Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Aku Mencium Melati
1
Suka
3,132
Dibaca

Bab 1: Aroma dari Masa Lalu

Dewi selalu memiliki ketertarikan yang aneh pada barang-barang tua. Baginya, setiap artefak, setiap perabot usang, setiap perkakas berkarat, bukan sekadar objek mati; ia adalah sebuah kapsul waktu, menyimpan gema dari kehidupan yang pernah menyentuhnya, bisikan-bisikan dari masa lalu yang tersembunyi. Ia bukan sekadar kolektor, ia seorang arkeolog jiwa, berusaha menggali cerita-cerita yang tak tertulis, merasakan jejak-jejak emosi yang melekat pada benda dan tempat.

Pencarian akan "kisah" yang unik inilah yang membawa Dewi jauh dari hiruk pikuk kota besar, menelusuri jalan-jalan sempit di pedesaan, hingga ke sebuah desa terpencil yang namanya bahkan jarang tercantum di peta wisata. Di sanalah, di tengah hamparan hijau persawahan dan bisikan angin dari hutan yang lebat, ia menemukan sebuah rumah tua bergaya tradisional yang telah lama tak berpenghuni. Rumah itu bukan bangunan megah atau artistik, melainkan sebuah struktur kayu yang kokoh namun usang, dengan atap genteng tanah liat yang ditumbuhi lumut dan jendela-jendela kayu yang sebagian besar tertutup debu tebal. Pagar kayu di depannya telah lapuk dimakan usia, dan pekarangannya dipenuhi ilalang tinggi.

Bagi sebagian orang, rumah itu mungkin tampak menyeramkan, terlupakan, bahkan angker. Namun, bagi Dewi, aura misterius itulah yang memanggilnya. Rumah itu memiliki banyak ruangan dan lorong yang membentuk labirin di dalamnya, seolah sengaja dirancang untuk menyimpan rahasia. Dinding-dinding kayu jati tua memancarkan aroma tanah dan kelembapan yang khas, sebuah bau yang Dewi identifikasi sebagai "bau sejarah." Ia bisa merasakan cerita yang tak terucapkan merembes dari setiap serat kayu, setiap retakan di lantai.

Negosiasi pembelian rumah tidak terlalu sulit. Pemiliknya, seorang lelaki tua yang tinggal di ujung desa, tampak lega ada yang mau membeli properti yang telah lama terbengkalai itu. Ia hanya berpesan samar-samar, "Rumah ini punya nyawa, Nak. Jaga dia baik-baik, jangan kau ganggu tidurnya." Dewi tersenyum, menganggapnya sebagai nasihat khas orang tua yang penuh mitos, tak terlalu dihiraukan.

Setelah proses administrasi selesai, Dewi dengan semangat membara memulai proyek pribadinya: membersihkan dan merapikan rumah itu, mengubahnya menjadi galeri sekaligus tempat tinggal yang bisa mengakomodasi koleksi artefak eklektiknya. Ia bekerja sendirian, hari demi hari, membersihkan sarang laba-laba, menyapu debu tebal, dan membuka jendela-jendela yang telah lama tertutup. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan yang dulunya gelap gulita memberikan sebuah perasaan pembaharuan, seolah rumah itu perlahan-lahan bernapas kembali.

Saat membersihkan sebuah kamar tidur utama yang terletak di bagian belakang rumah, yang paling jauh dari pintu depan, Dewi menemukan sebuah lemari pakaian tua yang terbuat dari kayu jati berukir rumit. Lemari itu sangat besar dan berat, tampaknya sudah tidak pernah digeser selama puluhan tahun. Di dalamnya, ia menemukan beberapa kain batik usang dan perhiasan kuno yang sudah berkarat, peninggalan dari penghuni lama.

Namun, di balik lemari itulah, Dewi merasakan sesuatu yang berbeda. Ada sebuah celah samar di dinding belakang lemari, seolah ada bagian dinding yang tidak rata. Rasa penasaran mengalahkan rasa lelahnya. Dengan susah payah, ia menggeser lemari pakaian itu. Suara gesekan kayu tua yang berat memenuhi ruangan yang sunyi.

Terungkaplah sebuah pintu kecil yang terbuat dari kayu yang sama dengan dinding, nyaris tak terlihat karena tersamarkan dengan ukiran dan warna kayunya. Pintu itu tidak memiliki gagang, hanya sebuah tuas kayu kecil yang tersembunyi. Jantung Dewi berdebar kencang. Sebuah ruang rahasia. Ini adalah penemuan yang ia impikan.

Dengan tangan gemetar, ia memutar tuas kayu itu. Pintu itu berderit pelan saat terbuka, mengeluarkan suara yang mengiris kesunyian. Gelap. Sangat gelap. Udara yang keluar dari celah itu terasa sangat pengap dan lembap, seperti udara yang sudah lam...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp13.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Aku Mencium Melati
Christian Shonda Benyamin
Flash
Bronze
Ajakan Bapak
Alfian N. Budiarto
Novel
Gold
The Motion of Puppets
Mizan Publishing
Novel
Bronze
The Photographer
Wira karmayudha
Novel
Hantu Musala: Pesta Mutilasi
Lasmana Fajar Hapriyanto
Komik
Bronze
REBORN
Aitzuga
Flash
Desa Berkabut
Agung Satriawan
Flash
Bronze
Risa arjawinangun
Okhie vellino erianto
Novel
Gold
Hilang
Bentang Pustaka
Cerpen
Dendam Arwah
Amelia Purnomo
Novel
Gold
Fantasteen Haunted School
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Zona Zombie -Novel-
Herman Sim
Novel
Gold
Fantasteen Scary Soul Eater
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
The Tell-Tale Heart
Jumel
Flash
Angin dan Daun Yang Jatuh
Salman Faris
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Aku Mencium Melati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Sumur Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Radio Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Kota Fajar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
#fyp Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pusaka Naga Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Yang Tersisa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Goresan Kuas Bermakna
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rumah Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Yakin Ini Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kaca Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Siapa Dia
Christian Shonda Benyamin