Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bagian dalam Dirimu
1
Suka
276
Dibaca

Cerpen yang pernah aku buat di #CHI_Event_UlangTahun 2020. Selamat membaca.

--------------------------------

Tarikan napas dalam dan hembusan kasar sudah aku lakukan beberapa kali. Besok adalah hari ulang tahun dia dan malam ini aku sengaja datang untuk merayakan pergantian hari bersamanya. 

Sebuah hadiah sudah aku persiapkan terbungkus kertas kado bergambar love dengan pita berwarnah merah muda melilit dengan indah. 

Tiba-tiba saja rasa nyeri pada perut sebelah kanan mulai terasa menyakitkan. Aku hanya bisa menahan rasa nyeri itu dengan meringis pelan.

Sebuah pesan singkat dari Ira--pacarku masuk ke dalam handphone yang aku genggam.

[Kamu dimana?]

[Di depan rumahmu]

[Sebentar aku akan turun sekarang]

[Oke]

Ah, Aku jadi teringat kembali perkataan sahabatku kemarin sore. Dia bilang, katanya aku sudah banyak berubah ketika berpacaran dengan Ira. Dia bilang aku terlalu penurut, selalu mengikuti apa yang dikatakan Ira. Dia juga bilang bahwa ada yang aneh dengan pacarku itu.

"Pacarmu seperti tidak mempunyai ekspresi, dia selalu datar terhadapku, bahkan dia tidak pernah terlihat tersenyum." ucap Nindy berapi-api ketika mengungkit Ira.

"Tidak, dia tidak seperti itu. Jika bersamaku dia selalu senang. Mungkin dia hanya tidak suka padamu makanya kamu dicuekin. Hahaa" aku menggodanya, Nindy melayangkan pukulan pada lengan kananku.

"Iya. Belain terus aja pacarmu..." dia menggerutu. Aku mengusap lengan yang dipukul.

"Tapi kamu benar...."

"Tentang apa?"

"Tentang pacarku yang aneh.... Dia selalu tertawa ketika aku terkena musibah." Aku memutar memoriku ke belakang.

"Maksud kamu?" 

"Ketika aku tidak sengaja mengiris jari tanganku dia tiba-tiba saja tertawa, walau begitu dia segera mengobatinya sih. Saat aku jatuh sampai hidungku berdarah dia juga tertawa...." 

"Sepertinya dia senang lihat penderitaanmu. Hahahaa" Nindy tertawa terpingkal. Aku tersenyum simpul. Ya, mungkin saja.

"Ceklek!" Suara pintu terbuka membuyarkan lamunanku. 

"Sayang! Aku udah nungguin kamu dari tadi." Ira berlari kecil kemudian memeluk tubuhku.

"Aku bawa hadiah untuk kamu." 

Dia melepaskan pelukannya beralih menatap kado yang berada di tanganku lalu mengambilnya. Senyumnya mengembang.

"Makasih~" tangannya menggoyang-goyangkan kotak itu, "Isinya apa?" Ucapnya penasaran.

"Sesuatu yang kamu mau," Jawabku mencoba tersenyum. Dia memicingkan mata.

"Yang aku mau? Memang kamu tau apa mauku?" Dia berbalik bertanya padaku. Jujur aku tidak begitu yakin dengan apa yang aku hadiahkan adalah bentuk dari apa yang dia mau. 

Ira yang melihatku tampak gelagapan kembali tersenyum. "Kemarin 'kan aku sudah kasih kode. Aku bilang 'mau bagian dari dalam dirimu' Apa kamu sudah menebaknya?" 

"Ah, itu... " kepalaku menunduk sambil mengusap perutku. 

Aku sangat mengerti apa yang dia inginkan. Hal ini juga sempat aku tanyakan pada Nindy kemarin sore.

"Apa manusia masih bisa bertahan dengan hanya memiliki satu ginjal?"

Nindy menjawab bisa. Jadi aku menghadiahkan Ira satu ginjalku. 

"Sayang, kamu pucat banget." 

Sentuhan tangan yang dingin menyentuh pipiku. Aku kembali tersadar.

"Aku enggak apa-apa." terangku yang sebenarnya tidak. Luka yang masih basah dan rasa nyeri yang sudah semakin terasa membuatku sangat kesakitan. Tapi aku menahan semuanya.

"Yaudah, masuk yuk!"

Kami berjalan masuk ke dalam rumah. Dia membawaku masuk ke dalam ruangan yang sudah di dekor dengan begitu cantik.

Di meja makan terdapat satu kue ulang tahun berukuran sedang dan berbagai macam makanan siap santap, namun dominan dengan olahan daging. Tak heran karena gadis itu sangat menyukai daging.

"Semua ini kamu yang menyiapkan?" 

"Iya," jawabnya sambil meletakan hadiahku ke dalam kulkas.

Lalu aku menyantap makanan itu dengan lahap. Apalagi olahan daging yang baru pertama kali aku makan.

"Gimana? Enak gak dagingnya? Aku cukup bekerja keras untuk dapat daging kualitas bagus."

