Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Annelise van Dijk
2
Suka
1,930
Dibaca

Setelah perkenalanku dengan Luca, ternyata tanpa aku sadari aku semakin banyak berinteraksi dengan mereka yang tidak terlihat. Cerpen ini kutulis sebagai persembahan untuk Annelise van Dijk. Sosok hantu Noni Belanda yang mengajarkanku tentang arti penderitaan yang tersembunyi di balik senyum dan kehidupan yang terlihat sempurna.

Annelise bukan hanya sekadar arwah yang gentayangan, tetapi juga jiwa yang terperangkap dalam rasa bersalah dan luka yang tidak pernah sembuh. Dari cerita hidupnya, aku belajar bahwa bahkan di tengah kemewahan dan kehidupan indah, seseorang bisa mengalami penderitaan yang begitu dalam, hingga memilih untuk mengakhiri semuanya. 

***

Aku tidak pernah membayangkan bahwa hari-hariku di SMA akan dihantui oleh cerita-cerita menyeramkan. Saat itu, aku sedang duduk di tahun kedua. Sekolahku merupakan SMA tertua di kota tempatku tinggal. Bangunannya berdiri megah dan kokoh, tetap bertahan selama lebih dari satu abad.

Sekolahku dibangun pada tahun 1922, mengusung arsitektur gaya Indis yang khas dengan perpaduan unik antara gaya kolonial Eropa dan unsur lokal. Ciri khasnya tampak jelas pada pintu-pintu besar, jendela-jendela lebar, dan lubang ventilasi yang dirancang untuk memastikan sirkulasi udara berjalan lancar, menjadikannya nyaman meskipun di tengah cuaca tropis. Keanggunan bangunan ini memancarkan nuansa klasik yang memikat, mulai dari dinding tinggi yang kokoh hingga langit-langit yang menjulang. Namun, di balik pesona arsitekturalnya, sekolah ini menyimpan jejak sejarah panjang yang tidak hanya penuh cerita indah, tetapi juga bayangan kelam yang menjadi bisik-bisik di kalangan para siswa.

Menurut cerita para kakak kelas, sekolah ini menyimpan segudang misteri yang sulit diabaikan. Bagaimana tidak? Sekitar seratus tahun yang lalu, bangunan ini bukanlah SMA seperti sekarang, melainkan sebuah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sekolah menengah pertama pada masa kolonial Belanda. Johan Jacob Coert, seorang pejabat Belanda, menyetujui pembangunan MULO ini setelah adanya desakan dari warga Eropa yang menginginkan pendidikan menengah yang lebih baik untuk anak-anak mereka. Pemerintah Belanda akhirnya memberikan petak tanah kosong seluas dua hektar yang dibeli seharga 3.335 Gulden. Pembangunan MULO ini bahkan sempat menjadi berita besar, termuat dalam surat kabar Belanda seperti De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad.

Namun, masa kejayaan MULO tidak berlangsung lama. Ketika Jepang menduduki Indonesia, sekolah ini ditut...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Jual Obat Penggugur Asli (Cytotec) WA : 081222292216 Di Surabaya
Sarihusada
Flash
Bus Hantu
Deandrey Putra
Skrip Film
KUTUKAN
Bramanditya
Cerpen
Bronze
Panggilan 000
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kakek Memanggil
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Fantasteen Double R
Mizan Publishing
Novel
The Last Karta
Samuel Fetz
Novel
Selasa Pukul 03.00
Anggi Gayatri Purba
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Who is The Ghost? || Sebuah Romansa Putih
Arifzu
Flash
Bronze
Studio 3
Afri Meldam
Novel
Bulan Madu yang Tertunda
Innuri Sulamono
Cerpen
Mereka Ingin Aku Percaya
Riana Dewi
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Flash
Suara dari Masa Lalu
Allamanda Cathartica
Flash
Jangan Percaya Siapa Pun
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Flash
Kasus 99
Allamanda Cathartica
Flash
Nyai Sendang Larangan
Allamanda Cathartica
Flash
Kepala di Bawah Tempat Tidur
Allamanda Cathartica
Novel
Siluet Kematian
Allamanda Cathartica
Flash
Labirin Bawah Tanah
Allamanda Cathartica
Flash
Sesajen
Allamanda Cathartica
Flash
Penyusup di Rumah Sakit
Allamanda Cathartica
Flash
Tamu Tak Diundang
Allamanda Cathartica
Flash
Sandiwara Berdarah
Allamanda Cathartica
Flash
Bayangan Kasus 99
Allamanda Cathartica
Flash
Refleksi Terakhir
Allamanda Cathartica