Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Bajumu Bau Kopi
1
Suka
5,932
Dibaca

Hari ini adalah hari sabtu, hari libur mingguan bagi Renji sebagai seorang pegawai kantoran. Namun entah kenapa, hari libur ini terasa sangat canggung bagi pasangan suami istri Renji dan Hani yang belum genap satu tahun menikah. Kecanggungan, tak lain dan tak bukan disebabkan karena tingkah aneh yang mereka perlihatkan akhir-akhir ini.

[Pagi yang cerah di dalam kediaman Renji dan keluarga.]

“Waduh kacau, kalau begini aku tidak bisa pergi ke kebun melihat tanaman bunga yang ingin kujadikan surprise buat ultah pernikahan besok, nih. Hari ini hari libur, jika aku tiba-tiba pergi ke luar, pasti Hani akan curiga.” Ujar Renji di dalam hati sambil duduk santai di ruang tamu dan membaca koran.

“Eh ngomong-ngomong tentang Hani, kenapa belakangan ini sikapnya cukup mencurigakan ya? kata Aris, dia akhir-akhir ini banyak bertanya kepada istrinya dia tentang hobby dan kesukaan Aris? ini sangat mencurigakan, karena tidak biasa-biasanya Hani perhatian pada hal-hal kecil seperti itu. Hmm … apakah ini berarti ia tertarik kepada Aris dan berusaha berselingkuh dariku ya? ah … tidak … tidak … tidak. Tidak mungkin ia melakukan itu. Kita aja belum genap setahun menikah. Masak ia? dia sudah merasa tidak bahagia denganku? Tapi, mungkin saja sih … apapun bisa terjadi kan? apa yang harus kulakukan ya?” kata Renji dalam hati.

“Hmm, tunggu dulu, ini hanya prasangka burukku saja, ya kan? daripada itu, lebih baik aku fokus untuk memberikan kejutan buat Hani di hari jadi kita besok … hmm okey baiklah, sekarang saat nya beraksi.” Kata Renji dalam hati sambil melangkah ke pintu depan.

SFX : krieeeet ….

“A’, mau kemana?” tanya Hani yang tiba-tiba datang dari dapur.

“Gawat.” kata Renji dalam hati.

“E … emm … enggak kok gak kemana-mana, ini cuma mau liat halaman depan aja. Kirain ada orang tadi, ternyata gak ada hehehehe.” kata Renji sambil bergegas duduk kembali di sofa.

 “Ooo.”

“Hmm … aneh.” kata Hani dalam hati.

“A’, beberapa hari ini kok aa’ sedikit aneh? kata Aris, setiap jam 9 aa’ selalu izin keluar kantor. Dan juga pulangnya selalu telat?”

“Ah … ooh itu … biasa, aa’ cuma sekedar mampir dulu ke warungnya Tante Risa. Ngopi aja sambil mencari udara segar, penat di kantor mulu hehehe.” kata Renji.

“Ooo … gituuu …. Gak kok, Hani cuma khawatir aja aa’ kenapa-kenapa. Gak biasanya, aa’ ke warung tante setiap hari.” tanya Hani.

“Nggak, gak kenapa-kenapa kok hehehe.”

“Huft … hampir saja ketahuan.” kata Renji dalam hati.

“Ya, memang benar sih. Aa’ selalu stay di warung setiap jam 9 pagi. Untuk memastikan, aku juga sudah minta izin tanteku itu untuk memeriksa cctv yang ada di warung. Ya untung aja, karena cctv itu adalah pemberian kakaknya sendiri, yaitu ayahku. Jadi aku bebas mengutak-atik datanya dan melihat isinya. Setelah aku periksa kemarin, aa’ memang terlihat selalu tiba jam 9 dan setelah itu pulang ke kantor lima menit kemudian. Menurut Aris, setelah keluar ia kembali ke kantor kurang lebih 20 menit kemudian. Jarak dari kantor ke warung sekitar 10 menit jalan kaki. Sesuatu yang wajar, jika dilihat dari waktunya. Namun, yang jadi masalah adalah sikapnya. Menurut tante, ia akhir-akhir ini banyak bertanya tentang bunga. Lalu ia juga, terlihat sangat lelah ketika pulang dari kantor, lengkap dengan pakaiannya yang lusuh tak beraturan, sesuatu yang berbeda dari biasanya. Apa yang dia lakukan ya? Jangan-jangan ….” Kata Hani dalam hati. 

“Mmmm … padahal aku sudah bersusah payah meminta saran kepada semua orang, karena aku kebingungan harus memberikan hadiah apa yang pas buat suamiku besok, pada hari jadi pernikahan kita. Aku bahkan sudah memesan hadiah itu di toko online dan yang pasti sudah tidak bisa di cancel donk … huuh sebel.” Lanjut Hani dalam hati.

“A … ada apa Han? kok melamun?”

“Ah … enggak. Hani mau kembali ke dapur dulu ya a’.”

“I … iya.”

“Sepertinya aku tahu apa yang Hani pikirkan. Dasar Aris si mulut ember, dia memberi tahu keseharianku selama beberapa bulan ini. Huft … untung saja, aku bisa punya alasan untuk keluar kantor menuju warung. Apalagi, warung itu juga ada cctv nya ya kan, alibi yang sangat kuat pastinya donk, hahahaha ….” kata Renji dalam hati.

[Di dapur.]

“Tahan Hani!!! … semua ini hanya praduga kamu saja ya kan? tidak mungkin aa’ selingkuh.” kata Hani dalam hati.

“Mau dibuatkan kopi a’?” kata Hani.

“Oiya, boleh. Tapi jangan terlalu manis kayak kemarin ya hehehe.” kata Renji.

“Iya a’.” kata Hani dengan memasang muka cemberut.

Sfx : tap tap tap.

Sekilas, Renji melirik ke arah hape milik Hani yang tergeletak di atas meja.

