Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Aksara dan Visual Dalam Desa
0
Suka
451
Dibaca

Setelah hampir 6 tahun merantau di kota Bandung, Nara kembali menetap di desa kelahirannya di Kabupaten Subang. Menempuh pendidikan tinggi dan mendapatkan karir yang cukup dan membuat kehidupannya lebih baik tidak membuat Nara lupa akan niatnya yang ingin mengembangkan anak-anak di desanya melalui pendidikan. Dia ingin mengajar dan membagikan kebaharuan ilmu yang dia dapat kepada anak-anak desa yang kurang mampu menjangkau pendidikan yang layak seperti anak-anak di kota Bandung. Akan tetapi setelah melihat budaya anak-anak di desanya sekarang, Nara sangat terkejut. Mereka sangat jauh dari kebiasaan membaca buku dan lebih memilih memainkan gadgetnya sepanjang hari.

Suatu hari, Nara mengajak keponakannya yang baru berusia 9 tahun itu untuk membaca buku yang dia bawa dari kota Bandung.

“Reno, kakak bawa buku baru nih, ada komiknya juga, seru loh!” Nara menawarkan buku series anak-anak terbaru berjudul Tandur Asri, buku ilmu pengetahuan bertani untuk anak yang sedang disukai anak-anak di kota Bandung.

“Engga ah, males” jawab Reno dengan sangat ringan.

Nara benar-benar harus memutar otak lebih keras lagi, dia mengira budaya membaca buku seperti generasinya dahulu mampu bertahan sampai generasi sekarang.

“Baca dulu yu sebentar, seru banget loh!”

Nara terus merayu Reno untuk membaca buku itu. “Ga mau ihhh, lagi rame push rank!” Reno sedikit menaikan volume suaranya, membuat Nara tidak bisa berkata-kata lagi.

“Ya ampun, dia udah paham push rank” ujar Nara dalam hati.

Saat di jalan pulang, Nara merenungi kejadian tadi.

“Ini tidak bisa dibiarkan..” dirinya bicara sendirian di jalan.

“Mau jadi apa generasi mereka jika terus terbuai oleh Game Online? kalau semakin dibiarkan ini akan berbahaya”

Nara terus berfikir keras, sampai tidak sadar bahwa dia salah menempuh jalan pulang menuju rumahnya.

“Eh, kok kesini sih?” Saat dia melihat ke belakang, ternyata gang rumahnya sudah terlewat. “Oalah, kelebihan ternyata, haha..” Nara tertawa malu sendiri.

Namun saat dia berbalik ke belakang, ada seseorang yang memanggilnya dari arah samping.

“Hey Nara!” suara perempuan yang tidak asing di telinganya.

“Ouh, hai Nayla..” Nara melambaikan tangannya pada kawan lamanya itu.

“Lagi apa kamu disini? keliatannya lagi ngelamun gitu..” Nayla sambil menghampiri Nara. Dari kejauhan, Nayla sudah melihat gestur Nara yang nampak kebingungan.

“Ouh hehe, aku salah jalan ke rumah..”

Nayla tertawa lumayan kencang, “hahaha, kamu keliatan kayak orang bingung, ada apa sih? Ceritain dong..” Nayla terlihat penasaran.

Nara mencurahkan kegelisahannya,“Aku lagi bingung nih, gimana caranya anak-anak desa kita bisa berminat sama buku? Kayak kita waktu masih kecil dulu gitu. Aku ngeliat ponakanku tadi ditawari buku malah fokus main game online, padahal kecanduan itu bisa bahaya kan..”

Mendengar hal tersebut, tiba-tiba saja Nayla langsung punya ide.

“Hmm, aku punya ide, mau coba?” Nara nampak penasaran, “Gimana caranya?”

Nayla melanjutkan,“besok kita ketemuan lagi disini, ada sesuatu yang bisa kita coba. Aku mau menyiapkan alat-alatnya dulu..”

Bukannya mendapatkan pencerahan, Nara malah semakin penasaran dengan ide Nayla.

“Emang ga bisa mulai dari sekarang?”

Nayla nampak tertawa kecil, “haha, udah nurut aja sama aku. besok ketemuan disini ya, jam segini lagi aja..” Nayla sambil membalikan badan dan berjalan ke arah rumahnya.

“Loh ini ga bakal ngasih tau dulu rencananya?” Nara sedikit berteriak.

“Ga mau, besok aja. Bye Nara..” Nayla melambaikan tangannya.

“Dia mau ngapain ya? Tapi kayaknya serius mau bantuin..” gumamnya yang juga berbalik badan menuju arah pulang.

