Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Aku Tidak Sakit
0
Suka
55
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bab 1 – Warisan yang Menyala Sendiri

Udara di dalam rumah warisan itu berbau apak dan kenangan yang membusuk. Davin menarik napas panjang, menahan gelombang mual yang naik ke tenggorokannya. Bukan karena bau, tapi karena beban yang tiba-tiba menimpanya. Orang tuanya—kedua-duanya—tewas dalam kecelakaan tunggal di jalan tol, sebuah insiden yang begitu mendadak hingga Davin merasa seperti terlempar ke dalam dimensi lain. Ia sekarang adalah satu-satunya pewaris, dan rumah ini, dengan segala isinya yang terasa membeku dalam waktu, adalah miliknya.

Selama seminggu terakhir, Davin sibuk mengurus formalitas kematian, menjauhi rumah yang terasa terlalu sunyi ini. Kini, ia tak punya pilihan. Ia harus membersihkan, mengatur, dan pada akhirnya, menghadapi hantu-hantu kenangan yang berkeliaran di setiap sudut. Matanya menyapu ruang tamu yang luas, mencari titik awal. Debu menutupi segalanya seperti selimut abu-abu yang tebal. Kursi-kursi berlengan yang dulu menjadi saksi tawa dan pertengkaran kecil, kini membisu. Rak buku yang penuh dengan novel-novel usang dan album foto keluarga, tampak sendu.

Di tengah semua itu, di dinding yang berhadapan langsung dengan pintu masuk, berdiri sebuah anomali. Sebuah televisi tabung besar, keluaran tahun 80-an, dengan layar cembung dan bodi kayu gelap yang tebal. Beratnya pasti tak masuk akal. Sejak kecil, Davin ingat televisi itu selalu ada di sana, seperti bagian tak terpisahkan dari fondasi rumah. Ayahnya pernah bercerita, televisi itu adalah hadiah pernikahan kakek neneknya, sebuah barang antik yang mereka banggakan. Davin tak pernah benar-benar menyentuhnya, apalagi mencoba memindahkannya. Televisi itu seolah menancap kuat, lebih dari sekadar perabot, melainkan monumen bisu dari masa lalu.

Ia ingat pernah mencoba mendorongnya sekali, saat ia masih kecil dan penasaran ingin melihat apa yang ada di balik layarnya. Televisi itu tak bergeming. Rasanya seperti ada lem super yang menempelkannya ke lantai, atau bahkan menyatu dengan struktur bangunan. Davin menyerah, dan televisi itu terus menjadi pusat gravitasi ruang tamu, sebuah kotak hitam yang terkadang menampilkan gambar buram dari acara berita atau sinetron sore.

Malam itu, setelah seharian membersihkan beberapa ruangan yang paling esensial—kamar tidur, kamar mandi, dan dapur—Davin merasa kelelahan. Punggungnya pegal, dan jiwanya terasa lebih berat daripada tumpukan debu yang ia singkirkan. Ia memesan makanan daring dan memakannya di atas meja kopi yang sudah ia bersihkan seadanya. Cahaya remang-remang dari lampu belajar yang ia bawa sendiri menerangi sudut ruangan, menyisakan sebagian besar ruang tamu dalam kegelapan yang pekat. Matanya sesekali melirik ke arah televisi tua itu. Dalam kegelapan, benda itu tampak seperti mata raksasa yang menatap kosong ke depannya, memantulkan sedikit cahaya dari jendela yang terbuka.

Ia mencoba untuk tidak memikirkannya, berusaha mengalihkan perhatian dengan memutar musik dari ponselnya. Namun, entah mengapa, televisi itu seolah memiliki daya tarik tersendiri. Sebuah firasat aneh, seperti tarikan tak kasat mata, terus-menerus menarik perhatiannya kembali. Davin mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya kelelahan, stres pasca-kematian orang tuanya. Logikanya berteriak, "Ini hanya TV tua, Davin. Tidak ada yang istimewa."

Tepat ketika ia akan mematikan lampu dan mencoba tidur, sebuah keanehan terjadi.

Klik.

Suara itu datang dari televisi. Sebuah suara mekanis yang jelas, seperti tombol yang ditekan. Davin menegang. Ia yakin tidak ada siapa pun di sana. Jantungnya berdebar, bukan karena takut, tapi karena bingung. Ia tahu ia tidak menyalakannya. Tidak ada remot di sekitarnya, dan bahkan jika ada, ia tak pernah melihatnya berfungsi.

Lalu, sebuah cahaya samar mulai berpendar dari layar televisi. Mula-mula, hanya bintik-bintik putih yang menari-nari di atas latar hitam, seperti semut yang berkerumun. Kemudian, bintik-bintik itu menyatu, membentuk sebuah gambar. Davin terkesiap. Layar itu menyala sendiri.

Gambar yang muncul adalah hitam putih, buram, dan bergerak-gerak seperti rekaman CCTV lama yang bersemut. Sudut pandangnya aneh, seolah diambil dari ketinggian, menyorot ke bawah. Davin mengerjap, mencoba mencerna apa yang ia lihat. Itu bukan siaran televisi biasa. Tidak ada logo stasiun, tidak ada teks berjalan. Hanya gambar bergerak yang asing.

Ia melihat sebuah lorong sempit, ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Novel
Bronze
DI BALIK KAMPUS (1998)
Embart nugroho
Cerpen
Bronze
Aku Tidak Sakit
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jejak Sekuntum Mawar
Dwi Fitriani
Cerpen
Bronze
Cermin Yang Tersisa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pesan dari masa lalu
Novita Ledo
Novel
Gold
Fantasteen Scary Hole of Darkness
Mizan Publishing
Novel
6nam
Nikodemus Yudho Sulistyo
Komik
TOLONG KAMI
Andrianto
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Novel
JASAD DI DASAR JEMBATAN
Heru Patria
Cerpen
Ssst ... I See You
winda aprillia
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tamu si Anak Kunti
Silvarani
Cerpen
Bronze
Kutukan Merapi Tua
Christian Shonda Benyamin
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Aku Tidak Sakit
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Yang Tersisa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Reno
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Atau Dia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Merapi Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penunggang Kuda Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kakek Memanggil
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Guru BU Ratmi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kultus Sebuah Lagu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin