Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Self Improvement
Bantu Aku Mengeja "Tuhan"
0
Suka
27
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Bayangin kalau saat kamu frustasi atau lelah, Tuhan beri kamu pilihan untuk melihat kehidupan di masa depan. Kamu bebas meminta tahun atau usia ke berapa yang kamu ingin lihat. Tapi kamu perlu berdoa dengan sungguh-sungguh sampai Tuhan menjawab dan mengabulkan.” 

Aku menyeringai. Ada-ada saja yang dipikirkan laki-laki bernama Joko ini. Aku mencacinya dengan kata-kata yang meremehkan imajinasi itu. 

“Aku serius, Akira. Tuhan pasti mengabulkan itu jika kamu bersungguh-sungguh. Kamu meragukan Tuhan?”

Aku langsung berdalih bahwa aku tidak meragukan Tuhan. Hanya saja, imajinasi dia terlalu tinggi untuk sebatas manusia yang masih bolong shalatnya, jarang baca Al-Qur’an, apalagi berdoa dengan khusyuk. Shalat subuh pun, Joko masih dibangunkan alarm handphone, belum lagi kalau dia masih mengantuk, pasti menunggu sampai lima menit terakhir waktu subuh. Diakhir nasihat itu, aku tertawa. 

“Aku yakin, Ra. Tuhan pasti mengabulkan doa kita terlepas dari ibadah kita bagaimana. Tuhan suka diminta,” Joko balas tegas.

Aku kembali memberi nasihat. Bagaimana Tuhan mengabulkan itu kalau kamu pergi saat tidak butuh Tuhan? Tuhan suka diminta bukan berarti kamu bisa meminta sesukanya. Kamu kira dia tidak bisa murka? Manusia pun bisa marah, apalagi Tuhan. Bukankah jika keinginan itu tidak terkabulkan, kamu akan terluka?

”Tentu aku akan terus berdoa jika Tuhan belum mengabulkannya, karena berarti doaku belum sampai kepadanya. Kamu tahu doa itu berangsur-angsur? Tuhan pasti akan menerimanya jika kita bisa melewati singgasananya. Mengapa kita harus terluka jika Tuhan tidak mengabulkan hal yang kita inginkan? Kita bisa menunggu dengan alasan; belum saatnya.”

Aku masih harus memberi nasihat. Perkataan Joko benar, tapi sejak kita masih dalam kandungan Ibu pun sudah ditentukan takdirNya. Untuk apa terlalu keras meminta jika Tuhan sudah memberikan yang terbaik? Mungkin yang Joko harus lakukan adalah berusaha keras. 

“Justru, Ra, mau sekeras apapun usaha kita, kalau kita tidak melewati batas doa itu, memang tidak akan terwujudkan. Kamu sendiri bilang, kita hanya makhluk biasa. Untuk apa lelah-lelah berusaha, jika kita lupa untuk meminta kepada Tuhan yang memiliki segalanya? Termasuk diri kita sendiri.”

Aku jengkel. Dia pikir usaha itu hal yang percuma? Justru disaat kita berdoa, kita harus melengkapinya dengan usaha yang sungguh-sungguh. Kuncinya tetap ada pada diri kita sendiri yang menentukan. 

Joko mengangguk, “Tapi, Ra, akan lebih gampang jalannya kalau kamu menyempurnakan doa selagi kamu berusaha, agar kamu tidak lelah yang tidak berarti. Disaat kita sudah menerapkan doa yang sungguh-sungguh, Tuhan pasti menerimanya. Kamu masih meragukan Tuhan untuk mengabulkan keinginanmu tanpa kamu berusaha? Kamu tidak suka kemudahan seperti itu?”

Aku menyangkal, tentu aku suka hal-hal yang mudah. Namun, bagaimana bisa Tuhan mengabulkannya dengan cuma-cuma disaat kita adalah manusia yang tidak luput dari dosa? Kita bukan pembawa agama seperti ulama, apalagi utusan. Pasti perlu waktu lama jika tidak diimbangi dengan usaha yang keras. 

“Ra, itu sama saja kamu menganggap Tuhan memilih-milih. Tuhan tidak seperti itu. Kamu harus menanamkan kepercayaan kepadanya. Bagaimana dia mengabulkan keinginanmu jika kamu saja tidak percaya Tuhan akan mengabulkannya? Tuhan pasti tidak mengabulkan itu karena diri kamu sendiri yang menyangkal. Kamu percaya adanya Tuhan, tapi kamu tidak percaya akan kekuasaan Tuhan.”

Joko, mahasiswa filsafat yang aku temui di hari pertama kuliah dan sampai sekarang semester 7. Akhirnya dia bisa membuat aku terdiam sejenak.

”Tuhan bisa mengabulkan jika kamu ingin melihat masa depanmu. Tentunya dengan cara-cara yang tidak tertebak. Seperti, jika kamu ingin melihat jodoh kamu siapa, mungkin kamu sudah bertemu dengannya. Kamunya saja yang tidak menyadari itu.”

Aku tidak lagi diam. Siapa yang meragukan Tuhan? Aku hanya tidak menyukai orang-orang yang menganggap kecil usaha. Siapa yang ingin berusaha jika dengan doa saja bisa terkabul? Namun, kehidupan tidak bertanggung jawab untuk apa yang sudah diperjuangkan. 

“Maka demikian, yang kamu butuhkan adalah Tuhan. Berdoa saja sebenarnya cukup, jika kamu melakukannya dengan benar. Aku sendiri belum bisa menerapkannya. Aku pun berusaha. Tapi demikian, Ra, mengapa kamu harus menangis jika keinginanmu tidak terkabulkan?”