“Hmm … itu hape Hani … jika aku periksa hape Hani dan membuka WA nya, aku bisa

membuktikan sendiri bahwa dia tidak berselingkuh donk? Tapi kalau terbukti ada chatnya, gimana donk? lalu, bukannya tidak baik memeriksa isi hape orang lain ya? Ah … tapi, ini hape istriku sendiri kan? oke, akan kupastikan sendiri apakah Hani berselingkuh atau tidak. Baiklah aku akan mempersiapkan mental terlebih dulu.” Kata Renji dalam hati.

“Hufft.”

Dengan cepat, Renji membuka hape tersebut. Namun ternyata hape tersebut terkunci dengan menggunakan kombinasi 6 angka. Renji pun kebingungan membukanya, sekaligus panik karena ternyata tombol virtual hape Hani tersebut berbunyi jika disentuh. Namun ….

“Tunggu dulu, aku pernah mendengar suara tombol ini. Hmm … dimana ya? … oiya, aku ingat. Ini adalah suara ketika Hani memainkan hapenya pada saat bulan madu kami. Dan kalau gak salah, aku pada saat itu sedang merekam dia sambil jalan-jalan menyusuri pegunungan.” Kata Renji dalam hati.

Renji pun, mengambil hape pribadinya dan mencoba mencari kumpulan video di galerinya.

Sfx : tik … tik … tik ….

“Nah, ini dia.”

Sfx : Wusss … nut … nut … nut.

“Aduh, tapi sama sekali tidak kelihatan kode apa yang dia ketik, gimana donk? Hmm … tunggu dulu, oiya jika aku dengarkan suara ketikan keyboardnya lalu mencocokkan dengan nada yang pas, sepertinya bisa ya dengan cara itu. Baiklah. “ Kata Renji dalam hati.

Sfx : nut … nut ….

“Oke … satu … hmm … tujuh? eh salah … tiga … lalu lima? hmm bukan … dua? … bukan juga… ooo, tiga … delapan … lima … sembilan … lalu yang terakhir hmm … dua .... Hore … berhasil hehehe.” bisik Renji.

Sfx : crrrr … tring … tring.

 

“Baiklah, baiklah … segera buka WA. Waduh, gawat Hani sudah hampir selesai membuat kopinya, aku harus bergegas. Tapi gimana? tidak mungkin aku bisa membaca semua WA ini dalam sekejap. Emangnya SKS, sistem kebut semalam?” Bisik Renji sambil melihat ke arah dapur dan menatap Hani yang sedang membuat kopi.

“Baiklah, aku akan gunakan laptop, dan menautkan WAnya Hani dengan menggunakan WA web.” Kata Renji dalam hati.

Sfx : tap gusrak tap … tik tik tik ….

Sfx : tap tap tap tap (suara langkah kaki Hani)

“Cepat-cepaaat.” bisik Renji yang mulai panik karena Hani akan segera datang.

Sfx : tap … tap … tap …. jreng.

“Eeeh ini a’ … kopinya sudah ja … di.” Kata Hani yang terlihat bingung dengan reaksi Renji.

“Hah … hah … huh, ooo … iya terima kasih banyak ya, istri cantikku hehehe.” 

“Ada apa? kok nafas aa’ ngos-ngosan begitu?” 

“Ah … enggak kok.”

“....”

Hani pun melirik ke arah hapenya yang terlihat masih berada di atas meja.

“Lho … sepertinya posisi hape ku itu sedikit berubah. Sudut kemiringannya, bergeser 10 derajat dan posisinya juga bergeser.” Kata Hani dalam hati.

Hani lalu mengambil hapenya yang berada di atas meja tersebut.

“Gawat … sepertinya Hani menyadari, ada jejak keringat tanganku di hapenya. Ya, tanganku sedikit berkeringat saat memegang hape itu tadi. Aku harus cepat mengeringkan telapak tanganku.” kata Renji dalam hati.

Sfx : srufffttt ….

“Nah … ini baru pas, rasa kopinya gak kemanisan, mantap. Hani emang keren deh. Udah cantik, pinter lagi.” kata Renji mengalihkan perhatian Hani.

“ ….”

Namun tidak berhasil, karena Hani terus membolak-balikan hapenya dan memperhatikannya dengan seksama. 

“Kenapa Han? ooo itu? Itu hape kamu hampir jatuh tadi hehehe, ada cicak di atasnya. Mau aa’ usir, eh malah kesenggol. Hampir jatuh, tapi untung aja aa’ sigap. Jadinya, gak jadi jatuh deh hehehe.” kata Renji

“Ooo … karena itu aa’ ngos-ngosan ya? karena kaget hape Hani mau jatuh?” kata Hani.

“Hehehe iya, maaf ya.”

“ …. “

“Begitu rupanya … aku kira, aa’ meriksa-meriksa hape ini. Bisa gawat kalau dia membuka aplikasi Shupa, bisa-bisa ketahuan kalau aku memberi konsol game genggam terbaru buat dia. Ya, tapi meski begitu aa’ juga gak tau password hape ini, ya kan? jadi gak ada masalah. Yang jadi masalah adalah aku sepertinya, terlalu curigaan kepada aa’.” kata Hani dalam hati.

“Poker face … poker face … tetap tenang, anggap semuanya seperti tidak terjadi apa-apa. Hani juga sepertinya tidak curiga sedikitpun dengan alasan yang aku berikan, ya kan? Oke, tetap tenang. Buka laptop dan periksa isi WAnya di WA web.” Kata Renji dalam hati.

“Hari ini benar-benar cerah ya A’. Dari kemarin sepertinya tidak hujan sama sekali ya.” kata Hani.

“Ya, dari kemarin emang gak hujan-hujan sih.” Kata Renji sambil memainkan laptopnya.

“Kalo Hani punya tanaman bunga dan halaman, pasti kalo pagi begini Hani sedang sibuk merawat bunga ya hehehe.” 

“Hani mau beli tanaman?” Tanya Renji.

