Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Nama itu sekarang bergema di setiap ruang bisnis Manhattan: Alishia Moore.
Ia bukan lagi “korban kecelakaan” yang dulu diselamatkan Michael. Ia bukan pula perempuan rapuh dengan tatapan kosong. Kini ia berdiri sebagai sosok yang anggun, percaya diri, dan dihormati banyak orang.
Setiap pagi ia berjalan keluar dari penthouse di Central Park South, ditemani cahaya matahari yang memantul di jendela-jendela kaca gedung tinggi. Gaun kerja rancangan Oscar de la Renta atau blazer minimalis Dior melapisi tubuhnya, sementara langkahnya terbungkus Jimmy Choo yang berkilau. Tak ada yang menyangka, di balik senyum elegan itu, tersimpan masa lalu yang penuh retakan.
Yang lebih mengejutkan, keluarga Johnson—konglomerat raksasa Amerika—menerimanya dengan tangan terbuka.
Bahkan, Raymond Johnson, ayah Michael, sering berkata di depan publik:
“Alishia bukan menantu. Dia anakku sendiri.”
Ucapan itu bukan sekadar basa-basi. Raymond, seorang taipan berusia tujuh puluh dengan reputasi keras, menunjukkan kasih sayang yang nyaris tak pernah ia berikan pada Michael. Ia kerap menggandeng Alishia saat berjalan, menanyakan pendapatnya soal bisnis keluarga, bahkan lebih sering mengundangnya makan siang berdua dibanding putra kandungnya sendiri.
Michael?
Tidak pernah marah.
Ia...