Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Apa kau masih mengingat cinta pertamamu? Aku masih. Lebih tepatnya, aku tidak pernah benar-benar berusaha melupakannya.
Gadis itu cerah, seperti matahari. Berkebalikan denganku, si pembawa hujan.
Pertemuan pertama kami terjadi di bawah derai hujan. Hari itu aku tidak langsung pulang ke rumah, sekalipun klub sepak bola yang kuikuti diliburkan karena Kinoshita-sensei sedang sakit. Aku tidak ingin pulang, karena pulang berarti mendengar ibuku memaki ayahku, yang akan dibalas dengan tamparan dan teriakan yang lebih keras. Selalu. Setiap hari. Jadi aku tidak pulang. Aku memilih berteduh di bawah perosotan besar di taman dekat sekolah, yang cat kuningnya sudah banyak mengelupas, menunggu hingga hujan—juga pertengkaran mengerikan itu—mereda. Ayahku akan keluar rumah saat hari sudah gelap, menghamburkan uang yang didapat ibuku dengan bekerja di kedai bento dari subuh hingga sore bersama teman-teman pemabuknya, dan itu berarti tidak akan ada teriakan setidaknya hingga pagi kembali datang bersama pengacau itu.
Biasanya, aku menunggu sendirian. Kadang ditemani seekor anak anjing yang bosan meringkuk di dalam kardus tempat pemiliknya meninggalkannya di taman itu, atau burung gereja yang selalu terbang menjauh tiap kali aku mengulurkan tanganku ke arahnya. Aku selalu menunggu sendirian, hingga hari itu. Hingga gadis itu berlari menembus hujan ke bawah perosotan, lalu berjongkok di sisiku sambil memeluk ransel merahnya. Rok motif kotak-kotaknya tampak mahal,...