“Mmmm … gak juga sih. Tapi, di lingkungan kita sepertinya lagi ngetren tanaman … itu lho a’, tanaman bunga unik namanya … mmm … Hani lupa namanya hehehe. Ibu-ibu tetangga semuanya pada ngomongin tanaman itu. Terus setelah Hani tanya,  ternyata tanaman itu harganya mahal banget a’, tadinya Hani mau minta bibitnya, tapi jadi gak jadi , karena denger harganya hehehe. Tapi rugi-ruginya ya, beli tanaman mahal-mahal begitu ya a’.”

“Iya sih, mending ditabung.” kata Renji.

“ …. “

Sfx : tap … tap … tap.

“Hani mau kemana?”

“Mau nyuci piring dulu.”

“Ooo ….”

[Beberapa menit kemudian]

Sfx : sruffft tring ….

Sfx : tap … tap … tap 

Renji pergi ke dapur untuk mencuci gelas, bekas kopi yang diminumnya.

Sfx : crssssss ….

“Kopinya sudah habis a’?” tanya Hani.

“Huaaaahmm iya … btw aa’ sekarang mau ke warung tante dulu ya.” kata Renji.

“Ngapain?”

“Nggak … mau main aja kok.”

“Hani, ikut ya?” kata Hani.

“Waduh, gimana nih. Kalo Hani ikut kesana, rencana surprise bisa ketahuan.” kata Renji dalam hati.

“Akan kupastikan sendiri, sebenarnya aa’ ngapain aja setiap hari ke warung tante.” kata Hani dalam hati.

“Ooo … mmm … yaudah siap-siap dulu gih.” kata Renji.

“Oke.”

Hani pun bergegas menuju kamar, berganti baju dan mempersiapkan dirinya.

Sfx : drap drap drap

“Hufft … “ Renji menghela nafas.

“Hmm … setelah aku periksa wa chat nya, sepertinya sama sekali tidak ada yang mencurigakan. Berarti tidak ada bukti sama sekali kalau dia selingkuh sih. Hmm … tapi bisa aja dia sudah menghapus semua chatannya tersebut sebelum aku periksa. Tapi, jika dia berselingkuh berarti seharusnya secara logika ia pasti selalu chattingan dengan selingkuhannya, dan tidak mungkin Hani mau repot-repot menghapus chattingan setiap ada chat masuk, ya kan? Ya, berarti dia tidak selingkuh. Hmm … ya untuk jaga-jaga, wa web ini aku biarin aja tetap tersambung. Jadi kalau ada wa masuk, bisa langsung ketahuan.” Kata Renji dalam hati.

Sfx : clek … tap … tap (Hani keluar dari kamarnya)

“Yuk a’.” kata Hani yang tampak telah berganti pakaian dengan setelan dress casual.

Renji pun dibuat takjub dengan penampilan istrinya tersebut.

“Ehh … i … iya, ayo.” kata Renji.

“Aa’ gak ganti pakaian dulu?”

“Ah … gak usah, begini wae lah.” kata Renji.

“Dasar …. nih pake jaketnya.” kata Hani.

“Hehehe … Iya. Oiya aa’ mau bawa baju ganti ya Han, buat disana.”

“Ooo … iya.”

Hani bergegas kembali ke kamar dan menyiapkan satu pasang baju ganti milik Renji dan juga dirinya. Lalu ia segera bergegas keluar dari kamar.

Sfx : ckleek.

“Sudah siap?” tanya Renji.

“Iya … sudah.”

Sfx : Sreeett…

“Yuk ah, berangkat.” kata Renji.

“Ayo.”

Sfx : cklek … tap … tap … tap … krieeet … blam.

[Di jalan sambil mengendarai sepeda motor menuju warung tante]

Sfx : bruum …. bruum … bruum.

“Waduh … gimana donk ini? ini sudah setengah perjalanan menuju rumah tante? dan aku belum mendapatkan ide agar bisa mengelabui Hani.” kata Renji dalam hati.

“Mmm Han, kita ke toserba dulu yuk.” kata Renji

“Lho, kok tiba-tiba mau kesana?” tanya Hani.

“Kita beli buah tangan dulu buat tante.”

“Padahal Hani sudah bawain makanan ini lho.” Kata Hani sambil menunjukan kresek berisikan kue bolu.

“Ooo … sudah bawa ya? ya udah.” Kata Renji sambil memutar balik kendaraannya.

“Dasar aa’.”

“Hehehe.”

“Tidak bisa, tidak bisaaaa!!! tidak ada jalan lain selain berpasrah ini mah.” Kata Renji dalam hati.

[Beberapa menit kemudian.]

[Rumah Tante Risa.]

Sfx : brrrrmmm … ckiiit (suara motor Renji.) 

“Lho, darimana kalian berdua ini? mesra banget sepertinya hihihihi.” tanya Tante Risa.

Sfx : tap tap tap.

“Dari rumah … emang sengaja mau main kesini.” kata Renji.

“Oooh … kirain abis ngapel kemana gitu hihihi.”

“Kesini juga bagian dari acara ngapel kok, te hehehe.” Kata Hani nyeletuk.

“Dah makan belum? tuh ambil sendiri nasi sama lauknya.” kata tante.

Sfx : krieeet … sruuk(suara jaket.)

“Nanti aja tante, tadi baru ngopi sih. Hani tuh, belum sarapan dari tadi.” kata Renji sambil membuka jaketnya dan mengaitkannya di paku.

Sfx : tap tap tap.

“Eeeh … ada tamu jauh rupanya.” Kata seorang pria tua yang keluar dari ruang keluarga sambil menyampirkan tirai yang memisahkan kedua ruangan.

“Om …. ” Kata Renji langsung menghampiri pria tua tersebut dan menjabat tangannya.

Hani pun menirukan apa yang dilakukan oleh Renji.

“Libur om?” tanya Hani.

“Iya donk … walaupun kerjaan kuli, tapi hari libur harus tetap ada hehehe.” kata Om sambil bercanda.

“Tumben-tumbenan berdua, kesininya?” tanya Om. 