Keesokan harinya, Nara kembali ke titik yang sudah disepakati, dan ternyata Nayla sudah datang terlebih dahulu. Terlihat Nayla membawa beberapa peralatan konten seperti tripod, lighting, hingga kamera yang serinng dipakai para Youtuber untuk memproduksi video vlog atau cinematic.

“Jadi apa rencanamu Nay?” Nara bingung dengan peralatan yang dilihatnya.

“Kita buat konten buat upload channel YouTube aku, pasti kamu belum subscribe ya?” Nara makin bingung, apalagi dia belum tahu teman kampungnya itu punya channel YouTube.

“Serius kamu punya channel Youtube? Hmm, agak sulit di percaya haha..” Nara kembali pada topik awal. “eh tapi Nay, kenapa mesti dengan konten YouTube? Kan aku minta bantuannya untuk anak-anak biar kembali membaca buku. Kalau sama-sama disuruh mantengin gadget ya sama aja bohong dong..”

Mendengar itu, Nayla yang sedang mengatur settingan kamera berhenti sejenak.

“Nar, ini kan udah era digital, dimensi visual memang akan lebih disukai banyak orang dibandingkan dengan buku yang hanya berisi tulisan, apalagi kalau menyangkut anak-anak. Mereka dengan mudah kecanduan game online karena memang grafik visual game saat ini lebih memanjakan mata mereka. Maka dari itu, dunia literasi juga harus melakukan penyesuaian dalam penyampaian sebuah pesan.”

Mendengar hal tersebut, Nara berfikir keras sejenak. Ternyata apa yang di ucapkan Nayla ada benarnya. “Iya juga sih. Lalu, apa rencana kamu?”

Nayla mengambil selembar kertas putih dan pensil.“Hmmm, bentar ya, aku coba buat dulu scriptnya..”

Nara melihat Nayla menggambar beberapa garis berbentuk kotak yang di dalamnya terlihat berbagai gambar yang terstruktur, seperti skenario pada sebuah film. Namun karena merasa tidak paham dengan apa yang sedang Nayla rencanakan, Nara hanya bisa menunggunya selesai. Setelah menunggu hampir 30 menit, Nayla menunjukan tanda selesai dengan script yang telah dirangkainya.

“Nah, beres. Ayo Nar kita take videonya, kamu pembicaranya ya..” ujar Nayla dengan antusias.

Nara merasa heran, “Aku yang tampil dan masuk ke channel YouTube nanti? Kenapa harus aku?”

Nayla membesarkan sorot matanya kepada Nara, “Mau meningkatkan literasi di desa ini ga?”

“ya udah deh, jadi aku harus gimana aja?” Nara mencoba pasrah dan ikut instruksi Nayla.

Nayla menyodorkan kertas yang sudah penuh dengan reka adegan yang sudah terangkai secara berurutan.

“Coba kamu pahami dulu alurnya secara umum, nanti kalau ada yang belum jelas tanya aja. Aku mau nyiapin yang lain..”

Nayla pergi sejenak untuk melakukan merangkai peralatan yang belum rampung. Nara memperhatikan kertas itu secara spesifik, dia mencerna satu persatu reka adegan yang akan dijadikan konten. Dan ternyata kertas itu bukan hanya sekedar reka adegan, di bawah gambarnya terdapat semacam kata-kata kunci yang harus di improvisasikan oleh Nara secara lebih luas. Sambil menunggu Nara memahami scriptnya, Nayla pergi ke beberapa sudut untuk mengambil footage yang cinematic untuk menambah bahan video. Setelah membaca scriptnya secara utuh, Nara paham apa yang ingin dibuat oleh Nayla.

“Oke aku mengerti! Sepertinya menarik juga yah..”

Namun setelah meletakan kertas scriptnya, Nara tidak melihat keberadaan Nayla di sekitarnya. “Nayla kemana ya?”

Nara sedikit mengencangkan panggilannya. “Nay?Kamu dimana??”

Nayla yang mendengar panggilan itu langsung menjawabnya dari arah barat.

“Aku disini, bentar ya..” Nara menjawab “Oke..”

Karena sudah mendapat jawaban dimana Nayla berada, Nara lebih memilih memikirkan harus improvisasi apa di setiap kata kunci yang sudah dibuat ini. “Oke bagian ini aku gini, bagian ini gini, dan bagian ini seperti ini..”

Nara terus memikirkan apa yang perlu di improvisasikan. Setelah beberapa saat, akhirnya Nayla tiba.

 “Gimana, udah siap?” ujarnya dengan antusias.

