Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
aku ada untukmu
2
Suka
2,277
Dibaca

Ada aku untukmu

Karya : frasy

Malam itu, langit menjadi gelap gulita, awan menangis sejadi-jadinya, petir petir menyambar bergantian, bersamaan dengan gemeletuk guntur yang menambah suasana tersendiri.

Semua orang mungkin lebih memilih menetap di dalam rumah yang hangat, bercanda tawa dengan keluarga, menonton TV, tidur, dan kegiatan lainnya yang dilakukan di dalam rumah.

Kecuali seorang perempuan, namanya Nana, baru setahun lalu menikah. Ia sedang duduk di kursi panjang depan rumah, menghadap jalanan kampung. Ia menatap jalanan itu dengan tatapan hampa (melamun). Hujan deras yang masih mengguyur kampung, angin berhembus kencang membawa percikan air ke mana-mana, sesekali menerpa kepala Nana yang telah dibalut hijab syar’i. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya sehingga ia betah di luar padahal dingin banget!

“Na... nggak dingin apa di luar?” tanya Jihat, yang bersetatus suami Nana.

“Hening...” tak ada jawaban, membuat Jihat semakin khawatir.

Jihat pun kembali masuk rumah dan membuatkan istri tercintanya teh panas, juga membawakannya jaket tebal. Ia tahu istrinya sedang sedih. Ia ingin menghibur istrinya. Perhatian banget!

Kriet... pintu depan rumah dibuka pelan, Jihat keluar sambil membawa teh dan jaket. Ia melangkah pelan, berhati-hati agar tehnya tidak tumpah, dan duduk di samping Nana.

“Na... jaketnya dipakai dulu biar nggak kedinginan. Nanti kamu sakit, Na... Aku nggak mau kamu sakit,” ujarnya lembut sambil memakaikan jaket ke tubuh Nana.

“Makasih...” lirih Nana dengan nada pelan dan bergetar, seakan memendam kesedihan.

“Aku juga buatin kamu teh panas, Na... Tapi kulanya dikit aja, soalnya yang minum udah kayak gula satu toples, manis banget!” ujar Jihat sambil mengecup kening Nana, berusaha menghibur istri tersayangnya.

Nana tersenyum, ia menggeser posisi duduknya supaya lebih dekat dengan Jihat dan menyandarkan kepalanya di atas pundak Jihat. Kayak drama Korea!

“Hat... aku pengin nangis...” lirih Nana yang masih menyandarkan kepalanya di pundak Jihat, air matanya menetes perlahan.

“Nangis aja, Na... Sampai kamu puas, aku di sini nemenin kamu terus kok,” ucap Jihat tulus sambil mengelus lembut kepala Nana dengan penuh kasih sayang. Ciee.

Hujan masih turun dengan sangat deras, sesekali petir menyambar menerangi sekitar. Kedua insan tersebut (maksudnya Nana dan Jihat) masih hening, dengan Nana yang menangis dalam diam.

“Hat... aku pengin cerita ke kamu...” ujar Nana memecah keheningan.

“Cerita aja, Na... Aku siap dengerin,” Jihat tersenyum.

Nana menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan-pelan. “Hat... kamu lihat hujan ini?” tanya Nana.

“Ya lihat lah! Kan kau punya mata,” jawab Jihat bercanda.

“Ihhh... ko kamu jawabnya kayak gitu sihh...!! Gak jadi cerita aku!!” ketus Nana. Nana mau cerita kok malah digituin! Jihat Dongo!

Jihat gelagapan, “Eh... iya, Na, aku lihat kok... Terlihat jelas di mataku.”

“UDAH! AKU GAK MAU CERITA!! TITIK!” Nana memalingkan wajah. Hayolohhh...

“Maaf, Na... Kalau gitu aku aja deh yang cerita. Ketika kau lihat hujan... aku merasa—” Jihat terdiam, sengaja tidak melanjutkan ceritanya, biar Nana penasaran. Hehehe...

“Hat! Terusin ceritanya! Jangan malah diemmm!!!” Nana yang tadinya ngambek sekarang memandang Jihat dengan ekspresi penasaran. (Lucu banget lihatnya.)

Wkwkwkkwk,” Jihat tertawa kecil. “Aku lanjutin cerita apa enggak? Kalau dilanjutin, cium pipi aku dulu.”

“Dih! Yaudah, sini mukamu, ku cium sekalian cokot!” ucap Nana sebel walau hatinya mati-matian menahan salting (salah tingkah).

Jihat mendekatkan mukanya ke wajah Nana dan... “CUP!” Ciuman hangat bibir Nana mendarat di pipi kanan Jihat. Hati Jihat berdetak kencang, wajahnya merah padam, begitu pula Nana, ia menutupi muka merahnya dengan kedua telapak tangan. Salting brutal! (Jangan ditiru bagi yang berpacaran tapi belum menikah, bukan mahram! Ingat Surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”)

“Aku lanjutin ceritanya apa enggak?” tanya Jihat, wajahnya berangsur kembali normal.

Nana mengangguk kecil, ia merubah posisi menjadi tidur dengan paha Jihat menjadi bantalnya. Jihat memandang Nana lamat-lamat lalu tersenyum. Imut bangettt, asli! Apalagi pas kayak gini.