“Mau ngapel disini, katanya hahaha … dasar.” kata Tante Risa.

Mereka pun bercengkrama, mengobrol santai tentang hal-hal yang terjadi dalam keseharian. Hingga tak terasa hari telah menjelang siang dan matahari pun telah meninggi. Namun disisi lain, hati kecil Renji merasa tidak nyaman karena ia memikirkan tanaman bunga yang sedang ia persiapkan demi memberikan surprise kepada Hani. Ia pun akhirnya memberanikan diri ….

“Mmm … om, tante. Saya mau keluar sebentar ya.”

“Mau kemana Ren?” tanya tante.

“Nggak, cuma jalan-jalan aja sekitar sini.”

“Hani ikut ya a’.” kata Hani.

“Gak usah Han, cuma liat-liat sekitaran sini aja kok hehehe.”

“Tapi, ngapain? emang mau liat apa a’?”

“I … itu.”

“Yaudah … biar om aja yang temanin Renji, biar gak kesasar ya.” kata om sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Hani.

“ …. “

“Papa pergi dulu ya, ma, Han.“

“Iya, hati-hati.” kata tante.

“Yuk, Ren …. “

“Ya, ayo.”

Mereka berdua bergegas keluar dari rumah.

Sfx : tap tap tap … krieeeet … cklek.

[Di dalam rumah tante.]

“Jadi gimana?” tanya tante.

“Apanya?” kata Hani.

“Katanya ada yang aneh dari sikap Renji? jadi sudah dapet petunjuk belum.”

“Entahlah tante, tapi tante lihat sendiri kan? siang-siang begini, tiba-tiba aa’ mau jalan sendirian. Gak tau juga, apa dia ingat kalau besok adalah hari ulang tahun pernikahan kita.” 

“Hani gak sadar ya? tante rasa Renji juga lagi nyiapin kejutan buat Hani, makanya dia bertingkah aneh belakangan ini.”

“Benarkah tante? emang tante tau darimana?” 

“Insting aja Han … insting.”

“Hmmm …. “ Kata Hani sambil cemberut.

[Sementara itu di tempat lain.]

Renji dan juga om-nya sedang asik berjalan kaki menuju suatu tempat.

Sfx : tap tap tap.

“ …. “

“Hani sepertinya mulai curiga, Ren.” kata om.

“Ya … sepertinya begitu, tapi tak masalah lah om. Nanti malam, saya yakin dia akan merasa lega sekaligus terharu-biru karena kejutan yang telah saya persiapkan ini hehehe.”

“ …. “

Sfx : tap tap tap.

20 menit kemudian.

Mereka pun akhirnya sampai di suatu tempat, dimana disana terdapat celah antara

2 bangunan ruko, Renji mencoba masuk ke dalam celah lorong gang tersebut.

Sfx : sreek sreek sreek.

“Tapi om, gimana sejarahnya sih kakek bisa beli tanah di tempat yang tanpa akses jalan seperti ini?”

“Ya, ini kan dulu semuanya masih berbentuk persawahan. Ruko-ruko ini sebenarnya adalah bangunan baru. Dulu disini semuanya masih luas, bebas akses keluar masuk kemana aja. 

“Oooo … lalu pemilik tanah-tanah ini membangun ruko ya? tapi akhirnya malah menutup akses jalan. Emang kakek gak protes sama mereka?” tanya Renji.

“Entahlah. Orang jaman dulu mungkin begitu ya? hanya bisa beli tanah aja, lalu ditinggal begitu aja dan tidak di urus sama sekali. Anak-anaknya pun juga gak ada yang mau mengurusnya, apalagi setelah melihat kondisi aksesnya yang jauh dari jalan seperti ini.”

"Hmm." 

Mereka berdua pun berhasil keluar dari gang sempit tersebut, dan terlihatlah pemandangan indah memanjakan mata.

Sfx : wussssh … suiiii [suara angin berhembus.]

“Wow.” kata om

[Sementara itu.

Disisi lain, tepatnya di rumah Tante Risa.]

“Yaudah, istirahat dulu aja gih di kamar tante.”

“Iya tan.” jawab Hani.

Sfx : tap tap tap … cklek.

“Oiya btw, pesenan Hani sudah datang nih. Apa sih isinya ini?” tanya tante.

Sfx : kresek … kresek … kresek. 

“Rahasia donk!!!”

“Heh … pakai rahasia-rahasiaan segala. Dan lagi ini kenapa di kirimnya kesini? kenapa nggak kirim ke rumah kamu aja, biar lebih gampang kan?” kata tante.

“Ya atuh tante, nanti ketahuan aa’ donk … gimana?” 

“Hhhh … tante gak ngerti ah, anak jaman sekarang pake ada istilah surprise-surprisean segala.”

“Hehehe … makanya tante sekali-kali kasih surprise juga donk buat om, biar jadi kayak anak muda lagi.”

“ …. “

“Itu harganya mahal kan Han? uangnya dari mana kamu beli itu?”

“Hmmm … tapi jangan kasih tau aa’ ya tante. Ini rahasia kita berdua aja.”

“Eeeeh?”

“Sepakat gak nih?”

“Oke.”

“Sebenarnya, Hani ikut program jualan dropshiper online.”

“Apa itu?”

“Ya, jadi macem, kita ngejualin barang orang trus kita dapet pembagian keuntungan. Lumayan lho tante.”

“Tante mau ikut donk.”

“Boleh, tapi tante harus bisa main aplikasi dulu.”

“Yaaa, susah.” Kata tante sambil menunduk.

“Yah, tante … masak belum apa-apa sudah nyerah duluan?”

“Kapan-kapan aja lah hehehe.” kata tante.

“ …. “

“Btw, apa Renji pasti bakalan suka dengan ini?” tanya tante.

“Ya, sebelum pesan online, aku sudah nanya-nanya sih sama istri temen kerja A’ Renji. Dan kata dia, semua cowok pasti bener-bener mendambakan mainan ini. Suaminya dia aja suka banget.”