“Oke, mari kita coba.” meskipun belum sepenuhnya terbayang, Nara siap mencobanya.

Setelah hampir 1 jam melakukan pengambilan video, akhirnya seluruh bagian pada scriptnya telah selesai dilakukan.

“Yuhuu beres semua, mari kita coba lihat hasilnya..” ujar Nayla sambil mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. Nampaknya dia ingin melihat seluruh video di layar yang lebih lebar, sekaligus ingin memasuki tahap editing. Nayla juga ingin memastikan di setiap video yang sudah di ambil tidak memiliki kebisingan suara.

“Kamu yakin dengan ide ini bisa membuat anak-anak desa kembali mementingkan membaca buku?” tanya Nara.

 “Yakin banget dong!”

Beberapa menit setelah selesai melihat semua video, Nayla menyimpan videonya di folder baru, lalu mematikan laptopnya.

“Oke reviewnya udah selesai, aku lanjut edit di rumah ya. Nanti sebelum aku upload, kamu harus liat dulu hasilnya, dadahh!”

Nayla menggendong tasnya lalu bergegas pulang ke rumah dan melambaikan tangannya.

“Oke Nay, aku tunggu hasilnya!”

2 hari setelah proses pengambilan video, Nayla menghubungi Nara melalui pesan Whatapps.

 “Naraa, Videonya udah jadi. Kamu review dulu ya..”

Sambil mengirim file hasil editing video yang sudah selesai. Tidak lama kemudian, Nara membalas pesan Nayla.

“Oke Nay, coba aku lihat dulu hasilnya ya” sambil menikmati kopi dan kue bolu di ruang tamu, Nara memutar video dengan perhatian yang serius.

“Ternyata hasilnya bisa di ringkas sampai 4 menit, padahal kemarin lumayan lama take videonya, jago banget dia ngeditnya.” ujarnya yang terpukau dengan keahlian Nayla.

Ketika di tengah video sedang di putar, Nara terkejut bukan main,“I-ini, hasil editing Nayla? Masukin unsur 3D animasi?” Nara langsung bertepuk tangan.

Dia tidak menyangka nuansa cinematic yang dikonsepkan oleh Nayla ditambahkan dengan unsur dan efek 3D.

Setelah melihat hasilnya hingga akhir, Nara menelepon Nayla. “Nayy, ini keren bangett!!” Nayla dengan santai meresponnya.

“Hehe, keren kan? ga percayaan sih sama temen sendiri..” Nara penasaran, bagaimana proses Nayla mempelajari semua ini. Sejak Nara memutuskan merantau dan Nayla lebih memilih bekerja, mereka jarang bertemu dan mempunyai kehidupan masing-masing.

“Tapi Nay, gimana kamu bisa kepikiran bikin konten sebagus ini? Dan dari mana kamu belajar semua ini?”

Nayla tertawa dengan pertanyaan Nara.

“Hahaha, aku belajar otodidak Nar. Sekarang udah era digital, banyak yang bisa kita akses secara mandiri. Tinggal kitanya aja mau belajar atau engga.” Nara seperti diceramahi oleh Nayla, dia tidak menyangka teman dari masa kecilnya itu memiliki pemikiran yang maju, meskipun tidak memutuskan merantau seperti dirinya.

“Iya juga sih, hebat banget kamu..”

Nayla menambahkan, “Meskipun aku belum merasakan seperti apa merantau, aku coba inisiatif untuk banyak buku-buku secara online, seperti beberapa E-Book yang bisa di akses secara gratis dari Google.”

Nara tidak sabar untuk menyebarkan kontennya, terutama pada Reno keponakannya yang kecanduan Game online.

“Jadi kapan mau upload? Pengen aku share nih, terutama ke ponakanku itu.”

Nayla mendekati kalender di dinding kamarnya, dia ingin melihat kapan jadwal terdekat untuk upload ke Channel YouTubenya. Nayla sudah mempunyai jadwal rutin karena dia melakukan riset hari apa saja Channelnya akan ramai di kunjungi. Dan ternyata jadwal terdekat untuk upload besok sore, pukul 16.00 WIB.

“Sepertinya besok sore baru uploadnya Nar, aku sudah punya jadwal yang rutin. Dan kebetulan besok adalah hari yang mudah-mudahan subscriber aku sedang ramai bermain Youtube.”

Nara sebenarnya ingin malam ini, tapi mendengar Nayla sudah punya jadwal tetap maka dia hanya bisa nurut.

“Oke gapapa, aku tunggu ya. terima kasih banget ya udah niat bantuin.”

