyalakan lentera yang ia genggam bukan dengan api tetapi dengan keyakinan yang ia miliki. Harapan itu kini kembali, setelah ribuan tahun langit malam gelap karena rembulan yang redup akhirnya sedikit lebih terang karena adanya sedikit harapan dari gadis kecil itu.
Lalu apa yang terjadi dengan Aru? Tentu saja sosok roh api itu tidak jadi padam, Aru berterimakasih berkat menemani perjalanan Mira ia jadi tahu alasan mengapa kegelapan hampir menelan mereka Aru pun tak lagi ragu dengan cahaya dan harapan ia semakin yakin bahwa menaruh sedikit harapan saat semua orang berhenti berharap adalah jalan.