Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pratinjau: Luka itu mengendap lama, menyebabkan serangan tak berjuwud. Hari ke minggu, bulan ke tahun, setia terus menunggu di depan pintu. Namun, bukan sosoknya yang pulang, melainkan kepedihan yang menjadi buah tangan.
===============
Bagian 1
Aku terduduk menatap dinding kosong. Pikiran terasa kopong. Batin berharap dunia sedang berbohong.
Silih berganti para tetangga datang memberiku kata-kata penghiburan. Namun, nestapa justru semakin menganga dalam lamunan. Berbagai pengandaian pun turut memperberat hatiku untuk menerima suratan takdir ini.
Bisakah waktu kuputar untuk memperbaiki hari-hari yang dulu? Adakah cara untuk melintasi dimensi—mengunjungi tragedi 15 tahun lalu? Atau bolehkah kemarin berjalan tanpa menggunakan satuan masa?
***
Saat tengah sibuk bekerja, seseorang meneleponku. Dia mengabarkan ibuku tengah berada di kantor polisi bersamanya. Kontan, aku panik. Apa yang sudah diperbuat oleh Ibu?
Aku pun bergegas mengendarai motor menuju kantor polisi. Semoga saja keberadaan Ibu di sana tidak ada sangkut paut dengan tindakan kriminal.
Begitu tiba, aku langsung menemui Ibu di Unit Pelayanan. Berbagai prasangka mengaduk-aduk pikiranku.
“Pak, apa yang Ibu saya perbuat sehingga ia ada di sini?” tanyaku kepada Pak Polisi yang duduk berhadapan dengan Ibu.
Sementara itu, Ibu bagai patung yang duduk dengan pandangan horizontal. Tak ada sapa—tak ada suara yang mengalun dari bibirnya.
“Tenang, Da! Ibu kamu nggak ngelakuin apa-apa,” terang tet...