Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Religi
Antara pandangan mata dengan hati yang tak sejalan
79
Suka
6,341
Dibaca

Ali seorang laki-laki yang berbeda ditengah keluarganya, sahabatnya, dan teman-temannya, tatkala Ali ketika mendengar suara panggilan tuhan untuk berkomunikasi dengan sang penciptanya, yang menunjukkan pada jam 4 pagi. Ali langsung bergegas menuju masjid agar tidak terlambat untuk menjalankan sholat berjamaah. Ketika hendak pergi nampaknya Ali bertemu dengan seorang tetangganya bapak-bapak yang nampaknya sudah menua, lalu sang bapak mencoba menanyakan kepada Ali "Mau kemana?", lalu Ali menjawab "Mau ke masjid pak." ungkapan itu lalu dibalas dengan bapaknya "Kok ke masjid pakai kaos, gak pakai kopiah?" dengan nada sedikit rendah, lalu Ali hanya menjawab dengan ungkapan senyuman, Ali yang tidak mau menyia-nyiakan sholat berjamaah, lalu mengatakan "Bapak permisi izin mau ke Masjid, saya lanjut dulu." setelah itu Ali langsung bergegas menuju Masjid.

***

Ketika sesudah menjalankan sholat, Ali berjalan dengan santai lalu menghirup udara yang sangat segar sembari disapa dengan kicauan burung dan melihat betapa indahnya ciptaan tuhan ketika matahari mulai terbit. Ketika jam menujukan pukul 05.30 pagi, Ali berjalan kaki untuk mencari sarapan di warung terdekat, ketika ditengah perjalanan Ali melihat seorang ibu yang mengendarai sepeda motor dengan membawa dagangannya yang sangat banyak, sampai tidak stabil membawa sepeda motornya yang pada akhirnya ia terjatuh, Ali yang melihat itu langsung bergegas membantunya meskipun tidaklah mudah dengan bobot badannya yang tidak besar. Ketika sudah membantu ibu tersebut, tatkala Ali terdiam sejenak melihat ibunya yang tidak mampu berucap sepatah kata yang telah dibantunya. Ibu tersebut bergegas pergi dan meninggalkan Ali yang hanya memberi umpatan senyuman dengan rasa sedikit kecewa.

(Padahal ibu tersebut sudah berusaha keras ingin mengungkap terima kasihnya kepada Ali, akan tetapi rasa malu dan bisu menghalanginya.)

Setelah itu ketika jarak tempuh dari perjalanan tersebut ke warung yang begitu jauh dan sangat lama, pada akhirnya sampailah juga di tempat warung. Ali bertemu dan mulai menyapa kepada penjaga warung, Ali yang sontak kaget karena nampak penjaganya seorang perempuan yang pakaiannya sangat mini dan memakai celana sobek-sobek layaknya tidak pantas di pakai. Lalu Ali mengatakan "Mbak, beli nasinya 1" lalu perempuan tersebut membalas "iya, lauk-nya apa aja mas?" dengan nada pelan, Ali menjawab "Nasi pecel, lauk-nya telor ceplok satu sama tempenya dua", tak berselang lama Ali mengatakan "Mbak, harganya berapa?" mbaknya yang nampak sibuk nyiapin nasi bungkusnya tak lama mengatakan "harganya sembilan ribu mas" lalu Ali mengeluarkan uangnya sepuluh ribu, nampaknya mbak tersebut langsung mengatakan "Gak ada kembaliannya mas, bawa aja" lalu Ali membalasnya dengan menanyakan "Beneran mbak?" tak lama mbak itu menjawab "Iya mas, soalnya warungnya baru buka", dengan begitu Ali tak lupa mengatakan "Makasih mbak" lantas dijawab oleh mbaknya "Sama-sama mas". Ali langsung meninggalkan warung tersebut dan bergegas pulang menuju rumahnya.