“ …. “

[Di tempat Renji dan omnya.]

Sfx : wussshhh ….

“Widiih keren!!! semua bunga-bunga ini kamu tanam sendiri Ren?” tanya om.

“Iya donk om … siapa lagi?” kata Renji sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke saku celana.

“Bunga apa yang kamu tanam?” Tanya om sambil berjongkok di dekat pada salah satu bunga tersebut dan memegang bunganya.

Sfx : klontang … klontang … klontang … crssss.

“Papaver dubium dan bunga tulip. Sepertinya 2 bunga ini sedang ngetren di kalangan ibu-ibu.” Kata Renji sambil mengambil air di keran tak jauh dari sana.

Renji pun mulai berjalan mengelilingi taman bunga pribadinya tersebut dan mulai menyirami bunga-bunganya.

Sfx : byurr … byur …. ciprak … keciprak.

“Om saranin, kamu nunjukkin kejutan ini dari cafe yang ada di lantai 3 itu tuh. Sudutnya benar-benar ideal, kafe itu buka 24 jam dan tempatnya juga dekat dengan balkon atas yang menghadap ke arah sini.”

“Iya, benar juga ya. Sip lah om, makasih ya sarannya.” kata Renji.

“Eh iya, hari H nya kapan? malam ini ya? malam ini kamu mau nunjukin ini semua pada Hani?” tanya om.

“Iya om.”

“Waduh kalo malam-malam, disini biasanya selalu gelap, Ren. Gimana kamu mau nunjukin tulisan itu pada Hani?”

“Tenang om hehehe … Renji kan sudah siapkan lampu super terang di sini. Tepatnya itu, di sana dan satu lagi disana. Dan jika saya pencet tombol ini, 2 lampu itu akan menyala.”

Sfx : klik … ctek … sing.

“Wow … kamu pasang sendiri lampu-lampu itu?”

“Nggak juga, saya dibantu oleh temen-temen kantor, Aris dan kawan kawan … Mmm ya, Aris ….” Kata Renji yang tadinya bicara dengan penuh semangat, namun mendadak lesu dan tidak bergairah karena teringat dengan nama Aris.

“ …. “

“Ren, kamu tau gak kalo Hani sedang memesan sesuatu di toko online sebagai kejutan buat kamu di ultah pernikahan kalian? makanya dia banyak bertanya tentang temen kamu itu karena Hani yakin hobby kamu dan temen kamu itu sama. Sebenernya, om diminta merahasiakan ini, tapi melihat kalian saling curiga gak berdasar begini …. “ kata om.

Sfx : wusssshhh ….

“ …. “

“Baiklah om, semua sudah siap. Saya yakin, malam ini akan benar-benar berhasil dan sukses … hmmm hehehehe. Yuk om, kita pulang sekarang.” Kata Renji sambil tersenyum dan menyedekapkan kedua tangannya diatas dada.

“Iya.”

Mereka pun pulang dengan berjalan kaki.

[Beberapa jam kemudian.]

[Di rumah Tante Risa.]

“Mereka berdua kok belum pulang juga ya?” kata Hani.

Sfx : tap tap tap.

“Kami pulang!!!” kata om.

Hani pun bergegas keluar dari kamar Tante Risa untuk menemui Renji dan juga om.

Sfx : drap drap drap.

“Hani? ada apa?” tanya Renji.

“Aa’ sama om dari mana aja sih? kok lama banget pulangnya?”

“Iniiii … Renji mau ngeliat tanah peninggalan kakek yang nggak kerawat itu lho. Ntah lah, mungkin Renji sedang memikirkan rencana untuk mengelola tanah itu hehehe.” Kata om sambil melirik ke arah Renji.

“Wh … what, om kenapa malah membicarakan hal itu kepada Hani? waduh kacau nih.” kata Renji dalam hati.

“Ah … benar begitu a’?” tanya Hani.

“Ah nggak kok, dasar om hahaha. Aa’ cuma mau liat-liat aja lingkungan sekitar sana …itu aja.

“ …. “

“Oiya Han, aa’ mau ganti baju donk. Hani tadi bawa baju ganti aa’ kan dari rumah?”

“Iya, ada di tas Hani.” kata Hani.

Sfx : tap tap tap.

Ya, aa’ mau mandi dulu. Om pinjam kamar mandinya ya hehehehe.” kata Renji.

Sfx : sloft.

“Ya sok aja … pake acara izin segala.” kata om sambil duduk di sofa.

“Han, nanti malam kita makan di luar ya, sambil jalan-jalan. Besok kan hari ulang tahun pernikahan kita.” Kata Renji sambil tersenyum.

“E … i … iya.” Terlihat wajah Hani memerah dan tingkahnya menjadi sedikit kikuk karena mendengar kata-kata suaminya tersebut yang jelas membuatnya lega sekaligus senang karena ternyata suaminya tersebut ingat dengan hari ultah pernikahan mereka.

“Btw, dimana tante?” tanya Renji.

Sfx : ckleek ….

Tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi.

“WAAAAAA!!!!! SE … SETAAAN!!!” teriak Renji.

Sfx : drap … drap … drap.

“Ada apa? ada apa?”

“Ini tante hei … dasar.” kata seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi yang ternyata ia adalah Tante Risa.

“Huuuh … tante nakut-nakutin aja ah … sore-sore begini pake masker.” kata Renji kesal.

“Haha.”

Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa hari telah menunjukkan pukul delapan malam. Renji pun menepati janjinya yaitu mengajak Hani jalan-jalan.

[Di kamar tante.]

Sfx : ckleek … krieet … ckleek.

“Mau berangkat sekarang?” tanya tante.

“Iya, tante. Hani mau siap-siap dulu.”

“Tuh bener kan, apa tante bilang. Renji juga pasti ingat dengan ulang tahun pernikahan kalian.”

“Iya tante.”

“Jangan lupa hadiah kejutan kamu tuh … nanti ketinggalan, bahaya. Nih, tante masukkan ke tas kamu ya.”

