Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dari semua musuh yang ingin Rania enyahkan saat ini, tidak lain yaitu dirinya sendiri. Sejak Andrew memutuskan hubungan mereka dan lebih memilih Shita, wanita cantik juga modis membuat Rania merasa kehilangan harga diri dan tak berharga lagi.
Sudah seminggu ini, ia tak keluar kamar. Setiap hari hanya menghabiskan waktu untuk memikirkan dan membahas Andrew dengan Rina sahabatnya melalui telepon dan pesan singkat. Ia juga memuat cerita dan status galau di semua akun media sosialnya.
Matanya sembab, tak ada nafsu makan hanya mengurung diri di kamar sembari sesekali berkaca, memperhatikan diri secara detail dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Andai aja gue cantik, putih, tinggi dan keren. Pasti Andrew gak pernah ninggalin gue" Keluh Rania.
Jika ia sudah lelah, ia akan membuka hp. Mengintip dan mencari tahu informasi tentang Andrew dan Shita melalui akun palsunya.
"Rania, tolong buka pintu!" teriak ibu sembari mengetuk pintu.
Rania membuka pintu, membiarkan ibu masuk dan duduk di sampingnya.
"Ran, kalau kamu begini terus, bagaimana kita bisa makan. Sudah seminggu kamu gak masuk kerja, apa atasanmu gak akan marah. Kamu juga gak masuk kuliah, ada apa?" Tanya Ibu sembari mengelus rambut Rania. Rania hanya menggelengkan kepala, tidak menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
"gak ada apa-apa, bu. Aku hanya gak enak badan" Jawab Rania menengkan Ibu.
Menyadari butuh uang agar hidup tetap berjalan. Rania meminta maaf pada Ibu. Ibu tak menjawab apa-apa, hanya memeluk Rania dan berterima kasih, karena Rania sudah mau bekerja keras selama ini demi kehidupan mereka berdua.
***
Di suatu pagi di Stasiun Bus, Rania yang sedang berangkat kerja tak sengaja bertemu Andrew dan Shita. Mata mereka saling menatap, namun Rania segera menghindar agar tak saling berinteraksi.
Rania duduk tertunduk lesu, rasanya ingin menangis tetapi ia sekeras mungkin menahan agar air matanya tak jatuh. Suara di kepala terus berbisik , ketika ia mengangkat wajahnya, ia melihat seorang wanita cantik duduk bergandengan tangan dengan pria yang sangat tampan. Hatinya tersentuh, berharap suatu saat bisa memiliki seorang yang bisa mencintai dan menerima dirinya.
"Andai aja gue cantik, gue pasti gak susah dapatin cowok ganteng atau cowok yang gue mau" Rania mengeluh lagi.
Sepanjang perjalanan Rania memaki diri sendiri. Setibanya di Kantor, Rania disambut dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kisah cintanya dengan Andrew. Namun ia enggan menjawab, segera menyalin baju dan memulai bekerja.
"Ran, kamu putus sama Andrew?
Dia selingkuh?" Tanya Fera temen kerja Rania.
"Malu kali dia pacaran sama lu, dia kan udah Manager Sedangkan lu masih jadi cleaning service" Lanjut Fera.
Fera membuat Rania semakin marah,
"diam! lu kalo gak tau apa-apa gak usah komen" Rania membentak Fera.
"Gue gak bermaksud ngehina lu, Ran.
Lu sering liat si Andrew posting sama cewe-cewe cantik di Instagramnya bahkan di Tok-tok dia sering joget-joget sl sama cewe-cewe itu. Lu gak mikir?" Jelas Fera yang membuat Rania diam seketika.
Pulang Kerja, Rania mengurung diri lagi, hanya mengucapkan salam pada Ibu tanpa bicara panjang lebar. Hal itu membuat Ibu sangat sedih, Ibu memanggil Rania namun Rania tak membukakan pintu.
"Aku ngantuk, Bu.
Rania mau langsung istirahat saja" Sahut Rania yang diam-diam menangis lagi.
"Sadar diri dong, Rania. Lu tuh cuma orang miskin, Lu itu item dekil, Lu itu jelek, Lu seharusnya sadar kalo sejak kecil emang lu gak pantes dapat apapun yang Lu mau di dunia ini" Rania memaki diri sendiri lagi.
"Ran kamu nangis lagi?
Kamu kenapa, nak?
Rania, tolong buka pintunya!" Teriak Ibu cemas, namun
Rania tak gubris sama sekali.
"Aku lelah ya Allah, mengapa semua yang aku mau harus aku kerja keras dulu baru aku dapat?
Mengapa aku gak bisa seperti orang-orang di luar sana yang mudah mendapatkan apa-apa?
Sejak kecil aku susah, aku kerja mati-matian ya Allah.
Aku dihina, dipandang sebelah mata sama orang-orang.
Dan sekarang aku juga di buat makin gak punya harga diri" Rania menangis keras.
***
Ibu sedang duduk terdiam di ruang makan, menunggu Rania bangun lalu sarapan bersama.
"Ran, Kamu ada masalah sama Andrew?" Tanya Ibu dengan lembut.
