Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lelaki berkopyah nasional bernama Alim merasa geram sendiri. Sepuluh teman seperguruannya rebutan pengaruh di hati umat. Menebar fitnah di sana-sini. Mimbar-mimbar yang menjadi panggung mereka bersuara dijadikan ajang untuk mengangkat nama diri dengan memojokkan nama yang lain. Story WA dan status facebook mereka berisi sindiran-sindiran untuk saling menyalahkan. Orang-orang yang hadir di majlis taklim atau menonton pengajian mereka, pasti langsung merasa sebagai orang paling baik yang berhak menyalahkan dan menjelek-jelekkan siapapun.
Tentulah Alim menggeleng-geleng kepala dengan nafas memburu.
“Ini sudah melampaui batas!” katanya, “ilmu hanya dijadikan jualan untuk mencitrakan diri di hadapan orang-orang bodoh. Sangat jauh melenceng dari nilai-nilai luhur yang diwarisi oleh guru. Mereka sudah terbawa oleh keedanan zaman. Para ahli ilmu sudah tidak sungkan-sungkannya rebutan posisi di mata umat. Rupa-rupanya pengkuan manusia sudah dianggap lebih penting dari pada posisi di hadapan Tuhan. Hh! Tidak ada ketulusan sama sekali. Keikhlasan dianggap tidak berharga. Sangat melampaui batas!”
Dia yang selama ini dikenal rendah hati, tidak cinta dunia, anti popularitas, bersikap teduh dan menjaga diri dari hal-hal yang tercela, tiba-tiba mengerahkan seluruh santrinya untuk mencetak seribu baliho berisi promosi bahwa dia mempunyai ilmu tinggi yang tak tertandingi, ju...