“Iya.”

“Kamu ada gembok buat tas gak? kalo gak ada, nih pinjem punya tante aja.”

“Buat apa tante?”

“Biar gak kececeran aja, takutnya jatuh dari tas.”

“Ooo … iya tante, makasih ya tante sudah perhatian.”

“Iya, ini kode gemboknya di ingat, 533.”

“Oke.”

“Yaudah, mau berangkat sekarang?”

“Iya, mau sekarang aja nanti kemalaman.”

Sfx : ckleek … tap … tap … tap (Hani dan Tante Risa keluar dari kamar.)

“Sudah siap?” tanya Renji.

“Iya.” kata Hani.

“Oke, yuk.”

“Om, tante. Renji sama Hani pergi dulu ya.” kata Renji sambil bersalaman dengan mereka berdua dan Hani pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Renji.

“Tante.” kata Hani.

“Iya hati-hati.” kata tante.

“Good luck Ren” bisik om sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Renji.

“Dah ya semua.”

Sfx : brrrmmm ….

Renji dan Hani berkeliling kota naik motor. Banyak tempat yang mereka kunjungi, mulai dari alun-alun kota, pasar malam, mall, dan tempat makan. Semuanya disinggahi oleh mereka berdua layaknya 2 sejoli yang baru merasakan rasanya pacaran.

[Beberapa jam kemudian.]

Sfx : brrmm … brrrrm [di atas motor]

“Jam berapa ini Han?” tanya Renji.

“Jam 1 malam a … huaaahm.”

“Ada satu tempat yang aa’ pengen Hani kunjungi.”

“Apa itu a’?”

“Cafe yang tak jauh dari rumah om.”

“ Mmm …. “

[30 menit kemudian.]

Setelah masuk ke gedung tersebut Renji pun mengajak Hani ke lantai 3.

Sfx : tap tap tap tap.

“Pesan apa pak?” tanya pelayan cafe.

“Saya pesan kopi Cappuccino saja.” kata Renji.

“Kalo ibunya pesan apa?”

“Teh susu hangat.”

“Untuk makananya?”

“Fish and Chips aja.” kata Renji.

“Saya, roti bakar ya.” kata Hani.

“Baik, ditunggu sebentar ya pak bu.”

Sfx : tap tap tap.

“Kenapa aa’ bener-bener pengen ngajak Hani kesini? sepertinya, cafe ini sama aja seperti cafe-cafe kebanyakan ah.”

“Tenang … sebentar lagi juga, Hani bakal tau kenapa Hani aa’ ajak kesini.”

“Hmm …. “

“Tapi, pengunjung cafe ini cukup sepi ya a’.” Kata Hani sambil memegang kedua bahunya secara menyilang.

“Iya … ya wajar sih, soalnya ini sudah jam 3 pagi fajar. Kenapa, Hani kedinginan ya?" tanya Renji.

"Nggak kok a'."

"Ini pakai jaket aa'."

Sfx : sreeet ….

" … makasih ya a', lumayan hangat heheh"

" …. "

"Cafe ini sepi, tapi band pengiring cafenya lumayan bagus dan loyal ya. Hmm … lagu yang di mainkan ini ….”

“Maha Dewi!!!” Ucap Renji dan Hani dalam waktu yang bersamaan.

“Dari Padi kan?” kata Renji.

“Eh … hehehehe.” Hani tersipu malu.

Sfx : jreng jreng dum das.

“Ada tutur kata terucap,

Ada damai yang kurasakan

Bila sinarnya sentuh wajahku,

Kepedihanku pun... terhapuskan

Alam rayapun semua tersenyum,

Merunduk dan memuja hadirnya

Terpukau aku menatap wajahnya,

Aku merasa mengenal dia...

Tapi ada entah dimana,

Hanya hatiku mampu menjawabnya

Mahadewi resapkan nilainya,

Pencarianku pun... usai sudah” Suara para penyanyi band cafe bernyanyi.

Sfx : tap tap tap … klontang … klontang … tring.

Pelayan cafe datang membawa pesanan Renji dan juga Hani. Mereka berdua pun makanan pesanan mereka masing-masing.

“Boleh nyicip donk roti bakarnya?” tanya Renji.

“Mmm … aa’ kan sudah ada makanan sendiri.” kata Hani cemberut.

“Hehehe … yaudah nih, aa’ bagi sedikit fish and chipnya.”

“Oke setuju, Hani minta ikan gorengnya aja.”

“Fish!!” kata Renji.

“Iya lah … pake bahasa Indonesia aja donk.” 

“Hahahaha … nih.”

Sfx : tring ….

“Makasih ya a’ … nih roti bakarnya.”

“Hehehe … iya sama-sama!!!”

Sfx : kraus ….

“Enak juga roti bakarnya.”

“Iya, ikannya juga enak hehehe. Ooo … jadi ini alasan kenapa aa’ ngajak Hani kesini ya?”

Sfx : tulit … tulit … tulit.

“Ah … jam 4 tepat. Hani mau ke toilet dulu ya a’.”

“Iya, nanti gantian aja.” kata Renji.

Sfx : krieet … tap tap tap tap.

“Hmmm … sepertinya kejutannya ada di tas Hani ya? di bawa-bawa mulu kemana-mana … aku kan jadi penasaran.” Kata Renji dalam hati sambil melirik ke arah tas Hani yang terselempang di pundaknya.

Beberapa menit kemudian Hani kembali ke meja, lalu kini giliran Renji yang ke toilet dan akhirnya kembali beberapa menit berikutnya.

Sfx : kreeet … sloft (suara kursi ditarik.)

Mereka pun, kembali memakan makanan mereka dan menghabiskannya hingga tak bersisa. Renji pun mulai memberanikan diri mengatakan suatu hal kepada Hani.

“Mmm … Han, sebenarnya alasan kenapa aa’ mengajak kamu ke sini adalah bukan karena rasa makanan ataupun yang lainnya. Tetapi alasan aa’ adalah untuk ….” kata Renji.