Nayla pun senang karena bisa merealisasikan konsep yang dipikirkannya. “sama-sama Nara, semoga bermanfaat.”

Mereka berdua mengakhiri teleponnya.

Esok hari pukul 15.30, Nara sudah bersiap di depan laptopnya dengan membuka platform YouTube. “Ouh iya, nama Channelnya Nayla apa ya? Aku lupa belum Subscribe..” ingatnya yang belum sempat menanyakan nama Channelnya.

“Nay, nama Channelnya apa?” Pesan Whatapps terkirim dan tidak lama langsung bertanda ceklis biru.

“Channelnya Nayla Zev..” Balasnya dengan sambil mengetik lanjutannya.

“Ouh iya Nar, jam 4 aku jadi Upload, siap-siap share ya..”

Nara semakin antusias mendengar kabarnya,“Oke Nay, semoga ga ada kendala yaa..” Tutupnya sambil Subscribe Channelnya. “wow! Hampir 100 ribu Subscriber, gokill!!” Nara tidak menyangka ada teman sekampungnya yang sudah lumayan terkenal.

Tepat pukul 16.00, video sudah di upload oleh Nayla tanpa mengalami kendala.

“Nar udah selesai aku upload, langsung share ya..” Tulisnya kepada Nara melalui whatsapp.

Namun Nara memutuskan sesuatu yang tiba-tiba. Dia tidak membuka pesan dari Nayla, meninggalkan laptopnya sejenak, dan pergi berlari ke rumah Reno. Hanya berjalan 5 menit, Reno nampak sedang asik memegang gadgetnya

“Renoo!!”

Nara berteriak dengan antusiasnya karena ingin memperlihatkan karya terbaiknya. Reno nampak cemberut, mungkin dia pikir pamannya tersebut ingin menasihatinya lagi. Nara melihat lebih dekat apa yang sedang dilakukan pada gadgetnya itu, dan ternyata kali ini Reno sedang menonton YouTube. Namun yang dia tonton berupa streaming para atlet E-Sport.

“Kakak punya tontonan baru buat kamu di YouTube, ini konten kakak de, tonton ya!” ujar Nara sambil meminjam sebentar gadget Reno.

“Ihh kakak!” nampak Reno sedikit kesal.

Nara mengalihkan tontonan Reno ke Channel Nayla Zev dan langsung menekan konten yang baru di upload.

“Daripada nonton buat game terus, mendingan tonton dulu konten kakak ini, ga kalah seru deh!” Nara mencoba meningkatkan antusiasme Reno terhadap kontennya. Namun ekspresi Reno terlihat malas, tapi dia tetap menuruti permintaan pamannya itu.

“Iya aku tonton, abis itu jangan ganggu lagi ya!” Reno terpaksa mengalihkan perhatiannya. Meskipun dengan hati terpaksa, dia mencoba menontonnya. Dan akhirnya, Reno berhasil fokus karena opening konten yang memukau!

”Waaa,,,” matanya makin melotot melihat gerak visual yang tidak biasanya. Tepat dipertengah video, sosok Nara menjadi pembicara. Reno semakin fokus melihat sosok pamannya itu bicara. Dan tidak terasa, konten sudah berakhir.

Tiba-tiba, Ayahnya Reno sekaligus kakak dari Nara keluar dari Rumah, yaitu bang Dimas.

“Lagi nonton apa de?”

“Ayah lihat ini, kak Nara bikin konten bagus di YouTube!” Reno sangat antusias memberitahu ayahnya. Bang Dimas mengambil gadget Reno dan memutar ulang kontennya.

“wow keren, belajar darimana dek?” Tanya bang Dimas pada Nara.

 “Hehe, itu hasil kerjasama dengan Nayla bang.”

Melihat kualitas kontennya, bang Dimas ingin membagikannya ke grup whatsapp masyarakat desa. “keren! Abang share ya..” Nara tersenyum bahagia.

Nara sangar antusias,“Boleh banget bang!”

“Ya udah aku abis ini baca buku deh..”Reno membiarkan gadgetnya dimainkan ayahnya, dia pergi mencari buku.

“Nah, syukurlah..”

Merasa berhasil dengan rencananya, Nara kembali ke rumahnya dan istirahat untuk agenda besok, yaitu belanja ke pasar.

Terbangun setelah subuh, Nara bersiap untuk melakukan perjalanan ke pasar. Sejenak dalam perjalannya dia teringat konten yang baru saja dibuatnya dengan Nayla. Meskipun mendapat respon positif dari Reno dan bang Dimas, Nara tidak memiliki ekspektasi bahwa konten itu akan membawanya pada popularitas. Saat perjalanan ke pasar, beberapa orang memperhatikannya secara mendalam.

