Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kenapa sih, semua orang yang baik sama aku itu pasti ada maunya. Semua inginkan uang dariku. Tak pernah aku mendapatkan orang yang benar-benar tulus, bahkan orang tuaku sendiri melahirkan dan membesarkanku dengan bersyarat, kalau aku harus mengganti uang yang ia berikan kepadaku daripada di dalam kandungan hingga dewasa. Seolah, aku dilahirkan hanya untuk ladang kepuasan mereka sebagai orang tua kandungku, tetapi sifat mereka lebih kejam dari ibu tiri!
Suara pinggan pecah dari arah dapur mengejutkan lamunanku. Segera aku berlari menuruni anak tangga dengan khawatir sambil berlari. Sampai di dapur aku melihat sesosok wanita sedang duduk membungkuk sambil badannya bergoncang, aku tahu dia pasti menangis. Lalu aku dengan perlahan menggoyangkan tubuhnya, kemudian ia mendongak ke arahku dengan matanya sudah membengkak.
''Emak berantem lagi sama Bapak?''Emak tidak menjawab hanya angguk.
Aku berdecik sambil memeras rambutku, lalu duduk di sebelah Emak, sambil menenangkan Emak ku elus perlahan bahunya.
''Shella, kamu tahu kan kalau Bapak semenjak kita pindah di Tangerang ini, kerjanya semakin malas. Sudah tahu tidak ada kebun pribadi tapi kerja malas-malasan, hutang banyak belum dibayar,'' keluh Emak padaku.
''Apa, hutang lagi? Emak hutang buat apa, sih! Setiap bulan aku kasih Emak uang belanja bahkan untuk bedak pun aku tanggung.'' Aku menjawab sambil elus dadaku dengan kelakuan Emak yang suka berhutang tapi mengeles saat penagih hutang datang ke rumah.
''Kamu kan tahu, Bapak kamu itu pemalas tapi makan masih kuat!'' ujar Emak tak mau kalah.
''Emak, kalau kayak gini terus caranya, lebih baik Emak cari kerja saja. Emak masih muda dan kuat, dan Emak bisa membahagiakan diri Emak sendiri. Aku nggak sanggup kalau setiap bulan bayar hutang beranak yang Emak pinjem terus. Aku juga punya impian Emak. Masa mudaku sudah hilang dengan kerja dan gajiku sudah habis untuk bayar hutang-hutang Emak, tetapi Emak tak mau berubah dan masih suka berhutang. Emak tahu alasan aku kandas di tunangan?''
''Mana Emak tahu, pastinya dia tidak cinta kamu,'' jawab Emak santai sambil menadah tangan. ''Bagi Emak uang RP 500.000 untuk jalan-jalan ke pantai besok. Pening kepala Emak melayan Bapak kamu itu!''
Aku tidak bagi Emak uang, biar Emak pikir sendiri. Sudah cukup hidupku dari dulu di atur dan gajiku pun di atur sampai aku belum punya tabungan. Bahkan, aku tidak pernah jalan-jalan, semua gaji hanya untuk orang tuaku. Sebab aku sayang Emak dan ingin kasih sayang Emak, tapi aku salah besar, kasih sayang Emak di ukur dengan uang. Ada uang aku dilayan bak ratu, tak ada uang aku dilayan lebih teruk dari babu.
''Shella! Kenapa kamu diam saja, mana uang untuk Emak!" bentak Emak dan aku tidak menjawab lalu meninggalkan Emak sendiri di dapur.
Aku benci sama Emak lama-lama, semakin aku memanjakan Emak, sifat Emak semakin parah dan...