Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku terbangun oleh tepukan lembut Angga di pundak. Suara dari kereta yang sedang melaju adalah hal pertama yang membuatku sadar bahwa aku sedang dalam perjalanan menuju Stasiun Lempuyangan. Kulirik Angga yang duduk di sampingku dan tersenyum.
"Siap-siap, Bell. Sebentar lagi sampai," ucapnya.
Sejenak aku terdiam mengumpulkan kesadaran yang belum pulih benar. Kupandangi luar jendela. Gelap. Aku sangga dagu dengan telapak tangan dan bersandar pada dinding bawah jendela itu. Hanya lampu-lampu dari gedung dan rumah-rumah warga yang sekejap melintas menjadi perhatian. Kemudian aku melamun.
Ingatanku terbawa pada pendakian tiga bulan lalu di Gunung Semeru, ketika Aku, Angga, dan teman-temannya yang sebenarnya tidak aku harapkan membersamai kita. Aku sudah bilang padanya bahwa aku hanya ingin melakukan perjalanan itu berdua saja, tetapi Angga rupanya tidak bisa mengabulkannya. Padahal dia sudah berjanji padaku. Sungguh menyebalkan.
Jujur aku cemburu. Tengsin sebenarnya mengakui bahwa yang membuatku cemburu bukanlah perempuan lain, melainkan teman-temannya. Angga kerap kali berbincang bersama mereka di sepanjang perjalanan tanpa benar-benar melibatkan aku. Mungkin karena aku memang bukan perempuan petualang seperti tipenya.
Pertama kali aku mengenal Angga itu di sosial media, Instagram tepatnya. Dia yang mengirim pesan terlebih dahulu padaku dengan mengomentari ceritaku yang menampilkan aku dan sahabatku berfoto di Kawah Gunung Tangkuban Perahu.
Angg...