“Eh itu dia Nara, keren banget videonya di channel Nayla Zev..” Bisik warga yang sedang berbelanja.

“Hai kak Nara, keren banget kontennya!” Ujar seorang remaja perempuan yang tidak dia kenal.

“Hehe, iya terima kasih…”

selesai berbelanja, dia melewati sebuah panti anak yatim, terlihat ada beberapa orang yang melirik dan menyapa.

“halo kak Nara..”

Kali ini Nara benar-benar terkejut,“eh? hai semua..” dia benar-benar bingung dengan situasi ini, “apa iya gara-gara konten kemarin semua orang jadi kenal aku..?”

Sedang bingung memikirkan yang terjadi, tiba-tiba Nayla muncul di hadapannya.

“door!!!”

Nara sedikit merespon dengan latah,“Eh kodokk! ngapain si Nayy, ngagetin aja..”

Nayla tertawa,“hahaha, gimana sekarang rasanya udah terkenal?” Sebuah pertanyaan yang membuat dirinya kaget.

“Nah iya, kok bisa sih orang-orang pada kenal aku? karena konten kemarin?”

Nayla dengan mudah menjawab “Yap betul, grafik penonton konten kemarin naik terus, kayaknya udah di share sangat luas.” Nayla menambahkan “seperti yang pernah aku bilang, media berbasis dimensi visual memang akan lebih disukai banyak orang. Karena itu, kita perlu membuat story telling yang kuat melalui media tersebut.”

Nara tersenyum dan berterima kasih pada Nayla, “Iyaa percaya dehh, makasih banyak yaa..”

Sambil berjalan pulang, mereka melihat beberapa anak kecil yang terlihat seumuran Reno lewat di depannya yang masing-masing membawa buku.

“Hai kak Nara, bagus banget kontennya! sekarang aku jadi termotivasi untuk baca buku.” salah satu anak tersebut menyapa Nara. Mendengar hal itu, Nara dan Nayla tersenyum.

“Makasih adik, semangat yaa..”

Nayla mengambil kesempatan untuk mempromosikan Channelnya.

“Hello semuanya, udah Subscribe Channel Nayla Zev belum?”

Mereka kompak menjawab “udahhh!!” jawaban itu membuat Nara dan Nayla tertawa bersama.

“Makasih yaa..” Nayla tersenyum bahagia.

“aku lanjut baca buku dulu ya kak, cepat bikin lagi konten kaya kemarin dong!” ujar salah satu dari mereka.

“Siap, laksanakan!” Nara menampung keinginan mereka, meski belum terfikirkan harus buat konten seperti apa lagi. Setelah anak-anak itu pergi, Nara punya ide yang ingin disampaikan pada Nayla.

“Nay, aku punya ide bagus..”

Nayla penasaran, “Apaan tuh..?”

Nara memberi gambaran umum tentang idenya. “Hmm, kita bikin lagi konten kayak kemarin, tapi harus lebih ‘epic’.”

Nayla sedikit tidak terbayang apa yang dimaksud ‘epic’, “Wah gimana tuh..?”

Nara menutup pembicaraan, “Ada deh, Coming soon ya!”~

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Aksara dan Visual Dalam Desa
Adam Nazar Yasin
Novel
Jalan Pulang
Widiyati Puspita Sari
Novel
Fake World
Springkel9
Novel
Bronze
LEGION : UNKNOWN KNIGHT
Delta
Novel
Bronze
Candy
Rama Sudeta A
Novel
TITIK BUTA
Shireishou
Flash
Fajar Menyingsing Di Palestina
Vitri Dwi Mantik
Novel
Bronze
Tragedi 98
Erlani Puspita
Novel
Bronze
Para Joki
Farida Zulkaidah Pane
Flash
Bronze
Borg-serker
Rama Sudeta A
Cerpen
I Have Nothing
Yutanis
Novel
Fallen Angels
Silah Fauzun Akbar
Novel
Bronze
Weak Hero
Penulis Noname
Novel
Jagoan Karate
Handi Yawan
Flash
Bronze
Kekuatan Bukan Hanya Tentang Kekerasan
Imajiniaindoinesia
Rekomendasi
Cerpen
Aksara dan Visual Dalam Desa
Adam Nazar Yasin
Novel
Aksara 4 Cangkir
Adam Nazar Yasin
Cerpen
Cahaya Aksara Dunia Maya
Adam Nazar Yasin