Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Angin yang sangat dingin menusuk tubuh membuatku menggigil. Sudah seminggu aku berada di kediaman nenekku untuk menikmati liburan sekolah, tapi tetap saja belum bisa beradaptasi dengan hawa dingin di pagi harinya. Padahal aku mandi dengan air hangat dan sekarang jam antik sebesar lemari menunjukkan pukul sembilan pagi.
Wajar saja menurutku jika cuacanya sangat dingin, karena desa tempat kediaman nenekku tepat berada di bawah kaki gunung. Rumah nenekku berada di atas bukit, sisi kanannya terhampar sebuah gunung yang menjulang tinggi. Sisi kirinya terbentang perkebunan tembakau milik keluarga Pradipta. Rumah-rumah penduduk desa berada di lembah bukit dan bisa kulihat jelas dari tempatku berada kini –di teras depan rumah.
Sedangkan belakang rumah nenekku? Hamparan hutan lebat yang aku tidak tahu di mana ujungnya.
“Lia, sarapan dulu yuk?”
“Iya, Eyang putri.” Kubenarkan sweater tebal biru muda yang kukenakan, melangkah masuk ke dalam lalu duduk di ruang makan. Melihat apa yang tersedia di atas meja membuatku tersenyum senang. Hmm, lontong sayur. Sarapan kesukaanku.
“Eyang ingat, kamu suka sekali lontong sayur buatan eyang, kan?” Aku mengangguk. “Jadi, hari ini Eyang buatkan lontong sayur khusus buat kamu sarapan.”
“Terima kasih, Eyang.” Aku terkikih. “Eyang putri memang yang terbaik.”
“Ah, kamu bisa aja.” Wanita berusia senja itu mengelus lembut puncak kepalaku kemudian kami sarapan bersama. “Oh ya, Lia. Apa kamu tidak mau jalan-jalan? Masa kamu tidak bosan di rumah terus?”
Aku mengangguk lalu mencebik. “...