Air mataku yang sudah mengering, kembali tergenang di pelupuk mata. 

“Bukankah seharusnya kamu menggelarkan sajadah dan meminta hal lain? Masih banyak keinginanmu. Jangan terpaku pada satu. Aku yakin Tuhan akan memberimu hal lain yang jauh lebih baik.”

Bagaimana aku tidak menangis jika aku gagal mendapatkan hal yang aku inginkan dan sudah aku perjuangkan. Aku bahkan tidak tidur nyenyak untuk mempersiapkannya. Namun, di hari penentuannya, rasa percayaku akan Tuhan tidak sekuat sebelumnya. Seolah Tuhan yang menggagalkan dan menyia-nyiakan. 

“Nggak boleh seperti itu, Akira! Bagaimana kalau Tuhan menggagalkan hal lain untuk mu? Kamu seharusnya lebih banyak berdoa jika seperti ini. Aku tahu persis kamu tidak berdoa dengan benar alih-alih berjuang. Apa yang kamu definisikan tentang Tuhan? Apa kamu sudah mengubah definisi itu?”

Aku kembali mengingat bagaimana aku mendefinisikan Tuhan—Tuhan yang menginginkan aku lahir di dunia. Tuhan yang bersedia kapan pun aku datang kepada-Nya. Tuhan yang selalu menyertai di setiap langkah kehidupan. Tuhan alasan dibalik semua yang aku lalui—bukankah aneh? Sepertinya aku salah mendefinisikan-Nya. 

“Tuhan adalah segalanya untukku. Itu definisi Tuhan dariku.”

Aku menoleh kepada Joko. Mengomel dengan air mata yang kian jatuh (lagi). Bagaimana bisa dia mendefinisikan Tuhan seperti itu. Definisi itu seharusnya dibuat untuk manusia yang spesial. Aku memang bukan manusia itu, bahkan dia yang seperti itu membuatku semakin yakin dia tidak waras. Joko gila! 

“Aku lebih baik gila kepada Tuhan. Tuhan pasti menyukai itu. Karena itu, aku yakin Tuhan akan mengabulkan semua doa ku. Lagi pula, mengapa kamu tidak mencoba membuat definisi Tuhan seperti yang aku definisikan?”

Aku mengomel. Dia pikir aku apa? Aku tentu menjadikan Tuhan adalah segalanya, tapi itu bukanlah sebuah definisi. Definisi haruslah yang detail. Tidak sesingkat itu. Bagaimana Tuhan hanya didefinisikan segalanya. Tidak sekalian saja definisikan Tuhan adalah hidup dan mati?

”Justru karena Tuhan adalah segalanya. Setiap hal, apa, dimana, kenapa, bagaimana, mengapa, dan lain-lain akan menjadi landasan Tuhan menyayangiku. Karena itu, kamu bisa menerima hal-hal yang terjadi pada takdir kehidupan yang sementara ini. Karena jika kamu menganggap Tuhan tidak memberinya, apa yang bisa kamu lakukan? Kamu tidak akan menangis dan menyalahkan dirimu sendiri seperti ini. Bukankah kamu seperti ini karena kamu sudah berharap dan menganggap kamu yang paling berusaha? Padahal apa yang kamu lakukan tidak sebanding dengan kekuasaan Tuhan. Bukankah kamu seharusnya sadar kalau kamu terlalu mengejar dunia? Kamu lupa apa yang sedang kamu perjuangkan adalah hal yang tidak berarti bagi Tuhan? Kamu ingkar akan apa yang kamu definisikan tentang Tuhan. Berani-beraninya kamu menganggap usahamu sudah layak untuk mendapatkan keinginanmu. Kamu tidak akan bisa melihat masa depan. Seharusnya kamu bersikap ‘pantas’ pada kenyataan yang ada di depan matamu.”

“Lalu bagaimana caranya aku bisa melihat masa depan?” Tanyaku singkat.

”Hanya dengan melihat bagaimana kamu memperlakukan Tuhan. Itu adalah cerminan masa depanmu.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Bantu Aku Mengeja "Tuhan"
dari Lalu
Novel
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kisah Simsim yang Pemarah
Lia
Novel
1/4
Sancka Stella
Flash
THE UNSUNG MELODY
DARMA XU
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi
Flash
Bisakah Aku Jadi Dewasa?
lidia afrianti
Flash
Ku usahakan yang Terbaik untuk mu
Smith
Flash
Perspektif
zaidan Ammar ghazani
Flash
Hidupku
winda aprillia
Flash
Menikmati Takdir
Husein AM.
Novel
Kepin(?)
Saniatu Aini
Cerpen
Bronze
Memahami
Daud Farma
Cerpen
Hadiah Dari Nirwana
Sucayono
Cerpen
Pemuda Di Kamar 17
Sucayono
Rekomendasi
Cerpen
Bantu Aku Mengeja "Tuhan"
dari Lalu
Novel
Biarkan Air Mengalir Sebagaimana Hujan
dari Lalu
Cerpen
Bronze
Seandainya Aku Tidak Membalas Ciumanmu
dari Lalu
Novel
Bronze
Amika [Aku Mencintaimu Itu Karena Allah]
dari Lalu
Skrip Film
(P)ilihan Dalam Diksi
dari Lalu
Cerpen
Bronze
Hidup Tetap Berjalan Setelah Kehilangan
dari Lalu
Cerpen
Bronze
Bagaimana Hidup yang Selamanya Mencintai
dari Lalu
Novel
Yang Abadi
dari Lalu