Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Apakah Salah Untuk Pasrah?
0
Suka
36
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Orang – orang yang selalu mengawali pagi hari dengan energi positif yang melekat pada diri mereka, sebenarnya apa tujuan mereka. Sembari menunggu kereta yang ku tumpangi samapai ke stasiun tujuan, aku mulai mengamati raut wajah manusia yang ikut menumpang di kendaraan bergerbong itu. Begitu banyak raut wajah yang ku jumpai di pagi hari. Seseorang dengan wajah murung, angkuh, ceria, bahkan seseorang dengan wajah datar yang sepertinya jika aku bisa masuk kedalam pikiran orang itu hanya ada cacian untuk pagi yang selalu datang dengan memamerkan kecerahannya. Tapi di antara semua ekspresi raut wajah yang sering kutemui, seseorang dengan raut wajah ceria sering membutaku bergidik (entah perasaan merinding, takut, atau hampa yang kurasakan, aku tidak paham. Tapi melihat mereka membuatku merasa sangat tidak nyaman).

           Dunia ini kejam. Dan ku rasa tidak ada orang yang bisa menyangkalnya, semua pasti setuju dengan penyataan tersebut. Tapi, monster macam apa mereka yang tetap dapat memamerkan senyum untuk menyambut awal hari di dunia yang kejam ini. Apakah mereka ini yang disebut ‘manusia tanpa hati’? Atau mereka hanya para manusia yang haus akan atensi orang lain. Pasti mereka pemain akting yang sangat baik. Aku yakin pasti para manusia berwajah ceria itu hanya menyembunyikan diri sejati mereka agar mendapat pujian sebagai ‘Manusia Terkuat’ dari masyarakat. Bukankah itu artinya mereka melakukan kebohongan besar terhadap khalayak ramai, bahkan membohongi diri mereka sendiri. Tapi jika semua itu bukanlah kebohongan, sudah kuduga. Monster, mereka adalah monster yang selalu ikut tertawa dengan segala kekejaman yang dilakukan dunia.

           Sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama, sudut pandanganku terhadap dunia yang tadinya putih kini berubah kian memerah. Pola pikirku yang dulunya sederhana hanya sebatas ‘meminum es berwarna -warni dapat membuat bahagia’, kini tak bisa dirasakan lagi. Aku sadar, betapa bodohnya aku yang dulu ikut termakan oleh perkataan orang dewasa “jangan berteman dengan anak yang keluarganya tidak jelas” bahkan kata ‘tidak jelas’ disini terdengar sangat ambigu. Ketika mulai memiliki banyak teman dan menambah lingkup pergaulan, aku paham akan satu hal. Dunia itu kejam. Tidak semua hal yang terlihat itu sebagaimana yang sebenarnya terjadi, tidak semua perkataan manusia dapat dipercaya, tidak selamanya kita harus berempati dan memiki...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Apakah Salah Untuk Pasrah?
godok
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Duwa Nyawa
Silvarani
Cerpen
Bronze
Persetan
Yuli Harahap
Cerpen
OMA-OMA MERESAHKAN
Zirconia
Cerpen
Ucup Si Programmer
Saputra
Cerpen
CAMPING 101
NUR C
Cerpen
Empat Babak Menuju Kenyamanan
lidhamaul
Cerpen
Tetangga Depan Rumah
ken fauzy
Cerpen
Bronze
Perempuan Pemakan Bangkai
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Cerpen
Bronze
Kumpulan cerita inspiratif
Banana with Cucumber
Cerpen
Bronze
Pergi Dengan Angin
Viona fiantika
Cerpen
Obral Obrol Tetangga
Lovaerina
Cerpen
Marriage Deadline
Nadya Atika
Cerpen
Mbak Jamu
Siska Sekar Arum Sumulyo
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Apakah Salah Untuk Pasrah?
godok
Cerpen
Bronze
Kemusnahan
godok
Cerpen
Dua Sisi LainNya
godok