“Untuk apa a’.” tanya Hani.

Sfx : gyuut (Renji menarik telapak tangan Hani)

“Sini Han, akan aa’ tunjukkan.” kata Renji sambil mengajak Hani ke balkon cafe.

Sfx : tap tap tap.

“Tadaaa … lihatlah.” Kata Renji sambil mempersilahkan Hani melihat ke arah bawah balkon.

“Waaaah … di bawah sini banyak lampu warna-warni ya? kereeen.”

“Bukan, bukan lampunya donk Han. Lihatlah disana ada bunga tu ….” seketika Renji terlihat pucat.

“Lho? kok bunganya pada layu semua? padahal, setiap hari sudah kurawat dan kusiram dengan baik. Kemarin juga saat aku kesini tidak terjadi apa-apa.” kata Renji dalam hati.

“A’? ” tanya Hani.

“Tu … tunggu sebentar ya Han, tunggu disini aja dulu. Aa’ akan segera kembali.”

Sfx : drap drap drap.

“A’!!! aa’ mau kemanaaa!!?”

Renji berlari sekuat tenaga menuju lantai satu, lalu menerobos celah sempit satu-satunya akses menuju taman bunga yang dibuatnya. Dan ….

“Hah … hah … hah … benar … benar-benar layu semua.” kata Renji sambil menyentuh salah satu bunga tanamannya.

“Kenapa bisa begini ya? hah … hah …hah.”

“Jadi bagaimana ini Renji? semua sudah berakhir disini … sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Saatnya aku menyerah, ya baiklah. Maaf aku ya Hani.” kata Renji di dalam hati.

“Hah … hah … memalukan.”

Sfx : tap tap tap tap.

Renji pun kembali ke lantai 3 dan memberitahu semua kebenarannya kepada Hani.

Sfx : tap tap tap.

“A’!!!? kenapa aa’ ke taman itu, tadi?” tanya Hani.

“Mmm … a … ma … maaf ya Han, sebenarnya selama beberapa waktu belakangan ini aa’ sibuk mempersiapkan kejutan buat ultah pernikahan kita hari ini. Namun ternyata taman bunga yang aa’ persiapkan di bawah, semua tanamannya pada layu tak bersisa … maaf ya Han.” kata Renji sambil menundukkan kepala.

Sfx : gyuut ….

Tiba-tiba Hani memeluk Renji tanpa satu patah kata pun terlontar dari bibirnya.

“Ha … han?” tanya Renji.

“Gak apa-apa a’. Aa’ ingat hari ultah pernikahan kita dan aa’ berusaha keras mempersiapkan kejutan ini saja, sudah membuat Hani bahagia kok … hik … hik.” Kata Hani sambil menyeka air mata bahagianya.

“Mmm ….” 

“Eh iya, Hani juga punya kejutan buat aa’. Hmm … eh … lho, tas Hani kemana ya?”

“Emang Hani menaruh tasnya dimana?”

“Gak tau, lupa dimana ya? dimana ya? lho di mana ya?’ Kata Hani sambil berkeliling di sekitar cafe mencari tasnya.

“ …. “

“Gimana ini a’? tas Hani hilang …. Padahal Hani sudah mempersiapkan kejutan ini khusus buat aa’.” Kata Hani.

“Hmm … lho berarti selama ini Hani juga sudah mempersiapkan kejutan juga ya? tapi akhirnya kita sama-sama gagal Han … haha.” Kata Renji sambil ikut mencari tas Hani yang hilang.

“ …. “

“Hmm … tunggu dulu, kalo gak salah ketika Hani tadi pergi ke toilet. Aa’ lihat, Hani masih membawa tas kok. Coba Hani cari di toilet, mungkin aja ketinggalan di sana.”

“Ah … ooo iya, Hani akan cari di sana.” Kata Hani sambil memasang ekspresi terkejut dan berusaha menyeka air matanya.

Sfx : drap drap drap.

Beberapa menit kemudian, Hani pun kembali.

Sfx : drap drap drap.

“ADA A’!!! yeee ….”

“Syukurlah hehehe.” kata Renji sambil mengelus dada.

“Baiklah, Hani buka ya?”

“Oke, siap.” kata Renji.

“Lho? oo iya, kode sandi gemboknya, Hani lupa.” 

“Aduuh … lagian, kenapa pake digembok segala?” Kata Renji sambil menepuk jidatnya.

“Ini ide tante, katanya biar aman.”

“Jadi tante tau kode sandinya?”

“Iya.”

“Oke, aa’ telepon tante dulu.”

Sfx : ckrekk … tuuuut … tuuut.

“Halo? siapa ini.” kata tante sambil setengah tertidur.

“Sudah pagi tantee … ini Renji.”

“Ooohh … ada apa Ren?” masih tetap mengantuk.

“Ini, kode sandi gembok tas yang tante kasih ini berapa ya?”

“Ooo itu, kodenya 533.”

“Oke, makasih ya tante.”

“Iya.” 

Sfx :truk … tut … tut … tut … brukk (Tante Risa kembali tidur.)

“Kodenya, 533 Han.”

“5 … 3 … 3.”

“Berhasil?”

“Iya, bisa. Syukurlah hehehe.” kata Hani.

Sfx : srekk ….”

“Ini a’, kejutan dari Hani buat aa’.”

“Baiklah, aa’ buka ya.”

Sfx : siiingg.

Dalam sudut pandang Renji, hadiah tersebut memancarkan sinar yang menyilaukan mata karena kekagumannya pada hadiah tersebut.

“Console game terbaru? wow … kok kamu tau sih? terima kasih banyak ya sayang.” kata Renji.

“Iya, sama-sama hehehe. Syukurlah, Hani benar-benar bersyukur karena aa’ menyukai hadiah dari Hani.”

"Ini keren sih, keren banget … wow."