"Enak! Dagingnya gurih dan empuk."

"Haha. Ini karena aku jago masak dan udah terbiasa. Jika masih pemula pasti daging itu akan terasa alot." 

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala menyetujui apa yang dia katakan.

"Sayang, apa kamu masih berhubungan sama Nindy?" 

"Masih," jawabku pelan kemudian melirik sekilas pada Ira yang menatapku dingin. "Tapi hari ini aku enggak bicara sama dia" jelasku tergugup.

"Aku akan ambilkan kamu sup." ucapnya kemudian pergi ke dapur.

Apa dia marah? Aku memang tidak berbicara pada Nindy hari ini. Tapi aku masih mencoba menghubunginya karena dari pagi dia tidak ada kabar.

Satu panci besar ditaruh di atas meja. Aku menatap gadis itu yang tiba-tiba saja menyeringai.

"Makan!" Titahnya tiba-tiba. Aku mengangguk kemudian membuka tutup panci itu.

Rasa mual naik ke kerongkongan. "Huekk!" aku segera menutup mulutku. 

Sebuah kepala manusia yang hanya menyisakan tengkorak dengan rambut yang cukup panjang berbaur dengan air sup dalam panci.

Apa mungkin ini benar kepala manusia? Aku mencoba memastikannya, aku mengaduk sup itu. Aku menemukan dua bola mata coklat, gigi-gigi yang patah dan sebuah jepit rambut biru berbentuk bintang.

"Ini milik Nindy...." Mataku terbelalak. Segera aku menatap gadis yang menyajikan sup ini. 

Ira, gadis itu menahan tawanya sambil melihatku yang sedang gemetaran.

Dia menunjuk makanan berbahan daging dan sup yang ada di panci sambil menyeringai. "Semua ini adalah bagian dari nindy. Kau suka?" Jelasnya kemudian tertawa terbahak.

Tak tahan aku memuntahkan apa yang aku makan barusan. "Huekk, huek." Ira kembali terdiam menatapku tajam. 

Aku menyeka mulutku yang basah. Perutku terasa kembali sakit, lebih sakit dari yang tadi.

Dia perlahan mendekat, suara langkah kakinya membuatku susah untuk bernapas. Dia duduk di sebelahku menatap langsung pada kedua mataku.

"Kenapa kamu memuntahkannya?" Jantungku berdetak sangat kencang, nadanya terdengar sangat menyeramkan, "Kamu tau kalau aku tidak suka dengannya tapi masih saja menghubunginya."

Dia memperlihatkan handphone berwarna biru milik nindy. Tubuhku semakin gemetar. Kenapa dia tega membunuhnya?

"Hah..." dia menghela napas, "Aku bilang aku mau bagian dari dalam dirimu, tapi yang kamu berikan hanya sepotong ginjal."

Gadis itu menekan pada luka yang masih basah. "Ja... jangan... argghh!" Aku mengerang kesakitan. 

Dia terus menekan semakin dalam sampai jahitan pada perutku robek. Darah segar keluar membasahi kemeja putih yang aku pakai. 

"Aku mau kamu!" Dia berteriak, mataku sontak membulat. "Aku mau semua yang ada dalam diri kamu." 

Setelah mengatakan itu aku mulai kehilangan kesadaran. Tubuhku menjadi sangat lemas. Harusnya aku istirahat setelah menjalani operasi, tapi aku malah datang mengantar nyawaku sendiri.

Dalam setengah kesadaranku, aku dapat merasakan suara tawanya yang indah. Perlahan kuku tajamnya merobek jahitan pada perutku. Memasukan tangannya bermain dengan organ dalamku. Dia mengambil sebuah kurter lalu membuka kulit tubuhku dari dada hingga ke perut. Perlahan dia mengeluarkan isian dengan begitu senang. Napasku tersengal. Perlahan aku mulai kehilangan kesadaran. 

Tidak apa-apa asal kau senang, selamat ulang tahun Ira.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bagian dalam Dirimu
liszzah
Cerpen
Bronze
Potongan Tangan
Jasma Ryadi
Komik
Buku Misteri
Felycia Iswanti Sutrisna
Cerpen
Bronze
The Tell-Tale Heart
Jumel
Novel
Bronze
Pedalaman Gumantra
Randy Arya
Novel
Pendakian Terakhir
Uki.Sari
Novel
SARI, Arwah Penasaran yang terundang
Efi supiyah
Novel
Bronze
AVENDOR
Audhy R.H
Cerpen
Bronze
MANGSA PERTAMA
Darryllah Itoe
Flash
Peternakan Nenek
aleu
Novel
The Inner Eye
Dagzey hasy
Novel
Santri Tak Kasat Mata
Hanif Hilmi Ali
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dharmawangsa
Christian Shonda Benyamin
Flash
1025
Egi
Rekomendasi
Cerpen
Bagian dalam Dirimu
liszzah
Cerpen
16
liszzah
Komik
Oh, Crazy!
liszzah
Flash
Rupawan yang Terbuang
liszzah