“Ayo, Hat... gimana ceritanya?”

“Oke... oke... dengerin ya,” Jihat beralih memandang hujan. “Ketika aku melihat hujan... aku teringat berbagai kenangan... lebih tepatnya ribuan kenangan. Ada bahagia, sedih, haru, pokoknya banyak banget kenangannya, Na... Dulu pas aku masih imut-imutnya—”

“Heh, masih imutan aku!” Nana memotong cerita.

“Hehe... iya sayang... Kamu paling imut sedunia,” jawab Jihat.

“Makasih... Lanjuin ceritanya,” titah Nana.

“Dulu pas aku masih kecil, aku seneng banget sama hujan, apalagi pas ada teman-teman. Wuihh... seru banget! Kita balapan sepeda pancal, sambil tertawa-tawa, sampe ada yang jatuh. Kita juga berenang di tambak, Na... Sampai hujan reda baru pulang. Eh... besoknya pada sakit demam semua, wkwkwk,” Jihat tertawa mengenang masa lalu itu, masa lalu yang bahagia.

“Juga pernah, Na... aku kehilangan keluarga saat hujan... Sedih rasanya, aku gak mau ceritain yang ini,” Jihat tertunduk sedih.

“Tapi gak papa, Na, yang lalu biarlah menjadi kenangan,” Jihat menghela nafas panjang.

“Kalo kamu ceritanya kayak gimana, Na?”

“Cerita aku sih sedih banget, Hat...” lirih Nana.

“Na... kalau kamu nangis, peluk aku Na, seerat-eratnya. Aku ada untukmu.”

“Ibuku hampir tiada karena aku kabur untuk hujan-hujanan,” Nana terisak.

Jihat tersekat sejenak dan merangkul erat Nana. “Kalau kamu gak kuat, gak usah dilanjutin, Na... Aku gak maksa kamu cerita...” bisik Jihat.

Nana menghentikan tangisnya, tangan Jihat mengusap lembut air mata Nana. “Udah ya sayang nangisnya... Kalau kamu sedih, aku juga jadi sedih... Cup, cup, cup,” Jihat tersenyum sambil menguyel-uyel pipi Nana. Gemes banget rasanya, kayak Squishy.

“Hat! ... Jangan kayak gitu ah!” ucap Nana sambil menepis tangan Jihat yang iseng memainkan pipinya. Enak aja!

Jihat terkekeh. Salah siapa punya pipi segembul itu? Ia berusaha menguyel-uyel pipi istrinya lagi (ketagihan wkwkwk). “Utututuu... gembulnya pipi istriku, kayak Squishy,” godanya.

“Hat! Aku lagi sedih lho, jangan di gituinnn!” Nana memasang wajah cemberut yang malah membuat pipinya semakin gembul.

“Iya, iya... Aku salah, maaf. Sini aku peluk,” ujar Jihat yang merentangkan kedua tangannya dan langsung dibalas oleh Nana dengan sangat erat.

“Hat... maafin aku ya... kalau aku selalu ngerepotin kamu. Makasih ya Hat... udah selalu ada buat aku, jangan tinggalkan aku... Temenin aku terus... sampai kita tua nanti, sampai rambut hitam ini menjadi putih... sampai punya anak cucu... I LOVE YOU Hat...” ucap Nana tulus sambil menangis dalam pelukan suaminya.

“Iya sayangku... Aku juga makasih udah mau nemenin hidupku,” Jihat mencium lama kening Nana, memberi ketenangan

meski kita tidak tahu masalah apa yang membuat Nana sedih, tapi yang penting kan Nana udah nggak sedih lagi... dan itu urusan Nana dan Jihat, bukan urusan kalian! DONT KEPO URUSAN ORANG LAIN!!!

Hikmah: Sudahkah kita berusaha melakukan yang terbaik untuk orang tersayang? Menemaninya kala sedih, bahagia, atau duka? Entah itu orang tua, istri, anak, atau orang yang paling kalian sayangi. Buatlah dia bahagia, sebelum dia pergi selama-lamanya, oke?

Nantikan kisah Jihat dan Nana selanjutnya.

lagu pendukung : baik baik sayang (wali)

       

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Unrevealed Feelings
Rizvalinda Syahnas
Flash
MENCINTAIMU, TANPA BATAS
Kimijuliaaa
Cerpen
aku ada untukmu
frasy
Novel
Bronze
Mission Brought Me To You
Roormniax
Novel
Quin&King Wedding Organation
Rasmanja
Novel
THE LEA'KING
Widi Martha Magdalena
Novel
Rahasia Cinta
Non Mona
Novel
Vibration of Destiny
Milteay
Novel
Laluna
Ririn
Novel
With YOU
Petrarca
Novel
Bronze
Angkasa Bulan
Rahmawati
Novel
Bronze
Rama's Story : Virgo Chapter 3 - Back In Time
Cancan Ramadhan
Novel
Bronze
What's Wrong With You, Boss?
Nyonya Maneh
Novel
Bronze
Somebody to Love
Asya Azalea
Novel
Bronze
KETIKA CINTA DI UJI
Neng Neng
Rekomendasi
Cerpen
aku ada untukmu
frasy
Cerpen
birakan aku menjadi ultramenmu
frasy