Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Alena
0
Suka
12
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Alena mendongak, ingin tau siapa yang telah mengusap lembut kepalanya. Namun, ia tak mengenalinya. Sejenak setelah itu, Alena berhenti menangis. Ia merasa lelah, Alena terbaring dan tak sadarkan diri. Di saat yang bersamaan tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengusap kepalanya, memberikan ketenangan pada Alena. Lelaki yang belum pernah Alena temui sebelumnya. Alena langsung terduduk bersama dengan air matanya yang jatuh. Alena terisak tak kuasa menahan pedih yang terus menusuk hatinya seperti anak panah yang selalu tepat sasaran. Alena mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan.

"Hei senja! Apakah kau hanya bisa mengatakannya saja?! Lalu kau pergi begitu saja?! "Teriak Alena terisak.

Matahari mulai tenggelam, senja yang menemaninya beberapa saat lalu. Kini telah pergi, berganti malam. Alena berdiri mematung di tempat, menatap ke arah lautan biru yang sudah berubah hitam, hanya memancarkan bulan yang tak begitu terang. Alena berhenti menunduk menatap kakinya yang tersentuh ombak. Pasir yang lembut terbawa ombak yang surut.

Deburan ombak lautan hitam itu seakan berbicara kepadanya.

"Kau tidak akan bisa pergi dari situsi sulitmu... Selain kau menghadapinya dengan ketenangan. Dan menerima semua kenyataan."

Alena mematung terdiam seolah mendengar ombak yang berbicara padanya.

~ ~ ~

Alena terbangun ternyata semua itu hanyalah mimpi buruk, namun mimpi itu seperti di dunia nyata. Ia terbangun dengan perasaan sakit hati yang begitu dalam dan sedingin lautan yang kelam. Tapi hidup harus tetap ia jalani meski sepahit buah Momordica charantia. Setiap hari ia datang ke psikiaternya. Untuk mengobati luka yang sulit untuk di sembuhkan. Alena sangat depresi mentalnya telah memburuk. Hingga ia di diagnosis mengidap bipolar akut. Bahkan terkadang ia juga selalu berhalusinasi.

Ia mendatangi psikiaternya dengan berjalan lunglai dan tanpa ada kehidupan dalam diriya. Ia tahu, ia harus segera melupakan semua kenangan yang sudah lelaki itu berikan. Sudah 6 bulan lebih semenjak ia sering konsultasi ke psikiater tapi hanya dua puluh persen luka yang tersembuhkan.

“Hai Alena, bagaimana kabarmu hari ini apa kamu sering melatih apa yang aku suruh?” Tanya dokter Kira.

“Entahlah dok, semalam aku malah bermimpi buruk keadaan menyruhku untuk pergi dan pergi. Lautan itu sangat dingin dan gelap sekali."

“Emm… aku mengerti itu adalah bentuk dari halusinasi yang selalu mengganggumu.”

Setelah kurang lebihnya tiga puluh menit ia berkonsultasi dengan Kira, hanya satu persen yang tersembuhkan.

“Baiklah Al, mungkin cukup sampai disini dulu ya,”

Alena mengangguk kemudian ia pergi dari ruangan dokter Kira dan pergi ke suatu tempat. Dingin menyelimuti kota Jerman salju mulai turun dengan perlahan, Alena pergi ke jembatan ia melihat lautan biru yang indah nan luas memandang.

“Apakah aku bisa melupakan semuanya? Apakah aku bisa Kembali tenang seperti sebelum aku mengenal dia?” Gumam Alena pada laut yang tenang.

Hujan salju masih terus mengguyur kota Alena yang terdiam berdiri di atas jembatan tanpa payung. Tanpa ia sadari ternyata sudah ada seorang lelaki yang sedari tadi juga menatap lautan dengan payung yang ia genggam. Perawakanya tinggi. Dia berkulit putih mengenakan jaket panjang yang tebal.

Ada tatapan berat di matanya sepertinya dia juga mengalami masalah yang begitu hebat seperti yang di rasakan Alena saat ini. Ada baiknya jika Alena berani menyapa, bukan tak berani namun tak ada hasrat ingin berkenalan dalam dirinya. Ia hanya menatap lelaki itu dari kejauhan, lalu kembali lagi fokusnya kepada lautan.

Ombak yang tenang selalu bisa membuat hati Alena merasakan suatu desiran air yang mengalir tenang dalam hatinya. Alena menarik nafas berat sudah cukup lama ia berdiri disana bersama lelaki yang belum pernah ia temui. Ketika ia akan pulang, tak sengaja mata mereka saling menyapa namun tak ada senyuman di kedua wajah itu. Hanya tatapan kosong yang akhirnya kembali kepada masing-masing ruang. Keduanya pergi tanpa ada kata maupun sapa.

