Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Chapter 1. Ingatan Terakhir.
Hujan turun deras sore itu. Langit menggantung kelabu di atas rumah Maya yang sunyi. Di balik jendela kaca, Maya duduk menatap taman kecil di belakang rumah. Hatinya terasa kosong, seperti halaman buku harian yang tak pernah lagi ia tulis sejak lima tahun lalu.
Ada satu kenangan yang selalu hadir setiap kali hujan turun. Hari saat ayahnya pergi untuk selamanya. Kecelakaan mobil yang mengubah segalanya. Maya melihat sendiri tubuh ayahnya terbujur kaku di dalam peti. Ia menggenggam tangan ibunya yang gemetar saat peti itu diturunkan ke liang lahat. Hujan waktu itu juga sama derasnya.
Setiap malam, sebelum tidur, Maya kerap menoleh ke kursi kosong di ruang tengah. Kursi ayah. Kursi yang seharusnya tidak ada lagi di sana. Tapi entah kenapa, ibu tidak pernah benar-benar membuangnya. Mungkin karena kenangan terlalu sulit ditinggalkan.
Rafi, adik laki-lakinya, dulu masih duduk di bangku SD saat ayah meninggal. Sekarang ia mulai remaja. Tapi ia jarang bicara soal ayah. Seolah kenangan itu sengaja dikunci rapat di lemari pikirannya. Berbeda dengan Maya. Ia mengingat semuanya. Suara ayah saat memanggilnya. Tawa lepas di ruang makan. Dan kalimat yang paling sering diucapkan ayah sebelum tidur, "Ayah akan selalu pulang, apapun yang terjadi."
Kalimat itu dulu menghangatkan hati Maya. Tapi setelah kejadian lima tahun lalu, kalimat itu berubah menjadi bayangan yang menghantui. Karena ayah tidak pernah pulang. Tidak...