***

Sesampainya di rumah pada pukul 06.00 pagi, Ali bergegas sarapan dikarenakan jam 07.00 pagi Ali harus bergegas pergi untuk sekolah. ketika jam mulai menunjukkan pukul 06.30, Ali bergegas berjalan kaki yang nampaknya begitu jauh dari tempat sekolahnya. Ketika sesampainya di sekolah, Ali langsung bergegas menuju kelasnya. Jam menunjukkan pukul 11.30 siang, Ali sempat diajak nimbrung oleh teman-temannya untuk diajak menonton konser musik. Salah satu temannya menyeletuk dengan mengatakan "Boleh lah, udah lama gak nonton musik" lalu Ali dan beberapa temannya mengiyakan ajakan nonton konser musik tersebut. Karena kebetulan jam dinding kelas menunjukkan pukul 12.00 siang, Ali bergegas menuju musala sekolah.

***

Sesampainya di musala, Ali sontak kaget ternyata perempuan yang tadinya penjaga warung dengan pakaian yang ia kenakan bisa membuat orang untuk berpikir 'berburuk sangka kepadanya.' Tetapi kali ini Ali benar-benar kaget yang dimana seorang perempuan seperti itu bisa lebih mencintai kepada sang penciptanya dengan datang lebih awal untuk menunaikan sholat berjamaah. Pada saat itu perempuan tersebut tegur sapa Ali yang bertemu kembali "Mas!", "Masnya sekolah disini ya?" lantas pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali "Iya mbak, mbaknya sendiri disini ada apa?", lalu mbaknya menjawab "Ini mas, saya disini naruh dagangan nasi saya di kantin sekolah" lalu Ali menjawab "Owala iya mbak" lalu Ali pun tak lupa menyodorkan uang yang tadinya tidak sempat membayar dagangan nasi dari perempuan tersebut. Perempuan tersebut menolak dengan cara memberi dagangannya secara suka rela kepada Ali. Perempuan tersebut cepat-cepat mengakhiri obrolannya dengan Ali lalu mengatakan "Mas, saya duluan ya" lalu Ali menjawab "Iya mbak, hati-hati dijalan dan makasih ya" Ketika perempuan tersebut sudah meninggalkan musala, Ali langsung pergi berwudhu lalu menunaikan sholat Dhuhur.

***

Ketika selesai dari musala, Ali yang hendak pulang ke rumahnya ketika jam 16.00 menunjukkan waktu pulang sekolah. Sampai ditengah perjalanan dia melihat seorang bapak-bapak yang sangat tua dengan memikul dagangannya, bapak tersebut mampir sejenak ke masjid untuk memasukkan uang dari hasil dagangannya ke kotak amal, lalu bapak itu mencoba melanjutkan perjalanannya. Ali yang sontak kaget karena yang ia lihat ternyata bapak-bapak yang sempat bertemunya pada saat sholat subuh. Dimana Ali sempat risih terhadap bapak tersebut, karena bapak tersebut terlalu banyak mengomentari dirinya yang tidak seharusnya bapak itu lakukan. Ali mencoba menghampiri bapak tersebut yang tidaklah jauh dari tempat Ali. "Pak bapak." Ali yang mencoba melantangkan suaranya kepada bapak tersebut. Lalu bapak tersebut menoleh dan menyahut sapaan dari Ali "Iya nak, ada apa?", Ali menanyakan kepada bapak tersebut "Mau kemana pak?", lalu bapak menjawab "Ini nak lanjut mau dagang, ada apa?"

Ali yang masih heran setiap dirinya hendak berpergian ke Masjid pada saat subuh-subuh selalu dikomentarin oleh sang bapak. Ali langsung menanyakan kepada bapak tersebut dengan inti permasalahannya "Jadi gini pak, kenapa ya setiap saya hendak ke Masjid berpapasan dengan bapak selalu mengomentari saya? padahal saya tidak pernah mengomentari bapak". Pertanyaan yang dilontarkan Ali langsung disambut jawaban senyuman dari sang bapak (ketika dirinya pernah bertanya lalu hanya dilontarkan senyuman oleh Ali). Tak lama sang bapak menjawab pertanyaan dari Ali "Jadi gini nak, bapak perhatikan kamu setiap keluar rumah ntah nongkrong maupun nonton konser musik selalu memakai pakaian yang paling bagus, masak menghadap sang penciptanya memakai ala kadarnya, rasanya gak etis" sang bapak melontarkan jawaban tersebut dengan nada serius.