"Andrew selingkuh, Bu
Dan dia memilih wanita itu daripada aku" Jelas Rania.
"Ran, Ibu membesarkan kamu sendiri.
Ibu hanya pengen kamu bahagia, ibu gak mau kamu
sedih dan menangis, apalagi kamu sampai mengurung diri dan gak mau sedikit pun ngomong sama Ibu"
"Aku emang sejelek itu ya, bu?"
"Hah!" Ibu tercengang
"Ran, kamu cantik!
Kamu pintar, mandiri, kamu pekerja keras!
Diselingkuhin dan ditinggalin, bukan berarti kamu jelek"
"Tapi kalo aja aku cantik, pasti aku gak akan ditinggalin, bu!" Jawab Rania seraya meninggalkan Ibu.
Sejak hari itu, Rania selalu berpikir untuk operasi plastik juga agar hidungnya mancung. Tetapi tentu saja hal itu membutuhkan uang yang banyak. Setelah mencari banyak cara, ia akhirnya menemukan jawaban.
"Mulai besok aku pakai pakai seksi, joget lalu upload di semua akun media sosial yang ku miliki"
Yah, itu adalah hal yang dilakukan beberapa wanita yang mungkin tak memiliki alasan atau entahlah.
Sebulan pertama biasa saja, semakin sering Rania memuat Video akhirnya disorot juga. Banyak kaum adam yang mulai menggoda di kolom komentar, namun ada juga yang mengkritik dengan sinis. Beberapa orang memberi hadiiah, pada video-videonya.
Rania sangat senang, ia berhasil mencuri perhatian. Tetapi tentu komentar-komentar negatif hampir penuh di setiap konten yang dia muat.
"Ih udah hitam, dekil, miskin, betingkah lagi lu" Komentar seorang warganet
"Ibumu pasti bangga, mbak!" Komentar yang lain.
****
Di suatu sore di hari Sabtu, Ibu sedang ke Warung membeli garam. Seorang tetangga menghampiri Ibu dan berkata "Bu, tolong bilangin Rania, jangan bikin video-video begitu di Medsos sembari ngerokok lagi"
"Maksudnya apa ya bu Vem?" Respon Ibu tak mengerti.
"Loh, itu Rania anak Ibu sekarang jadi liar begitu.
Iya sih, bisa dapat uang, tapi apa Ibu tega anak gadis ibu jual tubuh di sosial media"
Segera Ibu Vemi memperlihatkan video-video Rania kepada Ibu. Hal itu sungguh menyakiti hati Ibu. Ibu tak jadi membeli apa pun, hanya berbalik badan untuk pulang ke rumah.
Sampai di rumah, ia menangis keras. Ia merasa sangat sedih. Rania menghampiri Ibu, dan bertanya,
"Ada apa, bu?"
Ibu hanya terus menangis.
"Ibu gak sanggup melihat kamu, dicaci, dimaki dan dihina oleh semua orang, Rania"
"Rania gak ngerti maksud Ibu"
"Kamu dimaki sama orang-orang, mengapa kamu hinakan dirimu sendiri, Nak?
Kamu cari apa di dunia Rania?" Nafas Ibu terengah-engah.
Rania mulai mengerti maksud Ibu, ia tertunduk dan menangis.
"Rania mau cantik, Bu.
Rania mau dapat uang yang banyak, agar bisa ke Salon mempercantik diri. Rania gak mau ditinggalin sama orang yang Rania cintai kelak"
"Rania apa Ibu ada di tujuan hidup kamu?"
"Bu, semua yang aku lakuin selama ini buat kita.
Aku mau lihat ibu bahagia"
"Tapi kalo kamu tanya perasaan ibu sekarang, ibu sangat terluka, Rania. Melihat kamu anak yang ibu banggakan, menghinakan diri di depan khayalak"
Rania membeku..
"Rania, mau secantik apa pun seorang wanita. Jika ia sudah menghinakan dirinya sendiri, ia sudah tak berharga lagi
Kamu jadi bahan olokan, kamu di tertawakan oleh semua orang, apa itu membanggakan?" Jelas Ibu kecewa.
Rania sangat sedih melihat ibu kecewa dan terluka karena dirinya. Ia berlutut meminta maaf, lalu menghapus semua konten-konten yang tak bermanfaat itu.
Sejak saat itu, Rania tak lagi melakukannya. Walau jejak digital tak bisa dihilangkan, ia berusaha hidup lebih baik dan benar.
***
Setelah lulus Kuliah dari kejuruan Psikologi, Rania memutuskan untuk membuat konten lagi, tapi kali ini ia membagikan ilmu pengetahuan yang ia miliki, isinya menarik hingga banyak orang yang mau berkonsultasi. Semua hinaan dan cacian kini berbalik jadi pujian.
Julia Perez pernah mengatakan "Semua wanita harus punya kecerdasan karena dunia terlalu keras jika hanya mengandalkan kecantikan"
Jika nasib baik dan keberuntungan hanya dituju pada orang cantik/tampan, mungkin dunia akan di isi oleh orang-orang tersebut, tapi Tuhan itu baik, Ia menunjukan keagungan-Nya lewat setiap insan yang berbeda-beda.