Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis! - Kwikku

Halaman Author

Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.

Pelajari lebih lengkap tentang benefit yang akan kamu dapatkan.

Cara membuat karya

Tutorial singkat cara memublikasikan karyamu di Kwikku.

Pelajari bagaimana kamu bisa memonetisasi karyamu dengan mudah.

Cerpen

Drama

Bronze

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

0

Suka

581

Dibaca

Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

Cerpen Habel Rajavani

.

"SLANK itu bukan sekedar grup rock. Slank itu udah kayak agama buat gue. Hidup gue jadi bener dan bersemangat karena lagu-lagu Slank," kata Ibrahim bin Amrullah. Kalimat itu saya kutip dalam liputan panjang saya tentang fenomena Slankers, sebutan untuk para penggemar Slank.

Ibrahim (alias Bimbim) adalah ketua komunitas Slankers di sebuah kota kecil Kalimantan Utara. Dia dituakan dan dihormati d...

Baca cerita ini lebih lanjut?

Rp1,000

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar

Tidak ada komentar

Rekomendasi dari Drama

muhamad fahmi fadillah

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

cynthia ocarina

Pukul Sepuluh Malam

Dalam Cekungan Kepasrahan

Lia indah farchah

Mata untuk Aini

Aji Najiullah Thaib

Baru Saja Patah

A Piece of Memory

Buku Harian Alana

Rekomendasi

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

Ada Cinta antara Pekayon dan London

Tentang Seorang yang Ingin Melempar Tahi ke Wajah Koruptor

Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga

Rawa Bakau dan Misteri Pemburu Biawak

Misteri Kampung Mati dan Hantu Berang-berang

Pelacur yang Menangis Ketika Mendengar Azan di Mekkah

Lebih Pedih dari yang Pedih

Karena Dia Sahabat Kyai Yassin

Apa yang Tersimpan di Dinding Mercusuar Itu

Kenapa Anggi Memutuskan Arwan dan Memintanya Menikahi Ane

Lebaran Kali Ini Papa Tak Ada di Rumah

Taksi & Malam di Jakarta

Sebilah Pedang, Gua Kelelawar, dan Seekor Buaya

Sebilah Parang dan Tugas Terakhir Paman Ahdi