Ketika mendengar jawaban dari sang bapak, Ali merasa terkejut bahwasanya dirinya saja terkadang meremehkan pertemuan dengan sang penciptanya, seperti memakai pakaian ala kadarnya ketika hendak sholat, terkadang adzan yang berkumandang 5 kali sehari masih saja tak dihiraukan, bahkan yang masih sering dilakukan yakni menilai manusia dari penampilannya dulu. Setelah puas menanyakan hal itu, Ali pun hendak pamit terlebih dahulu kepada sang bapak sekaligus meminta maaf atas pernyataannya yang dimana Ali salah menilai sang bapak.

***

Ketika panggilan sholat berkumandang menjelang maghrib, Ali sontak kaget karena dirinya bangun kemaleman yang berakhir tidak sholat ashar. Lantas Ali langsung bergegas sholat maghrib sekaligus menggantikan sholat ashar yang belum ia lakukan. Ketika tak berselang lama, adzan isyak berkumandang Ali langsung bergegas ke masjid untuk sholat berjamaah. ketika sesampainya disana, Ali melihat seorang laki-laki yang sangat muda darinya dengan memakai kain ala kadarnya untuk menggantikan sarung yang ia kenakan, lalu Ali mencoba mengajak ngobrol dia dengan menanyakan "Dek namamu siapa? Sarungmu mana? kok cuman pakek kain." dengan nada sedikit tertawa tipis dan mengarah mengejek, lantas langsung dijawab oleh sang adik "Namaku Iman mas, tadi aku maunya makai sarung cuman karena takut kelamaan akhirnya makai kain aja."

"Toh Allah gak pernah lihat penampilannya juga." ucap Iman dengan nada serius tatkala umurnya yang sangat jauh berbeda dengan jalan pikirannya. Lantas jawaban tersebut membuat Ali sempat tertampar dan terdiam sejenak, ketika apa yang kamu lihat belum tentu sama dengan apa yang kamu pikirkan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@shyarlitha : Makasih banyak kak
Keren, Mas.
@egidperdana89 : Makasih kak sudah mau berkenan membaca karya saya🙏, nanti saya meluncur ke lapak kakaknya barangkali dapat renfresi juga dari karya kakaknya
Makasih kak sudah mau berkenan membaca karya saya🙏, nanti saya meluncur ke lapak kakaknya barangkali dapat renfresi juga dari karya kakaknya
Suka, keadaan sosial masyarakat saat ini. Pun saya juga seringnya seperti Ali.
Salam kenal, kak. Kalau berkenan juga mampir ke lapak saya, ya. 🙏
@darmalooooo : Baik kak siap meluncur hehehe, barangkali saya dapat refrensi juga dari karya kakaknya
Dengan senang hati,mampir ke lapak saya Kak.
@darmalooooo : Makasih kak
Menarik
@amirkhotib : Halo kak, makasih kak sudah berkunjung dan membaca karyanya.
Rekomendasi dari Religi
Cerpen
Antara pandangan mata dengan hati yang tak sejalan
Ilham Nursyamsi Ardiansyah
Novel
PEREMPUAN SURGAWI
ChumeyOks
Flash
Senandika di Peron Dua Belas
Ravistara
Novel
HASANA (Jalan Hijrah sang Gadis Mafia)
Ayu Fitri Septina
Flash
KONFRONTASI AKAL & RASA
Paulus Renggo
Cerpen
Bronze
Syahid Tak Bernama
Oyenoyenmpus
Novel
Bronze
Syariat Cinta
YF Rijal
Novel
Gold
195 Pesan Cinta Rasulullah untuk Wanita
Noura Publishing
Novel
Gloomy
sunraess
Cerpen
Bronze
Judi
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
SPLASH LOVE IN SEOUL
Puput Sekar K
Novel
Faiq, sang Konseptor B.A.H.A.G.I.A.
Mahabb Adib-Abdillah
Cerpen
Takdir Lauhul Mahfudz
Albadriyya_haw
Novel
Gold
Sinau Bareng Markesot (Daur VII)
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Dari Syukur Hingga Syakur
Sukma El-Qatrunnada
Rekomendasi
Cerpen
Antara pandangan mata dengan hati yang tak sejalan
Ilham Nursyamsi Ardiansyah
Cerpen
Tak kunjung padam
Ilham Nursyamsi Ardiansyah