Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di tengah laut Jawa, tepatnya 12 mill jaraknya dari pantai Kalimantan Timur, angin berhembus seperti suara panjang yang tak pernah selesai. Ombak menggulung, menampar tiang baja, lalu pecah menjadi buih yang lenyap di udara asin. Rig pengeboran itu berdiri kokoh seperti raksasa yang kesepian, dikelilingi hanya oleh laut, langit, dan kesunyian.
Romi menatap permukaan air dari dek atas. Tangannya menggenggam mug kopi hitam yang sudah tidak begitu panas, tapi masih ada sisa kepulan hangat yang terbawa angin. Ia mengenakan helm merah dengan logo perusahaan minyak tempatnya bekerja, tapi pikirannya jauh ke daratan, ke Bandung yang pagi-paginya selalu dingin dan berbau hujan.
Sudah dua puluh dua hari ia di sini. Dua puluh dua hari tanpa suara manusia selain rekan-rekan kerjanya yang bicara seadanya, dengan kalimat pendek dan kebanyakan kalimat teknis di pekerjaan.
“Reached!” (konfirmasi bahwa kedalaman sumur bor telah sesuai dengan yang di rencanakan. Total depth reached)
“Slack off!” (Slack off the weight; Kendurkan beban/longgarkan): Instruksi untuk mengurangi beban pada tali atau pipa, misalnya untuk menambah berat pada mata bor.
“Casing run!” (Prepare for casing run, persiapan untuk penurunan casing): Instruksi untuk mempersiapkan pipa casing dan peralatan terkait untuk dipasang di dalam lubang bor).
Percakapan di laut jarang punya makna. Semuanya teknis. Tidak ada tawa yang benar-benar lepas.
Ia mengisap rokoknya pelan. Di sebelahnya, Nanda, seorang mekanik muda dari Sulawesi, sedang memperbaiki lampu sinyal.
“Lo gak pulang-pulang, Rom?” tanya Nanda, sekadar basa-basi.
“Besok, enam hari lagi schedule ganti shift. Pulang,” jawab Romi, matanya tetap di laut.
“Enak, tuh. Pulang ke Bandung ya?”
Romi mengangguk. Tapi senyumnya tidak sampai ke hati. Mata...