~ ~ ~

Setibanya di apartemen tak ada lagi kegiatan yang bisa ia lakukan selain menulis semua kenangan dan sesuatu yang ingin ia sampaikan. Saat ini Alena sedang cuti kerja tapi ia juga punya pekerjaan sampingan selain menjadi aktor utama untuk sebuah bintang film. Menulis cerita adalah pekerjaan sampingannya.

Dear

For today in german 27 mei 2018

Aku bertemu dengan seorang lelaki yang entah darimana asalnya, ia bertubuh tinggi putih dan juga mempunyai tatapan kosong sepertiku.

Wahai langit yang sedari tadi menurunkan salju apakah kamu bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di benakku?

Ada banyak sekali pertanyaan yang tidak bisa aku jawab, dan aku tak tahu jawabnya. Bahkan sutradara ku pun tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang selalu aku lontarkan.

Wahai salju yang turun menyelimuti jalanan serta menyelimuti seluruh kota yang membuatnyaa indah dan menyegarkan mata. Apakah enkau bisa menjawab satu persatu pertanyaan yang selalu memutar dan memenuhi isi pikiranku?

~ ~ ~

Tahun sudah berganti, musim pun ikut berganti tak ada satu jawaban pun yang bisa menjawab semua pertanyaan Alena. Bahkan angin hanya berhembus dengan tenang di musim gugur. Alam sudah cerah tidak ada lagi salju, bergantikan dedaunan yang beterbangan mengikuti arah angin. Musim gugur yang indah sekali, Alena menatap keluar jendela dari apartemennya yang langsung menyuguhkan alam semesta dan pohon-pohon musim gugur dengan dedaunan berwarna oranye. Kini hati Alena tak segugur musim gugur tahun lalu. Hatinya sudah kian membaik tak ada lagi dia, sesosok lelaki yang dulu menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.

Alena menghirup udara segar, sesegar musim di tahun ini. Sudah dari beberapa hari yang lalu Alena sudah bisa kembali bekerja mengisi film-film drama, namun ia belum di perbolehkan mengisi film besar lagi sebagai aktor utama karena kondisinya yang belum pulih normal dan itu sudah kebijakan dari sang sutradara.

"Al, kamu sudah cukup sembuh kan? Oke kamu sudah bisa bekerja dan mengisi film-film pendek lagi. Tapi, belum untuk progres film yang sedang kita cutikan dulu ya. Karena melihat kondisimu yang belum sepenuhnya pulih. Saya hanya khawatir saat pembuatan film itu di mulai kamu malah kambuh lagi" Ujar sutradara hari itu.

Alena mengangguk mengerti. Meski demikian Alena tetap bahagia bisa kembali tertawa dan bersanda gurau bersama rekan kerjanya. Alena menghembuskan napas lega, ia bersyukur bisa kembali merasakan suasana ini lagi.

"Di setiap malam aku selalu merindukanmu berharap kamu datang di waktu-waktu yang senggang. Angin malam bertiup dingin hanya melewati tidak ada arti lain didalamnya. Karena masalah kehidupan tidak akan pernah selesai sampai, benar-benar selesai dengan kehidupan ini. Semua maslah itu tergantung pada bagaimana cara kita menyikapinya."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
DONGENG-DONGENG MASA LALU
Nyarita
Cerpen
Alena
Awan ElBiru
Flash
Ketika Cita-citamu Datang Menyelamatkanmu..
Shabrina Farha Nisa
Novel
Gold
Janji
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Second Lead
Siti Nur Laela K
Novel
Bronze
Terjebak Dalam Novel
Reira Alissa
Cerpen
Ketika Cinta Berbicara
Adelia Putri Sukda
Skrip Film
Gamers is my husband
Silsi
Novel
Bronze
KISAH TAK TERLUPA
Linda Fadilah
Novel
Bronze
JIVA
Erlina P. Lestari
Novel
Pembohong Ulung
Rizal Syaiful Hidayat
Novel
Bronze
Antara Darah Dan Hati 2: Dream Reality Seri 4
Fahlevi Anggara Fajrin
Novel
SELINGKUH DENGAN ISTRIKU
DaraTresnaAnjas
Novel
SEPASANG BAYANGAN
Genoveva Dian Uning
Flash
Better Than Sweets
Honeymenu
Rekomendasi
Cerpen
Alena
Awan ElBiru
Flash
Cinta Sepertiga Malam
Awan ElBiru
Cerpen
Sahabat terbaik
Awan ElBiru