Hari semakin menuju waktu pagi, suasana cafe yang sepi pengunjung tersebut pun tetap hening seperti biasa. Hanya ada beberapa pengunjung yang sedang menikmati makanan di cafe. Kebanyakan adalah anak-anak muda yang sedang berpacaran. Dan matahari pagi pun mulai menyingsing. 

“Eh, ini sudah pagi ya? matahari sudah mau terbit.” kata Renji.

“Iya a’ sudah jam 6.”

“Kita ngeliat matahari terbit dulu yuk, di balkon sana.” kata Renji.

Band Cafe pun kembali memainkan lagu-lagu andalan mereka. Kali ini, lagu yang mereka mainkan adalah lagu berjudul Tomodachi no Uta dari band Bump of Chicken.

Sfx : tap tap tap.

“Hah … a’ lihatlah bunga-bunganya pada bermekaran!!!” kata Hani.

Sfx : Jreng jreng jreng … dum tak dum tak diss (suara band cafe sedang menyanyikan lagu.)

“Eh? heeeeh!!!? ah iyaaa!!!.”

Kumpulan gugusan bunga tulip dan juga papaver dubium tersebut benar-benar bermekaran membentuk sebuah tulisan berbunyi “Happy Wedd Anniv, Hani my love.”

"Lho … k … kok bisa begini ya?" kata Renji.

"Aa' menanam bunga tulip dan juga papaver kan?" tanya Hani.

"Iya."

"Kedua bunga itu adalah jenis bunga yang bermekaran di siang hari dan menguncup di malam hari. Begitu, informasi yang Hani dapat dari ibu-ibu tetangga kita … hmm." Kata Hani sambil tersenyum.

"Ooo … begitu ya? Hani emang hebat." Kata Renji.

"Hehe." Hani tersipu malu.

“Selamat hari ulang tahun pernikahan ya, my Hani.” bisik Renji sambil memeluk bahu Hani dari samping.

" …. "

Sfx : tuk ….

Hani pun bersandar di bahu Renji, dan ia pun berkata ….

“A' bajumu bau kopi” sambil tersenyum dan memejamkan mata. 

Kata-kata itu pun juga membuat Renji ikut tersenyum melihat Hani.

[5 menit kemudian.]

Posisi mereka berdua tetap sama.

“Gila … gila …, akhirnya gak sia-sia perjuanganku selama ini. Semua rencana benar-benar berhasil. Apalagi band cafe ini benar-benar mendukung sekali dengan lagu-lagun yang mereka mainkan. Mataharinya juga bener-bener pas. Gila … gila … sudah seperti di film aja ini mah hahahaha.” kata Renji dalam hati. 

Sfx : khrrrr … khrrrr.

“Hah? lhaa … Hani malah tidur!!! hahaha … sepertinya dia kelelahan, kasian juga sih dari kemarin dia belum istirahat.” kata Renji dalam hati.

“Wajah Hani kalo tidur, imut juga ya … cium dulu aahh hehehe … mengambil kesempatan dalam kesempitan hihihi. Muaaaa …. ”

Sfx : plak ….

“Eh? a … wh … what?” Renji kaget seraya melepaskan Hani dari pelukannya.

“Ah? HAAAAAHH!!!!! … ma … maaf a’, Hani gak sengajaaaa. Tadi, Hani mimpi mau dicium beruang … hiiii, jadi Hani reflek menampar si beruang.” kata Hani.

“Mmmmm … hooh, iya tadi aa’ juga mau nyium kamu pas kamu ketiduran sih. Jadi maaf juga ya, salah aa’ sendiri ini hihihi.”

“ …. “

Sfx : gyuut (Hani menarik tangan Renji dan mengajaknya ke arah tembok samping balkon yang benar-benar tersekat oleh 2 tembok baik dari arah cafe maupun dari arah luar.)

“Eh? aduh.” kata Renji.

Hani menatap wajah Renji, lalu Renji pun membalasnya dengan tatapan penuh cinta. Dan akhirnya mereka pun berciuman.

[Di tempat pemain band cafe.]

Sfx : dum dasss … drub dub.

“Hadeeh … capeknya. Dasar … merepotkan saja, mereka berdua.” ucap pria bertopi yang bertugas memainkan drum.

“Gimana pak leader, Rid … temen kamu itu sepertinya cukup bahagia hehehe” kata pemain gitar.

“Rid Rid … nama gue Aris, haaah.” Aris terlihat kesal.

“hehehe.”

“Awas aja lu ya, Ren. Besok pas kita di kantor, gue mau nagih lu karena gue sudah bantuin lu membuat suasana ini jadi lebih mendukung buat kepentingan lu.” kata Aris kesal.

"Serem banget lu hahaha." kata pemain bass.

“Setelah ini, lagu apa lagi yang kita mainkan Ris?” kata pemain gitar.

“Lagu yang romantis banget lah, Linkin Park - Faint huahahaha.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
First Couple In Love
Mizan Publishing
Novel
POSESSIVE ARVIN
natasya03_
Cerpen
Letting Go
Tuti Haryati
Cerpen
Bajumu Bau Kopi
egagology
Novel
Bronze
Cin-Cin di Ujung Lorong
Mahtawati Purba
Novel
Gold
Silent Love
Bentang Pustaka
Cerpen
Sri : Elegi Cinta Sang Penari Serimpi
Hadis Mevlana
Cerpen
Bronze
Penny Bertanya Tentang Cinta
ardhirahma
Cerpen
Bronze
perempuan yang merengkuh kosong
Dhea FB
Novel
Gold
Athlas
Mizan Publishing
Novel
Bronze
HONE-STLY
Mutiarampulembang
Skrip Film
Kejora Langit Timur (Script)
Fini Marjan
Skrip Film
Club Deal
ranieva
Novel
Pengantar Ilmu Mantan
ATTAR DARNIS
Flash
RASA
Chika
Rekomendasi
Cerpen
Bajumu Bau Kopi
egagology
Flash
Rahasia Elang
egagology
Novel
Si Mansyur
egagology
Novel
Si Mansyur Vol 2
egagology